Setelah pria tua itu mengubah seluruh kelompok serigala itu menjadi abu, dengan segera dia mendekat kearah Tang Lian dan memeriksa keadaanya.
"Syukurlah bocah kecil ini masih hidup!.."
Pria tua itu menghela nafas lega setelah dia memeriksa keadaan San Lin yang tak sadarkan diri. Lalu dengan cepat dia merobek bajunya dan membalut seluruh luka-luka San Lin agar dia tidak kehilangan banyak darah.
"Bocah ini tidak memiliki dantian dan jantungnya juga lemah, hanya ini yang bisa aku lakukan sekarang. Dan aku harap kamu bisa bertahan setelah kita sampai di desa bocah..." Pria tua itu bergumam pasrah dengan keadaan San Lin sekarang.
Karena bagaimanapun juga, San Lin bukanlah seorang kultivator, San Lin tidak memiliki dantian dan jantungnya lemah. Dan karena itu daya tahan tubuhnya juga jauh lebih lemah dari pada orang biasa sekalipun. Kemudian pria tua itu menggendongnya dan mulai berjalan kembali kedesanya.
"Aku penasaran bagaimana bocah lemah sepertimu bisa ada ditengah hutan belantara yang sangat berbahaya ini... Haiss... Sungguh bocah yang malang.." Pria tua itu bergumam lagi dan merasa sangat kasihan pada San Lin.
Pria tua yang berjalan seraya menggendong seorang anak kecil yang terluka dan tidak sadarkan diri dipunggungnya, pria tua itu terlihat seperti sedang menggendong anaknya, atau lebih cocok jika disebut cucunya.
Ditengah perjalanannya kembali kedesa, pria tua itu membatin, 'Jika putraku masih hidup seharusnya dia juga berusia sama dengan bocah ini. Dan juga... Keadaannya yang tidak bisa berkultivasi sama dengan putraku yang telah mati satu tahun yang lalu...'
Pria tua itu membatin sedih karena secara tiba-tiba dia juga mengingat putranya yang mati karena sebuah insiden berdarah. Pria tua itu sekarang telah menginjak usia enam puluh tahun, dan dua dikaruniai seorang putra ketika dia sudah berusia lima puluh tahun. Ketika itu pria tua itu dan istrinya terlihat sangat bahagia hingga pada akhirnya putranya mati ketika menginjak usia sepuluh tahun. Itu adalah masa lalu yang sangat kelam dan menyedihkan bagi pria tua itu.
Mengingat itu pria tua itu tidak bisa untuk menitiskan air mata kesedihan. Pria tua itu juga berpikir apakah ini sebuah kebetulan ataukah langit telah mengatur ini untuknya? Jika benar maka langit sungguh sangat kejam padanya. Bagaimana tidak? Putra satu-satunya yang dia miliki di saat usianya sudah tua adalah sebuah kebahagiaan yang tidak tergambarkan dengan kata-kata, namun ketika usia putranya menginjak sepuluh tahun putranya mati dan sekarang dia dipertemukan dengan seorang bocah yang keadaanya benar-benar sama dengan putranya dulu yaitu tidak bisa berkultivasi.
Seraya terus berjalan dengan cepat, pria tua itu menatap bulan sabit yang dikelilingi oleh jutaan bintang seraya bergumam pelan, "Sudah hampir tengah malam. Istriku pasti akan marah karena aku pulang terlambat.. Ah, sudahlah yang penting sekarang adalah bagaimana caranya agar bocah malang ini selamat.."
Pria tua itu bergumam tidak berdaya seraya terus memutar otaknya untuk mencari solusi. Karena mengingat kondisi San Lin saat ini takutnya dia tidak bisa bertahan hingga sampai didesanya. Namun sekeras apapun pria tua itu berpikir dia tetap tidak bisa menemukan jawaban apapun, dan satu-satunya cara hanyalah dia berharap agar San Lin si bocah malang itu bisa bertahan hingga sampai di desa, dengan begitu mungkin dia masih bisa selamat.
Pria tua itu juga tidak tau mengapa dia begitu khawatir akan bocah malang itu, entah itu karena San Lin mirip dengan putranya yang telah mati atau yang lain dia tidak tau. Yang dia rasakan hanyalah kekhawatiran yang sangat besar, dia takut San Lin akan mati dan dia berpikir akan sangat menyesal jika itu terjadi padahal San Lin bukanlah putra ataupun cucu kandungnya.
Dan karena kekhawatirannya itu, pria tua itu kemudian mempercepat langkahnya dan bahkan sesekali dia berlari. Ekspresi wajah pria tua itu juga terus berubah ubah diantara sedih, takut, khawatir dan lain-lain.
Sedangkan didalam sebuah rumah tua yang telah lapuk dan bahkan ada beberapa bagian rumah itu yang telah dimakan oleh rayap ditambah lagi atapnya bocor. Dan dihalaman rumah itu seorang wanita yang berusia lima puluh tahunan berjalan mondar-mandir seperti sedang menunggu seseorang dan merasa sangat khawatir.
