Bekerja Pada Tuan Jack

Cahaya berdiri terpaku pada tempatnya, namun di sisi lain ia pun merasa kikuk begitu mendapati pemandangan di depan mata. Seorang Mala yang merupakan teman dekat yang notabene wanita pediam dan sederhana, kini sedang diperlakukan sedemikian rupa oleh seorang pria berpakaian mahal dengan wajah khas kebaratan. Cahaya menundukkan kepala. Tak urung dirinya diliputi kecemasan dan juga ketakutan.

"Kak, sepertinya aku menunggu di luar saja." Cahaya tak nyaman berada dalam situasi seperti ini.

Mala lekas menarik tangannya dari gengaman sang pria.

"Ja-jangan," cegah Mala begitu mendengar Cahaya ingin keluar.

"Maafkan kami." Sang pria yang memiliki paras campuran itu tersenyum sekilas pada Cahaya sebelum memfokuskan pandangannya lagi pada Mala.

"Tuan, saya membawa Cahaya. Gadis yang direkomendasikan untuk bekerja pada anda. Cahaya, ayo perkenalkan dirimu."

Panggilan Mala membuat Cahaya menegakkan kepala. Ia menatap pada Mala, dan saat perempuan itu mengangguk maka Cahaya pun lekas menghadap pada sang atasan yang sudah kembali ke kursi meja kerjanya.

"Em, selamat sore Tuan," ucap Cahaya.

"Sore. Ayo perkenalkan dirimu." Pria berwajah campuran itu tersenyum tipis pada Cahaya.

"Nama Saya Cahaya Anindya, pendidikan terakhir saya hanya sampai Sekolah menengah atas." Hanya begitu, 'kan?.

Pria itu terlihat menganggukkan kepala samar.

"Cahaya, kau berteman dengan Mala sudah cukup lama?."

Cahaya mengernyit saat sang pria juga menanyakan tentang Mala.

"Hampir satu tahun, Tuan. Kami berdua sama-sama bekerja di tempat yang sama," jawab Cahaya seraya melirik ke arah Mala seolah meminta penjelasan. Akan tetapi Mala hanya mengendikkan bahu, tak mengerti.

Pria itu terlihat menghela nafas dan memandangi Mala sejenak.

"Di sini kami membutuhkan seorang waiters apa kau bersedia?." Pria itu juga menjelaskan cara kerja dan gaji yang akan Cahaya terima dalam setiap bulannya. Cahaya akhirnya mengerti jika tempat yang ia datangi saat ini adalah sebuah Bar yang berada di lantai paling dasar juga difasilitasi dengan kamar hotel dan tempat hiburan lain yang terbagi dalam setiap lantainya, dan tempat yang tengah meteka pijak saat ini adalah lantai teratas bangunan yang hanya diisi oleh pemilik tempat usaha tersebut.

"Aku Jack, kau bisa memanggilku Tuan Jack."

"Baik, Tuan Jack."

"Bagaimana, apa kau bersedia untuk bekerja padaku?. Pria bernama Jack itu bertanya dan mengarahkan pandangannya pada Cahaya. "Sebelumnya, aku sudah pernah mendengar sedikit cerita kehidupanmu dari Mala. Di tempat ini kau bukan hanya menerima gaji tapi juga bonus. Bagaimana?."

Gadis bernama Cahaya itu terlihat ragu. Ia melirik pada Mala yang kini berdiri di samping kursi yang diduduki oleh Jack.

"Em, di tempat ini tugasmu untuk menyambut para tamu, memperlakukan mereka dengan ramah seperti para waiters pada umumnya. Dan jika Bar dalam keadaan ramai, kau bisa membantu para bartender untuk sekedar menyiapkan gelas atau apa pun yang mereka butuhkan. Pekarjaanmu tidak akan berat, jadi aku harap kau bisa bekerja menemani Mala di tempat ini."

Ah, bagaimana ini.

Gadis itu berfikir sejenak. Menimang baik buruknya, namun juga memikirkan nominal uang yang bisa ia kantongi bila bersedia bekerja di tempat ini. Cahaya memejamkan mata. Sepertinya tidak ada pilihan lain. Demi sang Ibu dan juga kehidupan yang lebih baik, sepertinya ia akan menerima tawaran dari Jack.

"Ya, Tuan. Saya bersedia untuk bekerja pada anda," jawab Cahaya kemudian, sementara itu pria bernama Jack tersebut tersenyum. Ia menganggukkan kepala dan puas dengan jawaban yang diberikan Cahaya.

