BAB 3

Fay berlari menerobos keramaian terminal Giwangan sembari menoleh kekanan dan kekiri mencari sosok kekasihnya. Ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Harusnya sih belum berangkat, tapi di mana ya?"

Fay merogoh handphone di sakunya, ia menghubungi Kendra sembari terus mencari keberadaannya.

Kotak suara!

Fay mematikan handphonenya. "Pake acara tidak aktiv lagi handphonenya," ia menaruh kembali handphonenya ke dalam sakunya. Ia terus berjalan menyusuri deretan bus yang berjejer dengan berbagai tujuan. "Kalau tidak salah... Rosalinda Indah nama busnya," gumam Fay.

Benar saja tepat di depan bus Rosalinda Indah, Fay melihat sosok Kendra tengah menyimpan barang bawaannya di bagasi bus. "Kendra..." teriak Fay, ia berlari menghampiri Kendra.

Kendra menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya, ia kemudian memastikan barang-barangnya tersusun dengan rapih di bagasi barulah menghampiri Fay.

"Nomormu kenapa tidak aktiv?" tanya Fay. "Aku dari tadi mengghubungimu sulit sekali."

"Ada di tas, sedang aku charger dengan power bank," jawab Kendra. "Kok kamu ada di sini?" tanyanya heran melihat keberadaan kekasihnya menyusulnya ke terminal.

Fay mengulurkan sebuah tas ransel ke arah Kendra. "Titipan dari Ibu dan juga dari aku," ucap Fay sembari tersenyum.

"Apa ini, Fay?" tanyanya bingung. "Aku jadi enggak enak keseringan ngerepotin kamu dan ibu."

"Aku sama ibu tidak merasa di repotkan, ini cuma makanan agar kamu tidak telat makan dan beberapa kemeja untukmu agar kamu semakin rapih di hari pertamamu bekerja."

Kendra tertawa. "Kalau nanti atasanku naksir aku gimana? Kaya cerita-cerita dalam novel fiksi, Pacarku adalah bossku," ucap Kendra menyebutkan salah satu judul novel yang pernah ia baca.

Fay membulatkan matanya, ia langsung mencubit pinggang Kendra. "Belum berangkat udah niat macam-macam...."

Kendra meringis kesakitan. "Awww... Sakit, Fay... Ampun..." ia menarik tangan Fay lepas dari pinggangnya.

"Iya habis kamu belum apa-apa udah nyebelin," ucapnya kesal.

Kendra mengelus kepala Fay dengan lembut. "Atasan aku itu laki-laki semua tau," ujarnya. "Aku sudah sangat merasa bersyukur punya kamu, Fay. Kamu adalah hal terbaik yang pernah ada di dalam hidupku. Cepat lulus ya sayang, agar kita tidak LDR lagi."

Fay mengangguk penuh semangat. "Iya sayang."

Ditengah perbincangannya dengan kekasihnya, seorang kondektur bus meminta seluruh penumpang untuk segera masuk ke bis. Sekilas Kendra menoleh ke arah bus yang akan ia tumpangi. "Aku berangkat dulu ya sayang," ia mendaratkan bibirnya di kening Fay kemudian melangkah pergi.

"Jangan lupa aktivin handphonenya dan kabari aku jika sudah sampai," ucap Fay.

"Siap sayang!" Kendra pun masuk ke bus yang membawanya ke Jakarta.

Masih di tempat yang sama Fay berdiri memandangi bus yang di tumpangi Kendra perlahan menjauh dari terminal. Tunggu aku lulus ya, Ken.

Tiba di Jakarta, Kendra langsung mengorder transportasi online untuk mengantarkannya ke tempat kontrakan bude Jum. Hanya butuh waktu sekitar empat puluh lima menit untuk tiba di lokasi.

Setibanya di kontrakan barunya, bude Jum menyambut kedatangan Kendra dengan hangat. "Nak, Kendra ya?"

Kendra mengulurkan tangannya, kemudian mencium tangan bude Jum. "Iya bude, aku Kendra."

"Ayo masuk, masuk!" bude Jum mengarahkan Kendra ke ruang tamu. "Ayo duduk dulu! Bagaimana perjalanannya? Susah cari alamat ini?"

"Tidak bude, tadi dari terminal aku pake transportasi online jadi lebih mudah."

"Iya, zaman sekarang sudah canggih jadi tidak perlu hafal nomor angkot lagi. Tapi nanti kalau kamu besok mau kerja, naik busway saja di depan, cuma delapan ribu sudah sampai ke Sudirman, kalau naik online lumayan bisa nyampe tiga puluh lima ribu."

Kendra tersenyum mengangguk. "Iya bude, kemarin Fay pun bilang seperti itu."

Wajah bude Jum seketika berubah, ia nampak seperti sedang mengingat-ingat sesuatu. "Kalau tidak salah terakhir ketemu sekitar dua tahun lalu," ucap bude Jum. "Saat nikahan, kakak sepupu Fay di Jogja."

Kendra tersenyum mengangguk, sebetulnya Kendra tidak ingat betul siapa-siapa saja keluarga besar Fay. yang ia inggat saat acara tersebut, Fay memang mengenalkan Kendra pada keluarga besarnya. "Iya bude. Dua tahun yang lalu," ia menggosokkan tangannya ke leher.

"Bagaimana hubunganmu dengan Fay?"

Kendra sedikit terkejut dengan pertanyaan bude Jum, baginya agak sedikit aneh untuk seseorang yang baru saja bertemu menanyakan soal hubungan. 'Apa semua tante-tante seperti ini?' batinnya.

"Hubunganku dengan Fay baik, bude." Meski kurang nyaman dengan pertanyaan tersebut, Kendra tetap menjawabnya dengan sopan.

"Udah lama kan kamu pacaran sama dia?" tanyanya kembali.

"Tiga tahun, bude," jawabnya singkat.

"Fay, ambil kedokteran. Kelamaan kuliahnya, sekitar enam tahun jadi tidak nikah-nikah sampai sekarang. Anak bude saja tahun depan sudah mau lulus, lulusan Singapore lagi. Padahal kuliahnya duluan Fay, dari anak bude." tutur bude Jum.

Kendra berdeham, ia semakin tidak nyaman dengan pembicaraan ini. "Aku dan Fay tidak sedang terburu-buru ingin nikah kok bude, kami sama-sama saling support meraih mimpi masing-masing."

"Aku masuk ke kamar dulu ya bude, beresin barang-barangku, karena besok aku sudah mulai bekerja." Kendra beranjak dari tempat duduknya, ia meraih koper-kopernya kemudian memasukannya ke kamar.

"Ya sudah bude juga pulang dulu ya, ini kuncinya." ia memberikan kunci kontrakannya kepada Kendra. "Semoga kamu betah, Ken. Rumah bude di sebelah, ke rumah saja jika kamu butuh apa-apa." ia melangkahkan kakinya keluar dari kontrakan di ikuti oleh Kendra dari belakang.

"Terima kasih banyak, bude." Kendra pun menutup pintu, setelah bude Jum pergi meninggalkan kontrakannya.

"Akhirnya..." Kendra menghela nafas leganya, ia berkeliling di rumah kontrakan barunya. Rumah sederhana dengan satu kamar, satu ruang tamu sekaligus ruang keluarga, dapur dan kamar mandi. Bagi Kendra itu semua sudah lebih dari cukup.

Ia kembali ke kamar untuk membongkar barang-barang bawaannya, sembari menghubungi Fay.

"Aku sudah coba kemeja, pas. Terima kasih ya sayang," ucap Kendra kepada Fay lewat sambungan telepon. Ia melipat kembali kemeja pemberian Fay dan menyusunnya di lemari pakaian.

"Alhamdulillah, semangat ya kerjanya."

"Oh iya aku lupa bilang padamu," ucap Kendra.

"Apa Ken?" tanya Fay penasaran.

"Dalam kontrak kerja yang sudah aku tanda tangani, jika selama satu tahun ini aku belum mendapatkan jatah cuti."

Fay terdiam sesaat, sebenarnya bukan hal yang baru baginya mendengar peraturan kantor seperti yang di ucapkan Kendra, memang ada beberapa perusahaan yang belum memberikan jatah cuti kepada karyawan baru. "Tidak apa-apa kok, kan kita tetap bisa telpon atau video call," ucap Fay dengan nada ceria, ia tak ingin terdengar kecewa.

Fay ingin tetap bisa mensupport Kendra seperti Kendra mensupport dirinya, kalau pun di tanggal 14 Februari yang akan datang Kendra tidak bisa datang untuk menepati janjinya, Fay akan mengerti.

"Tiap hari, aku akan selalu menghubungimu."

"Ya sudah istirahat yuk. Besok pagi kan kamu sudah harus berangkat ke kantor."

"Bye, Fay."

"Bye, Ken." Fay mematikan sambungan teleponnya dan menaruh handphonenya di atas meja, barulah ia menyelimuti tubuhnya dengan selimut.

Terpopuler

Comments

yuni kazandozi

yuni kazandozi

jangan jangan nanti ken selingkuh sama anaknya bude jum tuh

2022-12-31

2

💜⃞⃟𝓛 ༄༅⃟𝐐🇺𝗠𝗠𝗜ᴰᴱᵂᴵ 🌀🖌

💜⃞⃟𝓛 ༄༅⃟𝐐🇺𝗠𝗠𝗜ᴰᴱᵂᴵ 🌀🖌

namanya juga kepo Kendra, gpp lah 🤣

2022-12-29

2

💜⃞⃟𝓛 ༄༅⃟𝐐🇺𝗠𝗠𝗜ᴰᴱᵂᴵ 🌀🖌

💜⃞⃟𝓛 ༄༅⃟𝐐🇺𝗠𝗠𝗜ᴰᴱᵂᴵ 🌀🖌

kendra niat mau selingkuh 🙈🙊🙉

2022-12-29

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!