"Mengapa kali ini suamiku lama sekali pulangnya? Ini sudah hampir tengah malam dan dia juga belum kembali. Tidak mungkin terjadi sesuatu padanya kan?.." Wanita itu bergumam sangat khawatir dan terus berjalan mondar-mandir dihalaman rumah tuanya itu.
Bermacam-macam pikiran buruk terus menghantui pikiran wanita itu. Dan karena dia tidak bisa tenang, kemudian dia berdoa, "Langit... Tolong lindungi suamiku dan bimbing dia kembali ke sisiku dengan selamat. Aku tidak memiliki siapapun lagi selain dia.."
Wanita itu berdoa kepada langit seraya menitiskan air matanya. Tepat setelah wanita itu selesai berdoa, tiba-tiba sebuah suara yang sangat akrab memanggilnya.
"Yu'er! Aku kembali!.."
Ketika mendengar suara itu memanggil namanya dengan sangat akrab, wanita itu kemudian membalikkan tubuhnya dan ingin berlari memeluk orang yang memanggilnya itu, namun dia berhenti karena apa yang dia lihat adalah suaminya yang tidak memakai baju seraya menggendong seorang anak yang dibalut dengan baju suaminya yang dipenuhi darah.
Wanita itu menatap dengan mulut terbuka lebar dan mata terbelalak, namun dengan cepat dia tersadar lalu mendekati suaminya itu.
"Suamiku, apa yang telah terjadi! Dan siapa anak yang kau bawa itu!?.." Wanita itu melontarkan pertanyaan berturut-turut pada suaminya.
"Untuk sekarang tidak ada waktu untuk menjelaskan istriku, anak ini sedang terluka sangat parah dan membutuhkan pertolongan dengan segera!.." Ucap pria tua itu dan dengan terburu-buru dia langsung membawa San Lin kedalam sebuah kamar dan membaringkannya diatas kasur yang beralaskan papan.
Sedangkan istri dari pria tua itu telah pergi untuk memanggil seorang tabib. Wanita itu sebenarnya merasa tidak enak jika menganggu seseorang ditengah malam begini, namun mengingat kondisi bocah malang yang sedang sekarat itu dia terpaksa melakukannya meskipun dia akan dipermalukan pada akhirnya.
Setelah sepuluh menit berlari, akhirnya wanita itu sampai dihadapan sebuah rumah yang cukup besar untuk orang-orang desa tinggali, bahkan rumah itu juga memiliki beberapa penjaga.
"Permisi tuan penjaga, aku membutuhkan bantuan tabib Kang Ho untuk mengobati seseorang.." Wanita itu berkata dengan sangat sopan.
"Bibi, mohon kembalilah kerumah anda dan kembali lagi besok, karena sekarang tabib Kang Ho tengah beristirahat.." Salah satu dari dua penjaga yang menjaga digerbang menolak dengan sangat sopan pula.
Wanita itu tidak ingin berlama-lama untuk terus beradu mulut dan memaksa terus masuk, lalu tanpa memikirkan harga dirinya dia kemudian bersujud. Kedua penjaga itu sangat terkejut dengan apa yang dilakukan wanita itu.
"B-bibi, tolong jangan bersujud pada kami..."
"Tapi tuan penjaga, aku benar-benar sangat memohon. Suamiku baru saja menemukan seorang anak kecil yang terluka ditengah hutan dan sekarang tengah sekarat!." Wanita itu memohon dan mengatakan kejujuran. Wanita itu berpikir dengan begini mungkin kedua penjaga itu akan mengijinkannya masuk.
"Tapi bibi..." Penjaga itu menghentikan kata-katanya karena tiba-tiba dipotong oleh temannya.
"Saudara, sudahlah izinkan saja dia masuk.." Ucap penjaga satunya lagi yang menatap wanita itu dengan kasihan dan tidak tega.
"Tapi saudara, aku takut kita nanti bisa dipecat dari pekerjaan kita.." Penjaga satunya lagi masih dengan keras kepala mencoba untuk menolak.
"Saudara, kehilangan pekerjaan itu tidak masalah, kita bisa mencarinya lagi jika kita dipecat. Ini bersangkutan dengan nyawa manusia, coba saudara pikirkan bagaimana jika anak saudara berada dalam posisi itu?.."
Mendengar pektaan temannya itu, penjaga yang keras kepala sebelumnya itu kemudian mengalah. Penjaga itu tidak bisa untuk tidak mengalah karena dua juga memiliki seorang putra yang baru menginjak usia lima tahun, dan tentunya perkataan temannya barusan membuatnya merasa bersalah jika dia tetap tidak mengijinkan.
"Bailah bibi, kamu boleh masuk.." Ucap penjaga itu lalu membukakan pintu gerbang.
Wanita itu merasa sangat lega ketika kedua penjaga itu mengijinkannya lalu dia berkata, "Terima kasih tuan penjaga!.."
Setelah berterimakasih, wanita itu langsung berlari masuk. Namun tepat pada saat dia melewati pintu gerbang, tiba-tiba saja bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments