Jika sepulang dari Kost Shenina, Dhani langsung melajukan mobilnya ke arah klub malam untuk melampiaskan patah hatinya, berbeda dengan Shenina yang justru langsung terbang ke alam mimpi karena matanya sudah begitu ngantuk akibat beberapa hari ini tidak bisa tidur nyenyak karena masalah di kantor.
Shenina, gadis cantik 25 tahun itu seolah sudah mati rasa dengan segala drama kehidupan yang ada. Shenina benar-benar tidak ingin ambil pusing perihal Desti dan Dhani sendiri yang membuatnya dalam masalah. Yang penting masalah itu sudah terselesaikan dengan sangat baik itu sudah lebih dari cukup.
Sudah, cukup tahu dan hati-hati saja dengan dua manusia itu untuk kedepannya nanti.
Apalagi mengenai gosip-gosip yang beredar di kantor soal Shenina yang hanya memanfaatkan kekayaan Dhani yang katanya Dhani sudah membelikan dia ini dan itu bahkan Dhani memberikan jatah bulanan pada Shenina yang dari kalangan biasa. Dhani memang terkenal kaya karena penampilannya juga suka mentraktir teman-teman kantornya belum lagi mobil mewah yang Dhani pakai untuk ke kantor.
"Bodoh amat!" itulah yang selalu terlintas di otak Shenina ketika mendapati orang di kantor yang memandangnya dengan tatapan tidak menyenangkan.
Shenina merasa tidak perlu mengklarifikasi semuanya karena semuanya tidak benar. Bagi Shenina, waktu pasti akan menjawab segala kebenaran kok, lagian Shenina selalu menolak barang apa saja yang Dhani berikan untuknya karena Shenina tidak ingin memiliki hutang budi sama orang apalagi hutang perasaan.
Pagi harinya, Shenina sudah bangun dengan keadaan fresh dan segar. Gadis berlesung pipi itupun langsung bersiap menuju kantor tempat dia mencari rejeki agar bisa menyambung hidup dan memenuhi segala kebutuhannya.
Untuk pergi ke kantor, Shenina tidak perlu menggunakan taksi atau kendaraan lainnya. Cukup jalan kaki karena jarak kost dan kantornya cukup dekat.
Baru menginjak kakinya di area lobby, tiba-tiba seseorang memanggil Shenina dengan heboh. Siapa lagi jika bukan Alula, sahabat baru Shenina.
"Elu kenapa heboh banget pagi-pagi sih La?" Shenina menatap malas sahabatnya yang cerewet tersebut. Bagaimana tidak cerewet, jika Shenina malas menanggapi ocehan Alula, gadis cantik itu tidak akan berhenti mengganggunya.
"Shen, ada berita penting... dan gue yakin elu belum tahu tentang berita ini." Ucap Alula yang merangkul pundak Shenina saat berjalan menuju lift untuk mencapai lantai tiga, ruangan mereka berada.
Keakraban dua gadis itu seperti sudah terjalin sangat lama dan seperti tidak ada jarak usia diantara mereka. Padahal mereka baru kenal beberapa bulan dan jarak usia mereka tiga tahun.
"Apaan?" Tanya Shenina mengernyit sambil masuk ke kotak besi dihadapannya yang sudah terbuka.
Kebetulan hari masih pagi sehingga suasana kantor masih cukup sepi. Hanya segelintir orang yang sudah memasuki kantor lima lantai itu. Shenina adalah termasuk karyawan yang rajin sedangkan Alula sebaliknya. Alula berangkat pagi karena ingin memberikan berita terhangat pada Shenina.
"Dhani gak masuk ke kantor hari ini dan beberapa hari kedepan."
"Oh kirain apaan." Jawab Shenina mengira Dhani ada tugas di luar kota.
"Elu gak penasaran dia gak masuk karena apa?"
"Kenapa memang? visit ke Clint kan?" Tanya Shenina yang sebenarnya hanya formalitas saja.
"Hmmm.. salah besar.. dia sekarang ada di rumah sakit Shen. Dia lemah tidak berdaya." Cerita Alula dengan nada dramatis.
"Kok bisa? why?"
Dhani sakit? bukankah semalam lelaki itu baik-baik saja?
Bagaimanapun Dhani, Shenina tetap menganggap Dhani teman kerja sekaligus atasannya, jadi dia harus peduli sama temannya itu.
"Dhani sakit apa La?"
"Semalam dia digebukin beberapa orang karena buat kekacauan di klub. Muka Dhani bener-bener bonyok.. tangan kirinya juga patah." Kata Alula sambil berbisik pada Shenina karena saat ini mereka sedang berada di lift bersama tiga karyawan lainnya.
