Keluar dari ruang kerja managernya, Kendra tentunduk lesu memandangi berkas di tangannya, kemudian ia berjalan menuju meja kerjanya dan duduk di kursinya tanpa bicara sepatah katapun kepada keempat temannya yang sedari tadi sudah berkumpul di meja kerjanya sembari memandanginya dengan wajah penasaran.
Luna menggosok-gosokan tangannya, ia mulai cemas karena Kendra tak seperti biasanya. Selama ini Kendra selalu terlihat ceria dan bersemangat saat keluar dari ruang managernya, namun kali ini.... "Ken, loe kenapa? Gimana laporan analisisnya?" tanyanya penasaran bercampur khawatir.
"Pak Wiliam, nolak laporan tim kita ya?" sambung Bela.
Angga menggeser kursinya dengan kakinya agar lebih mendekat ke arah Kendra. "Apa jangan-jangan loe baru kena semprot pak Wiliam?" ia mencoba menebak apa yang terjadi dengan teman satu timnya itu.
Angga yang sudah bekerja hampir tiga tahun di perusahaan tersebut, kenal betul dengan atasanya yang galak itu, sehingga ia menduga jika Kendra baru saja kena semprot Pak William.
Kendra menggeleng, kemudian ia menatap satu persatu wajah teman satu timnya dengan wajah serius. Satu detik kemudian wajah serius Kendra berubah, ia justru tertawa terbahak-bahak. "Loe semua pada serius amat sih," ucapnya. "Laporan analisa koin kita bulan ini di terima" lanjutnya dengan girang.
"Rese loe," ucap Bela dengan kesal. "Gue kira ada apa." ia bersiap mengeluarkan tanduknya untuk mengomeli Kendra yang sudah membuatnya khawatir.
Kendra langsung mengangakat tangannya agar teman-temannya tenang. "Jangan ngomel dulu, gue punya kabar bagus."
Seketika teman-temannya kembali memandang Kendra dengan serius, termasuk Ray yang baru saja ingin kembali ke tempat duduknya, mendadak kembali mendekat ke arah Kendra. "Apaan?"
"Bulan ini Pak Wiliam akan memberikan reward atas beberapa konten kita yang berhasil menarik minat pasar," ucap Kendra sembari tersenyum.
Mereka langsung tersenyum bahagia mendengar atasannya akan memberikan bonus tambahan, Luna maju dua langkah, berdiri di belakang Kendra, ia mengalungkan tangannya di leher Kendra. "Serius Ken?"
Jantung Kendra berdegup kencang, ia menunduk melihat tangan Luna yang menjulur ke dadanya. Belum pernah rasanya ia seakrab ini dengan seorang wanita selain dengan Fay. "Iya, Lun" ucapnya sembari mengangguk.
"Sudah lama sekali Pak Wiliam tidak memberikan bonus kepada kami," ucap Luna sembari mengingat-ingat kapan atasannya itu memberikan bonus kepada mereka. "Terakhir kalau tidak salah, setahun yang lalu. Terima kasih ya, Ken." ia mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah Kendra kemudian mendaratkan bibirnya di pipi Kendra.
Kendra terdiam membeku, jantungnya masih berdegup dengan kencang, meskipun Luna sudah melepas tangannya dan pergi menjauh dari meja kerja Kendra. Dari seberang meja kerjanya, Luna tersenyum menatap Kendra, kemudian ia kembali fokus pada komputer di meja kerjanya.
Angga menepuk bahu Kendra, hingga membuatnya tersadar dari lamunannya. "Malem sabtu kita party lagi yuk!" ajaknya.
Kendra nampak berpikir sejenak, kali ini ia sudah paham bahwa ajakan tersebut bukanlah makan malam biasa di restoran, melainkan ke sebuah club malam. Kendra mengangguk menerima ajakan Angga.
"Nah gitu dong, Ken," ucap Ray, ia mengulurkan sebuah dokumen kepada Kendra. "Materi konten baru untuk minggu depan, loe cek ya."
"Beres."
Angga dan Ray pun kembali ke meja kerjanya, sementara Bela justru menarik kursinya mendekat ke arah Kendra. Ia mencondongkan tubuhnya sembari melirik ke arah Luna kemudian menatap Kendra serius. "Enggak apa-apa kali Ken, loe nikmatin aja. Toh cewek loe jauh ini," bisiknya.
Kendra mengerutkan keningnya menatap Bela. "Bini orang itu, Bel," ucapnya dengan tegas, ia tak ingin di sebut pengganggu rumah tangga orang atau perebut istri orang.
