Setelah dicari-cari, rupanya Biru tidak sengaja menjatuhkan kunci mobilnya di area parkiran. Beruntung satpam yang bertugas menjaga parkiran sedang berkeliling dan menemukan kunci mobil tersebut sehingga mobil Biru masih bisa kembali kepada pemiliknya.
"Makasih, ya, Pak." Kata Biru, berusaha menyunggingkan senyum kepada pria paruh baya berseragam satpam yang baru saja menyerahkan kunci mobil miliknya.
"Sama-sama, Mbak. Lain kali lebih hati-hati, ya." Pesan si satpam yang hanya diangguki oleh Biru dan dia segera bergegas kembali menuju parkiran.
Saat sampai di depan mobilnya, Biru tidak mau membuang lebih banyak waktu. Langit di atasnya sudah mulai berubah warna, dan dia tidak ingin masih ada di jalanan ketika hari mulai gelap.
Maka, Biru segera melompat naik ke atas mobil, menyalakan mesin, memasang sabuk pengaman kemudian menginjak pedal gas.
Mobilnya melaju keluar dari area parkiran. Dia sempat menurunkan kaca mobil sedikit ketika melewati pos satpam, hanya untuk menyunggingkan senyum sopan kepada pria paruh baya yang berjaga di sana kemudian menutup kembali kaca mobil setelah dia berhasil melewati pos.
Jalanan sore di hari Jumat selalu macet, Biru sudah tidak heran. Tetapi, macet sore ini terlihat lebih panjang dan menyebalkan. Jadi, untuk mengurangi kekesalannya, Biru menyalakan radio. Bermaksud untuk mendapatkan sedikit ketenangan dari lagu-lagu yang terputar di sana.
Lagu Rehat milik Kunto Aji menemani perjalanan Biru, membantu meredam suara klakson yang bersahutan-sahutan di luar sana.
Kemudian, lagu-lagu lain menyusul. Berhasil menciptakan suasana yang sedikit lebih menyenangkan sehingga perjalanannya mengarungi kemacetan terasa lebih ringan dan tidak terlalu menguras banyak emosi.
...****************...
Sesampainya di gedung apartemen dan telah selesai memarkirkan mobilnya di basement, Biru segera beranjak keluar dan bergegas berjalan menuju lift. Nasib baik pintu lift terbuka tepat ketika Biru sampai di depannya. Hal baik lainnya, lift itu dalam keadaan kosong setelah tiga orang keluar dari sana.
Biru tidak terlalu suka berinteraksi denga orang lain, jadi di mana pun dan kapan pun dia punya kesempatan untuk menjalani hidup hanya dengan dirinya sendiri, Biru akan merasa sangat senang.
Unit apartemen milik Biru berada di lantai 9, yang otomatis pintu lift harus berhenti di beberapa lantai di bawahnya kapan pun ada yang menekan tombol.
Dari lantai 1 sampai lima, lift tidak berhenti. Yang berarti tidak ada yang hendak naik dan Biru bersyukur akan hal itu.
Tetapi, di lantai 6, lift berhenti. Pintu terbuka, Biru refleks menggeser tubuhnya ke kiri, bermaksud untuk memberikan ruang bagi seseorang yang hendak masuk.
Seorang perempuan bertubuh tinggi semampai masuk ke dalam lift. Rambutnya hitam lurus sebahu, cara berpakaiannya terlihat elegan dan anggun. Perempuan itu melirik sekilas ke arahnya, kemudian segera masuk ke dalam lift dan menekan tombol untuk lantai yang ingin dia tuju.
Biru tidak sengaja melihat perempuan itu menekan tombol angka 10. Diam-diam, Biru melenguh kecewa. Karena itu artinya, dia masih harus berada di lift yang sama dengan perempuan ini sampai dia tiba di lantai 9. Namun dia buru-buru menarik pandangan ketika perempuan itu kembali meliriknya.
Entah kenapa, waktu jadi terasa lebih lambat setelah perempuan ini masuk ke dalam lift. Padahal tadi sewaktu dia masih di dalam lift ini sendirian, Biru merasa waktu berjalan dengan normal.
Setelah melewati keterdiaman yang panjang dan atmosfer yang aneh, lift akhirnya sampai di lantai sembilan. Biru langsung menerobos keluar begitu lift terbuka. Dia perlu berjalan menyusuri lorong untuk sampai di unit apartemennya yang ada di deretan ujung.
Sampai di depan unit miliknya, Biru memasukkan enam digit angka ke pintu sehingga pintu itu terbuka dan dia bisa masuk.
Lampu di dalam ruangan satu persatu dinyalakan, dan sebelum masuk ke kamar, Biru terlebih dahulu melipir ke dapur untuk membasahi tenggorokannya dengan air minum.
Biru berdiri cukup lama di depan kulkas, sedikit mengingat-ingat apakah dia sudah menambahkan stok air minum ke dalam kulkas itu atau belum.
Dan, ketika pintu kulkas terbuka, Biru meringis karena mendapati kulkasnya dalam keadaan kosong melompong. Jangankan air minum, botol air mineral kosong saja tidak ada.
"Begini amat sih jadi anak kos," gumamnya seorang diri.
Sebenarnya, dia bisa saja pergi ke minimarket di seberang komplek apartemennya untuk membeli stok air minum, tetapi karena dia sudah terlalu lelah dan malas, Biru akhirnya lebih memilih untuk pergi ke kamarnya dengan langkah yang diseret.
Sampai di kamar, Biru langsung melemparkan tubuhnya ke atas kasur. Tas selempang yang sedari tadi dia tenteng dihempaskan begitu saja ke atas lantai setelah dia mengeluarkan ponselnya dari sana.
Sekarang baru jam setengah enam sore, masih ada banyak waktu sebelum jam delapan. Jadi, Biru pikir tidak ada salahnya untuk dia bersantai sejenak sebelum bersiap-siap untuk pergi ke klub.
Biru menyalakan ponselnya, dengan terampil menggulir layar sampai kemudian jemari lentiknya menekan aplikas Twitter yang sudah beberapa hari tidak dia buka. Dia hanya ingin mengecek apa saja yang sedang terjadi di luaran sana, mengingat dia sudah lama tidak menyalakan televisi di kamarnya untuk menonton siaran berita.
Tetapi, bukannya pergi ke kolom pencarian untuk melihat tagar apa yang sedang trending, Biru malah terpaku karena mendapati ada tiga notifikasi yang masuk ke akunnya. Dan setelah diperiksa, ternyata itu adalah notifikasi untuk permintaan pertemanan.
Biru jelas keheranan, sebab akun ini adalah akun private yang memang dia buat untuk sekadar mencari informasi. Siapa yang se-gabut itu mengiriminya permintaan pertemanan, padahal sekali lihat saja juga sudah nampak kalau sama sekali tidak ada pengikut di akunnya tersebut.
Karena memang dasarnya Biru tidak berniat mencari pengikut di akunnya ini, dia pun mengabaikan tiga permintaan pertemanan tersebut dan kembali pada niat awalnya untuk menjelajah apa yang sedang trending.
Bermenit-menit Biru berkutat di sana, menyelami beberapa unggahan dari akun yang berbeda untuk sampai pada satu kesimpulan bahwa dunia luar ternyata tidak sedang baik-baik saja.
Melalui sebuah unggahan, Biru baru tahu kalau ternyata telah terjadi beberapa bencana alam di pulau Jawa dalam kurun waktu yang berdekatan. Kemudian, dari unggahan yang lain, dia mengetahui bahwa hidup di Korea Utara memang semenakutkan itu ketika ada berita tentang tiga siswa SMA yang dieksekusi mati hanya karena menonton serial drama buatan Korea Selatan. Di unggahan yang lain lagi, dia menemukan berita pembunuhan satu keluarga yang dalangnya ternyata adalah anak bungsu dari keluarga itu sendiri.
Pokoknya, sama sekali tidak ada topik yang menggembirakan di sana.
Jengah karena yang dia dapati cuma kabar buruk yang semakin membuatnya percaya bahwa manusia adalah seburuk-buruknya makhluk hidup, Biru pun memutuskan untuk berhenti menjelajah.
Dilemparkannya ponsel ke atas kasur lalu dia bergegas masuk ke dalam kamar mandi, bersiap untuk menghabiskan Jumat malamnya dengan bersenang-senang.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Anita Jenius
Salam dari "Jangan ambil anakku" kak. mari kita saling mendukung
2024-04-11
3
Teteh Lia
salam dari "love story in SMA ".
🙏
2024-01-24
1
Raudatul zahra
emang anak muda zaman sekarang gitu banget ya?? kayaknya hampir semua novel² yg ku baca,, pasti nggak ketinggalan klub² malam ..
walaupun novel ini karangan,, tapi kayaknya nggak jauh² banget sama dunia nyata kan?? kok miris yaa jadinya
2023-11-14
2