"Ha? di klub? kok bisa? kenapa bisa sampai digebukin?" Shenina sedikit cemas, bagaimana pun Dhani adalah teman kerjanya selama dua tahun ini sekaligus atasannya. Dan enam bulan belakangan ini hubungan Shenina dengan Dhani cukup intens.
"Pelan-pelan kalau ngomong ih!" Tegus Alula.
"Ceritain cepet!" Perintah Shenina dengan lirih.
" Dia semalam itu mabuk terus buat kekacauan... dia digebukin eh yang di panggil-panggil nama elu Shen." Ucap Alula. Kedua gadis itu kini sudah keluar dari lift menuju ruangannya berada.
"Bentar.. bentar...elu tahu dari mana? Elu jangan bercanda deh. Gak lucu tahu La buat gue merasa bersalah setelah semalam menolak cintanya." Shenina menatap tajam pada Alula.
"Oh... Dhani masih belum menyerah?Gue gak bercanda Shenina cantik... gue lihat sendiri.. gue yang cari bantuan buat selamatin dia... bahkan gue juga yang antar dia ke rumah sakit dan nungguin dia sampai orang tuanya dia datang."
"Jadi semalam elu di klub malam? astaga Alula, elu itu cewek.. kenapa main ditempat begituan sih?" Nyatanya Shenina justru lebih mengkhawatirkan Alula ketimbang Dhani, hal itu membuat Alula tersenyum.
"Biasa aja dong menatapnya... gue emang biasa main di klub kalau lagi suntuk, tapi gue gak mabok. Elu tenang aja Shen, gue kalau main disana dengan pengawalan yang super ketat dari sahabat-sahabat gue tentunya someone gue yang spesial."
"Tapi tetep saja La..."
"Shen, elu kok malah justru khawatir sama gue sih? nggak sama Dhani... tanya kek gimana kondisinya sekarang gimana gue yakin, dia mabuk pasti gara-gara cintanya bertepuk sebelah tangan." Goda Alula.
"Kan tadi elu udah bilang dia bonyok dan tangannya patah."
"Elu gak cemas?" Tanya Alula.
"Kenapa gue harus cemas?" Jawab Shenina cuek padahal merasa bersalah.
"Kan Dhani mabuk gara-gara cintanya elu tolak." Shenina menghela nafasnya.
"La, namanya perasaan itu gak bisa dipaksa. Kalau memang hati gue gak tertuju pada Dhani, gue gak punya alasan buat menerima dia menjadi kekasih gue. Karena kalau begitu, gue gak nyaman menjalin hubungan sedangkan dia akan merasa disakiti atau di permainkan. Penolakan gue emang membuat dia kecewa, tapi percayalah.. itu lebih baik daripada memaksakan hubungan ." Kata Shenina menghela nafasnya.
"Lagian La, Tuhan itu udah kasih dia otak buat berpikir. Dia juga udah bukan anak kecil lagi... harusnya dia tahu mana yang baik dan mana yang buruk dong... Apapun yang terjadi, tidak bisa dia jadikan alasan untuk melakukan hal buruk untuk dirinya sendiri. Kalau dia udah bersiap mabuk, dia juga sudah bersiap dengan segala resikonya dong. Kalau udah begitu, gue cuma bisa doain agar dia cepat sembuh dan berdoa yang terbaik buat dia." Alula mengangguk mengerti.
"Yang gue lihat selama dua bulan terakhir kan elu cukup dekat dengan Dhani, bahkan kata anak anak kedekatan kalian sudah terjalin selama enam bulan. elu juga banyak bicara sama Dhani daripada sama yang lainnya... oke, perasaan gak bisa dipaksakan gue paham itu... tapi selain itu apa elu udah deket sama cowok lain gitu, atau naksir sama cowok lain gitu?" Tanya Alula.
"Elu kepo banget sih sama perasaan orang La.. udahlah, yuk kita cari sarapan di kantin mumpung masih pagi." Setelah meletakkan tasnya dengan sempurna diatas meja kerjanya, Shenina mengajak Alula buat mencari amunisi sebelum berkutat dengan pekerjaan.
" Jangan bilang elu belum bisa move on dari mantan elu Shen?" Tebak Alula.
"Ngomong apaan sih!" Sungguh Shenina tidak suka membahas mantan.
"Gue penasaran seperti apa mantan pacar elu hingga buat elu susah move on sampe sekarang padahal udah disakiti."
"Gue udah move on!"
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Defi
Alula kepo deh sama mantan Shenina 😂
2023-02-26
1