Terjebak

Satu jam sudah berlalu sejak Shane masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian. Yang dilakukan Jillian hanya duduk menunggu sambil menggerutu di dalam hati. Satu jam, astaga, Jillian hanya membutuhkan waktu setengah jam untuk mandi juga berpakaian.

Jillian menatap dengan gugup pintu kamar yang masih tertutup dengan rapat. Ia benar-benar merasa frustasi meski ini adalah yang ia harapkan. Berada di dekat Shane, bersama dengan pria incarannya, lebih dekat daripada yang ia bayangkan.

Ucapan Shane tidak akan menggigit jika tidak diundang terus terngiang-ngiang di telinganya. Ia tidak mempercayai hal itu.

Cara pria itu menatapnya sedikit mengusik. Nalurinya mengumandangkan alarm bahaya. Apakah Shane selalu menatap karyawannya dengan tajam? Apakah pria itu selalu membuat karyawannya seolah-olah ditelanjangii hanya dengan sekilas pandang? Jillian yang kurang berpengalaman atau Shane yang terlalu pintar memainkan peran sebagai penakluk wanita.

Disaat Jillian berperang dengan nalurinya, Shane sedang memeras otaknya mencoba mengingat di mana ia bertemu dengan Jillian. Ia sangat yakin bahwa sebelumnya pernah bertemu dengan sekretaris barunya itu.

Meski belum ingat sepenuhnya, Shane sudah menduga jika Jillian memiliki maksud tertentu melamar ke perusahaannya. Referensi palsu Jillian sudah cukup menjadi alasan bagi Shane untuk menaruh curiga pada gadis itu. Ia akan membongkar identitas Jillian cepat atau lambat. Sekarang, yang harus ia lakukan adalah mengikuti permainan Jillian. Kenyataan bahwa ia sudah mengetahui kedok wanita itu meski belum sepenuhnya sudah membuatnya gembira. Cukup memuaskan untuk meredam amarah yang mengancam akan meledak.

Amarah bisa mengacaukan logika. Shane harus tetap menjaga kejernihan pikirannya. Jika Jillian adalah salah satu wanita berbisa, ia harus waspada.

Nalurinya berkata bahwa kehadiran Jillian di hidupnya bersifat pribadi. Apakah Jillian adalah salah satu wanita yang mungkin dulu disakitinya, diabaikannya, ditolaknya atau bagaimana. Melihat sosok Jillian, alasan tersebut sepertinya tidak mungkin. Jillian tipe wanita yang bisa membuat pria bertekuk lutut. Mata Jillian adalah favorit Shane disaat ia bersitatap dengan gadis itu di ruangannya.

Shane akan tahu alasan wanita itu nanti. Ia tidak akan bertanya secara langsung, ia akan bersenang-senang dengan Jillian dengan memberikan sedikit hukuman untuk gadis itu. Menurutnya Jillian pantas mendapatkannya atas penipuan kecil yang diberikan Jillian.

Shane akan melihat apakah Jillian benar-benar berpikir bahwa dirinya adalah manusia yang tidak berguna sampai-sampai ia membutuhkan seseorang hanya untuk sekedar menuangkan minum untuknya.

Shane memang suka dilayani tetapi dia bukan anak kecil. Ia melihat seberkas kekagetan saat ia menjelaskan tugas-tugas yang akan dilakukan Jillian. Tugas-tugas yang tentunya dikarang pria itu secara dadakan hanya demi untuk melihat reaksi gadis itu.

Selama beberapa hari ke depan, ia akan menikmati perannya sebagai pria manja yang memaksa Jillian melayaninya sepanjang waktu. Ia berani bertaruh bahwa gadis itu akan membencinya setiap menitnya. Luar biasa. Ia menemukan dirinya gembira atas reaksi gadis itu. Disaat Jillian membencinya setiap menit, ia akan menikmati setiap menitnya.

Satu jam sepuluh menit. Shane akhirnya keluar dari kamar. Ia memperhatikan Jillian yang tidak nyaman duduk di tempatnya. Gadis itu membolak-balik catatan berkas yang diberikan Shane untuk ia pelajari. Kemudian Jillian menyingkirkan berkas tersebut, sebagai gantinya, Jilly mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Jillian menghembuskan napasnya dengan kasar sebelum menjambak rambutnya.

Shane melipat bibirnya ke dalam. Benar-benar menikmati perasaan frustasi yang dialami gadis itu.

"Apa yang dilakukannya di dalam sana dan kenapa juga dia harus mandi siang-siang begini?"

"Hanya karena aku memberikan satu syarat juga satu aturan, bukan berarti aku tidak tersinggung saat kau menggerutu di belakangku, Jilly. Jika ada sesuatu yang mengganjal di hatimu, katakan di hadapanku. Kita akan mencari solusinya."