Bela kembali berbisik. "Enggak apa-apa, lakinya jarang pulang. Setahun sekali aja enggak, " ucap Bela, ia kembali melirik Luna. "lagian nih ya. Lakinya enggak bisa punya anak, alias mandul."
Kendra tercengang mendengar ucapan Bela, ia agak menggeser sedikit kursinya menjauh dari Bela, agar tak terlihat seperti ibu-ibu komplek yang tengah bergosip. "Husst... Jangan ngomong sembarangan. Siapa tahu aja mereka memang sedang menunda kehamilan. Zaman sekarang banyak kali orang yang memilih untuk menunda kehamilan atau memilih childfree."
Bela menggeleng. "Gue temenan sama dia udah lama. Tiga tahun." Ia mengacungkan ketiga jarinya di hadapan Kendra. "Dia itu pengen banget punya anak, dia nangis-nangis sambil nunjukin hasil pemeriksaan waktu dia mau menjalani program hamil, dan ternyata kualitas ****** suaminya yang kurang bagus."
Kendra mengangguk, membayangkan betapa sepinya hidup Luna, jauh dari suami yang harus berlayar, jauh dari keluarga dan sudah hampir lima tahun menikah belum memiliki keturunan. 'Pantas saja setiap pulang kerja dia selalu ngajak keluar,' batin Kendra.
"Udah ah gue mau kerja," Kendra memotong omongan Bela yang sedari tak hentinya membicarakan Luna. "Dengerin loe ngegosip bisa sampe besok juga gak selesai." Kendra mendorong kursi bela hingga ke meja kerjanya.
"Iiih... bener-bener rese loe ini," ucapnya kesal.
Kendra menarik salah satu sticky note yang ia tempel di kompeternya, "Laporan loe dateline hari ini. Ayo cepat kerjakan!!" ia menempelkan sticky note tersebut di jidat Bela.
Bela langsung melepasnya. "Bawel banget nih anak baru, awas loe ya kalo minta informasi tentang Luna ke gue, gak akan gue jawab."
"Tidak akan!!" ucap Kendra, sembari mulai memeriksa laporan milik Ray. Ia merasa tidak tertarik dengan kehidupan rumah tangga orang lain terlebih ia sudah memiliki kekasih hati, Kendra memilih untuk kembali fokus pada pekerjaannya.
Hingga sore harinya, saat pulang kantor Luna menghampiri meja kerja Kendra. "Masih sibuk?" tanyanya.
Kendra menoleh ke arah Luna yang berdiri di belakangnya. "Sudah selesai kok, cuma tinggal kirim email saja," jawab Kendra, ia kembali menatap layar komputernya.
Luna memaikan jari kukunya, ia mampak terlihat bingung dan ragu-ragu, namun kemudian. "Ken pulang bareng yuk!" ajaknya.
Kendra nampak terkejut dengan ajakannya. "Bukannya kamu bawa mobil ya, Lun?"
Luna maju satu langkah dan membalik tubuhnya, ia bersandar di meja kerja Kendra. "Iya pakai mobilku, kamu punya SIM kan?"
Kendra mengangguk. "Ya punya sih tapi...."
"Ayolah Ken, sekali-kali jalan enggak sama anak-anak." potong Luna, ia terus meminta Kendra untuk menerima ajakanannya. "Kita nonton kek, atau makan. Mau ya?"
Kendra teringat akan ucapan Bela pagi tadi yang mengatakan jika Luna kesepian lantaran ia belum di karuniai momongan, sehingga ia merasa kasihan dan menerima ajakan Luna. "Ya sudah tapi sebentar aja ya," ia melihat jam di tangannya memperkirakan waktu menonton hanya dua jam kemudian ia bisa langsung pulang dan menghubungi Fay untuk menemaninya belajar.
Luna mengangguk sembari tersenyum sumringah. "Terima kasih ya," ia memberikan kunci mobilnya kepada Kendra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
seperti nya Kendra mulai hanyut nih dengan pujukan temannya
2023-06-25
0
yuni kazandozi
haaaah tuh siluna nyosor gitu,ingat laki loe berjuang diatas lautan tuh juga buat kamu luna,jangan ganggu cowo laen
2023-01-01
1
💜⃞⃟𝓛 ༄༅⃟𝐐🇺𝗠𝗠𝗜ᴰᴱᵂᴵ 🌀🖌
calon ada perselingkuhan ini....
2022-12-30
1