"Aku senang dengan keputusanmu," ucap Jack yang kemudian bangkit dari kursi kebesarannya.

Kau juga biMenawarkan atau nenyarankan serta mengambil pesanan minuman dari para tamu, dan jika Bar sedang ramai, kau bisa membantu bartender membuat cocktail atau membantu pelayan lain." jelas Mala.

"Untuk upahnya, aku akan memberikan 3 kali lipat dari gajimu bekerja dipusat perbelanjaan itu." Sambung Jack.

"Bagaimana? Apa kau berminat ?" Jack mengarahkan pandangannya pada Cahaya yang berada dikursi seberangnya.

"Benarkah tuan? Anda akan memberikan saya gaji 3 kali lipat?" ucap Cahaya tak percaya, dengan wajah polosnya yang terlihat menggemaskan.

"Tentu saja, dan jika kau bisa bekerja dengan baik, kau akan mendapatkan bonus di setiap akhir pekan." Tambah jack tanpa rasa ragu.

Cahaya menelan ludahnya kasar, membayangka nominal rupiah yang akan dia kantongi setiap bulannya, ditambah dengan bonus akhir pekan jika dia mampu bekerja dengan baik. Tanpa berfikir panjang gadis cantik bernama Cahaya itu menerima tawaran Jack untuk bisa bekerja padanya.

"Ya, Tuan. Saya bersedia."

Jawaban yang keluar dari bibir Cahaya sontak membuat Jack tersenyum senang. Ia menatap sejenak pada Mala kemudian kembali lagi pada Cahaya. Pria bernama Jack itu sontak bangkit dari kursi kebesarannya. Ia pun berjalan mendekati Cahaya kemudian mengulurkan tangan.

"Baiklah, Cahaya. Selamat bergabung. Aku harap kau bisa bekerjasama dengan baik dan bekerja sesuai prosedur yang ada. Mulai besok, kau sudah bisa bekerja."

Cahaya sempat melirik pada Mala sebelum membalas jabatan tangan dari sang atasan.

"Terimakasih, Tuan. Saya janji akan bekerja dengan baik." Tak ada lagi yang bisa Cahaya lakukan selain menerima pekerjaan dari Jack. Kedua perempuan itu pun berpamitan pada Jack. Cahaya lebih dulu keluar dari ruangan saat Jack memanggil Mala.

Dalam diam Cahaya duduk menunggu. Entah apa yang Mala dan pria itu lakukan di dalam, Cahaya hanya bisa menduga. Fikirannya kini hanya tertuju pada sang Ibu. Tak mungkin jika dirinya berani berkata jujur tentang tempat yang akan menjadi tempat kerjanya kini.

Cahaya menghela nafas dalam, sampai suara pintu terdengan dibuka dari dalam. Mala keluar dan terlihat salah tingkah saat pandangan matanya bersiborok dengan Cahaya.

Ke duanya memilih bungkam dan berjalan untuk pulang. Tak ada pembicaraan sampai keduanya menempuh perjalan beberapa puluh menit, hingga motor terhenti di halaman rumah Cahaya.

"Aya," panggil Mala begitu tubuh sang sahabat baru saja menuruni motor yang mereka kendarai. "Aku mohon, jangan berfikiran buruk tentang diriku," lanjut Mala dengan memandang lekat wajah rekannya.

Cahaya hanya tersenyum. Entahlah, selepas kejadian Mala dan Jack di depan matanya tadi, sedikit memunculkan praduga tentang siapa Jack bagi seorang Mala.

"Untuk sekarang aku belum bisa menjelaskan semuanya padaku. Aku mohon, tolong jangan ceritakan kejadian tadi pada siapa pun," pinta Mala.

Cahaya menganggukkan kepala.

Mala pun berpamitan. Ia melambaikan tangan pada Cahaya sebelum motor yang ia kendarai melaju, meninggalkan halaman rumah Cahaya.

Gadis berwajah ayu itu masih mematung di tempat. Tubuh Mala tak lagi terlihat, hanya remang lampu jalananlah yang menandakan malah sudah datang.

Tbc.

Terpopuler

Comments

Herlan

Herlan

jangan sampai cahaya terbawa pergaulan bebas

2023-01-25

0

yesi yuniar

yesi yuniar

yg pasti cahaya harus bisa menjaga diri

2022-12-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!