Shane tersenyum lebar menyaksikan Jillian yang berjengit kaget.

"Sejak kapan kau ada di sana?"

"Sejak kau menggerutu tentangku."

Aroma maskulin langsung memenuhi ruangan tersebut. Perpaduan antara sabun dan parfum yang digunakan Shane benar-benar sangat memanjakan indra penciuman. Namun, tidak bagus untuk kesehatan.

"Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Maafkan aku."

"Aku sangat pemurah. Tentu saja kumaafkan." Shane duduk di kursi kebesarannya, mengambil dokumen teratas yang ada di atas mejanya. Beberapa menit, ia fokus membaca isi dokumen tersebut.

"Ambilkan bolpoin," memberi perintah tanpa menatap Jillian.

Jillian menautkan alisnya, ia tidak bergeming sama sekali dari tempatnya. Bolpoin jelas-jelas ada di hadapan Shane, apakah pria itu tidak melihat benda itu di sana?

"Berikan bolpoin, Jilly." Pinta pria itu untuk kedua kalinya dengan nada yang terdengar seperti kicauan burung di pagi hari.

Karena tidak ada pergerakan dari Jillian, Shane mengangkat kepala, menatap Jillian lalu bolpoin yang ada di depannya. Tindakannya itu jelas menunjukkan bahwa Shane sadar betul keberadaan bolpoin ada di dalam jangkauannya.

Dia benar-benar ingin dilayani layaknya bayi raksasa!

"Akan kuambilkan."

"Lalu mana senyuman untukku?" Shane memasang wajah lugu yang membuat perut Jillian melilit seketika.

"Apa kau lupa aturan mendasar yang kuberikan, Jilly? Riang, senyum."

Jillian menarik kedua sudut bibirnya dengan terpaksa. Senyuman yang sangat kaku, terpaksa.

"Ini pena Anda, Sir."

Shane menerimanya dengan anggukan kecil. "Aku tidak terlalu menyukai formalitas. Kau boleh memanggil namaku jika kau mau, Jilly."

Jillian tidak menanggapi. Jika ia diberi kekuasaan untuk memanggil Shane Hamilton Torres dengan sebutan yang membuatnya nyaman, maka biawak kadal adalah nama yang pas yang akan ia berikan kepada Shane, pria yang bertanggung jawab atas kehancuran hidup adiknya.

Daisy sekarang tinggal terpisah dengannya. Adik malangnya itu harus mendapat pengobatan dan pengawasan secara ketat karena menjadi pecandu. Jillian merasakan maniknya ditusuk-tusuk perih. Mengingat goresan luka di tubuh Daisy selalu berhasil membuat Jillian bersedih. Dan bayi raksasa yang dilayaninya sekarang adalah penyebabnya, orang yang harus bertanggung jawab! Jillian ingin Shane merasakan kehancuran adiknya yang juga merupakan kehancurannya.

"Tuangkan air minum untukku dan siapkan mobil setengah jam lagi. Kita akan segera pulang."

"Ki-kita?" Jillian merasakan bahaya lain yang mulai mengintai.

"Ya, bukankah sudah kukatakan kau harus melayaniku selama 24 jam. Yang artinya kau harus selalu berada di dekatku. Saat aku di rumah, kau juga harus ada di sana. Dengan kata lain, kau harus tinggal bersamaku selama kau menjadi asisten pribadiku." Shane hampir saja tertawa melihat wajah Jillian yang mendadak pucat. Shane tidak akan membiarkan musuhnya mencuri darinya, dia akan mengundang wanita itu ke dalam hidupnya dan menangkap basah Jillian dengan tangannya sendiri begitu waktunya tiba. Ia akan membuat Jillian mengaku dengan sendirinya.

"Aku memiliki rumah."

"Tentu saja. Semua orang memiliki rumah."

"Aku tidak bisa tinggal bersamamu."

"Pekerjaanmu mengharuskan demikian. Kau boleh mundur, jika kau mau, Jilly."

"Tapi ada harga yang harus kau bayar jika menyalahi kontrak,'' imbuhnya dengan segera yang membuat Jillian terjebak. Jilly tidak mempunyai pilihan selain mengikuti aturan menyesatkan si bayi raksasa ini.

Terpopuler

Comments

Retno

Retno

sabar Jill, kuatkan iman dan jaga emosi...

2023-02-05

0

Retno

Retno

aku rasanya pengen nyiram wajahnya Shane pakai air kobokan...

2023-02-05

0

ZhieLaa

ZhieLaa

wkwkwkwk biawak kadal

2023-02-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!