Selepas kelas ke-dua, Baskara dan anggota Pain Killer yang lain melipir ke kantin fakultas untuk mengisi perut mereka yang kosong. Seperti biasa, mereka memilih bangku yang paling luar, agar mereka bisa merokok sehabis makan tanpa mengganggu pengunjung yang lain karena asap rokok akan langsung terbawa angin ke arah luar bangunan kantin.
"Info yang lo kasih kurang lengkap," ucap Reno setelah menandaskan gelas berisi es teh manis miliknya.
Baskara yang semula sedang bermain game di ponselnya seketika mengangkat kepala. Game di pause dan dia menegakkan punggung. "Lo butuh info apa lagi soal target kita?" tanyanya sembari melipat tangan di depan dada.
"Sosial medianya, nomor hapenya, alamat rumahnya." Cerocos Reno, membuat Baskara berdecak.
"Lo mau deketin cewek, atau mau jadi stalker? Buat apa nanyain alamat rumahnya!"
Di-gas begitu oleh Baskara, Reno tentu saja tidak terima. Masalahnya, image tukang ngegas di geng mereka adalah dirinya, bukan Baskara. Jadi, dia balik malah balik ngegas, bahkan sampai menggebrak meja.
"Jangan ngegas sama gue!"
Fabian yang duduk di sebelah Baskara cuma bisa geleng-geleng kepala, sedangkan Juan yang duduk di seberangnya dan di sebelah Reno berusaha menenangkan kawannya dengan menepuk-nepuk bahannya pelan.
"Sing sabar, Mas. Sing sabae." Ucapnya, hanya untuk membuat Reno balik melotot ke arahnya.
"Matamu sabar!" sentak Reno, cukup keras sehingga membuat beberapa mahasiswa yang duduk tak jauh dari meja mereka serempak menoleh dan geleng-geleng kepala.
"Temen lo kesambet demit mana, sih? Galak bener, heran." Celetuk Baskara, sejatinya ditujukan kepada Fabian, tetapi karena dia mengatakannya dengan volume normal, Reno jadi bisa mendengarnya dan pemuda itu semakin mencak-mencak.
Melihat itu, Baskara justru tergelak. Inilah yang dia suka dari berteman dengan Reno. Emosinya yang tidak stabil dan doyan marah-marah justru menjadi hiburan tersendiri baginya. Karena kalau boleh jujur, Reno justru terlihat menggemaskan saat sedang ngegas. Sama sekali tidak seram, apalagi dengan fakta bahwa pemuda itu adalah yang paling pendek di antara mereka berempat.
"Stop ketawa, atau gue sumpel mulut lo pake sepatu!" ancam Reno, sudah mengangkat satu kakinya dan siap mencopot sepatu yang dia kenakan untuk dipakai menyumpal mulut Baskara yang terbuka lebar.
Baskara segera mengatupkan bibirnya. Masalahnya, Reno itu tipikal yang akan melakukan apapun yang dia katakan. Bahkan kalau pemuda itu bilang akan membalikkan gunung Semeru sekalipun, dia pasti akan mencari cara untuk benar-benar melakukannya.
Tetapi, karena ekspresi wajah Reno terlalu lucu dan menggemaskan, Baskara jadi kesulitan menahan tawa. Akibatnya, dia jadi tersedak dalam upayanya untuk tidak meledakkan tawa.
Di saat Fabian dengan gercep menyambar air minum dari atas meja untuk disodorkan kepada Baskara yang sedang terbatuk-batuk dan Juan yang berusaha membantu dengan menepuk-nepuk pelan punggung kawannya, Reno malah memasang wajah julid.
"Mampu! Bagus nggak mati lo karena keselek!" omelnya.
"Bajingan! Temennya lagi kesusahan malah didoain mati!" Baskara balik mengomel.
Reno tidak peduli, dia malah asik memainkan ponselnya sambil berkomat-kamit menirukan bagaimana cara Baskara mengomel.
"Kan, kesambet setan alas gue rasa ni bocah," cibir Baskara. Namun, dia memutuskan untuk tidak melanjutkan perseteruan mereka. Karena, ada yang lebih penting untuk mereka bahas sekarang.
Setelah nyeri di tenggorokannya menghilang, Baskara kembali menegakkan badan. Game yang masih log in di ponsel segera dia keluarkan, kemudian dia beralih membuka aplikasi Twitter. Dia tampak serius mencari sesuatu di sana, lalu setelah ketemu, Baskara segera menyodorkan ponselnya ke tengah-tengah meja.
Reno menangkap gerakan itu, jadi dia yang semula asik dengan ponselnya segera menegakkan badan untuk memeriksa apa yang sedang Baskara tunjukkan. Begitu juga dengan Fabian dan Juan yang serempak memajukan badan ke arah tengah meja.
"Itu akun Twitter dia. Lo pada follow dulu deh," ucap Baskara.
"Ini akun private, ***! Lo tahu dari mana kalau ini akun punya si Biru?" Reno mengangkat kepala, melempari Baskara dengan tatapan curiga.
"Nggak penting gue tahu dari mana, yang penting kan kalian jadi bisa punya modal lebih buat PDKT."
"Tapi lo yakin dia bakal acc permintaan pertemanan dari kita?" kali ini, Fabian yang akan bicara. Pemuda itu masih saja kaku, masih meragukan kemampuan dirinya dalam menggaet mangsa, padahal di antara mereka berempat, dia termasuk salah satu yang paling sering menang taruhan.
"50:50," ucap Baskara. "Kita nggak akan tahu kalau nggak nyoba, kan?" sambungnya, sambil menatap Juan dan Reno secara bergantian.
Juan tidak berkomentar. Pemuda itu malah langsung mengeluarkan ponsel dari dalam aku celana, membuka aplikasi Twitter dan segera mengirimkan permintaan pertemanan kepada akun dengan username @itsblue itu.
Hal tersebut diikuti juga oleh Reno, meskipun masih sambil menggerutu. Sedangkan Fabian baru mengikuti apa yang dilakukan oleh teman-temannya setelah terdiam untuk waktu yang cukup lama.
"Oke, Twitter udah, sekarang lo pada buka Instagram. Cari username yang sama, terus follow." Perintah Baskara. Yang lain menurut saja, bagai kerbau yang dicolok hidungnya.
"Udah?" tanyanya. Ketiga temannya serempak mengangguk.
"Bagus, tunggu dulu sampai di acc permintaan pertemanan kalian. Sekarang, mending mita mabar."
Dengan senyum yang terkembang lebar, Baskara kembali log in ke dalam game. Kali ini, dia mengubah mode di dalam game menjadi mode bermain bersama.
Satu persatu dari mereka log in ke dalam game, kemudian dalam sekejap saja mereka telah asik memainkan game, sesekali berteriak kesetanan saat tim mereka diserang musuh.
...****************...
Biru berhasil menyelesaikan semua kelas yang dia punya hari ini dengan baik, meskipun lagi-lagi dia dibuat geram karena dua gadis menyebalkan itu masih terus bergosip selama kelas.
Usai membereskan barang-barangnya, Biru bergegas keluar dari kelas. Dia berjalan menuju parkiran mobil karena rencananya hari ini dia ingin segera pulang ke apartemen supaya bisa tidur lebih lama. Sebab, ini Jumat malam dan dia berencana untuk pergi ke klub bertemu salah seorang kenalan.
Biru sampai di mobilnya, tetapi dia tidak bisa langsung masuk ke dalam mobil karena rupanya, dia lupa di mana meletakkan kunci mobil.
Tas selempang yang dia bawa dilpas, diobrak-abrik isinya untuk menemukan kunci mobil yang dia yakin sudah dia simpan di dalam sana. Tetapi, sampai semua isi di dalam tas itu acak-acakan, biru masih tidak bisa menemukan keberadaan kunci mobilnya.
Kesal, Biru menghantam pintu mobilnya menggunakan tas selempang miliknya. Lalu setelah kekesalannya sedikit mereda, Biru berjalan kembali menuju ruang kelas. Barangkali saja dia tidak sengaja menjatuhkan kunci mobilnya di kelas.
Tanpa Biru ketahui, seseorang baru saja mengambil foto dirinya yang tengah memberengut kesal di samping badan mobil. Seseorang itu, Baskara, tersenyum puas menatapi hasil jepretannya sebelum pergi meninggalkan area parkiran dengan hati yang berbunga-bunga.
"Jadi nggak sabar buat bisa dapetin lo lagi, Blue." Gumamnya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Anita Jenius
ceritanya menarik
2024-04-11
3
Raudatul zahra
kayaknya nanti cerita nya Fabian yg menang, dia bisa dapetin Biru terus cinta beneran.. jdi nya konflik dia sama Baskara.. kayaknya sih
2023-11-14
2
Raudatul zahra
🤣🤣🤣
aku suka tipe pertemanan yang begini
2023-11-14
3