Masalah

Entah kenapa, beberapa hari ini Shenina merasa asing berada di dalam kantor megah tempat ia bekerja saat ini.

Lebih tepatnya usai Gathering kemarin, teman-teman kantor Shenina seakan menjauhi Shenina dan menatap Shenina dengan tatapan yang tidak menyenangkan.

Shenina tidak ingin menerka-nerka apa yang membuat para teman-teman kantornya itu memandang dirinya seperti itu. Shenina berusaha 'bodoh amat' akan persepsi atau anggapan orang tentang dirinya.

Prinsipnya, asal dia tidak merugikan orang lain maka semua tidak akan jadi masalah.

Toh, selama dua tahun bekerja di perusahaan ini, Shenina memang tidak dekat dengan siapapun dan berbicara seperlunya saja termasuk dengan Desti, teman kuliahnya dulu. Dan soal Dhani, Shenina baru dekat dengan lelaki itu sekitar enam bulan terakhir karena mereka sering perjalanan kerja ke luar kota untuk menemui customer.

Ngomong-ngomong soal Dhani, lelaki itu berubah 180 derajat pada Shenina setelah Shenina menolak cintanya kemarin sewaktu Gathering Perusahaan.

Dhani yang selalu senyum pada Shenina, berbicara lembut dan perhatian sama Shenina hingga membuat Shenina sedikit luluh, sekarang nampak dingin dan selalu menatap Shenina dengan tajam.

"Shen... entar makan siang sama gue yuk, gue mau cobain restoran terbaru di Jalan Veteran... katanya enak sih.. mumpung masih ada promo diskon 40 persen." Ujar Alula dengan penuh semangat saat jarum jam baru menunjukkan pukul sembilan pagi.

"Boleh La... kebetulan gue juga pengen cobain masakan disana." Jawab Shenina dengan tersenyum.

"Sip." Alula pun mengacungkan jempolnya pada Shenina sebelum kembali menatap layar monitor yang ada di meja kerjanya.

Hanya Alula-lah yang sering mengajak Shenina berbicara sebab Desti yang justru teman lama Shenina malah seakan menjauhi gadis berlesung pipi tersebut.

"Al.... elu gak ada capeknya sok akrab sama Shenina... padahal dia ngobrol juga irit banget. Gak asik juga. Gue aja meskipun kenal lama, tapi gak pernah deket." Bisik Desti yang bilik mejanya ada di samping kiri Alula, sedangkan Shenina berada disamping kanan Alula.

"Kenapa memang? Gue have fun aja berteman sama dia." Jawab Alula nampak cuek.

Entah kenapa semenjak kejadian di Villa sewaktu Gathering kemarin, Alula hilang respek dengan Desti setelah mendengar ucapan Desti pada Shenina perihal mantan. Apalagi sedikit banyak Alula mendengar apa saja yang Desti katakan pada orang-orang tentang Shenina.

Sedangkan Shenina yang mendengar obrolan mereka pun hanya tersenyum tipis. Shenina tidak peduli.

BRAK!

Shenina terperanjat kala sebuah tangan besar menggebrak meja kerjanya. Meksipun gebrakan yang di lakukan dengan tangan kiri itu tidak terlalu kencang, namun Shenina yang sedang melamun benar-benar kaget.

"Dhani..." Gumam Shenina menatap lelaki yang kini juga menatapnya dengan tajam hingga membuat Shenina mengernyit.

"Apa maksud elu buat harga segini pada PT. Artos Jaya Surabaya Shen?" Tanya Dhani memberikan berkas yang ia pegang itu dengan kasar sama Shenina.

Shenina tidak menjawab lebih dulu, gadis cantik 25 tahun itu memilih mengambil berkas itu kemudian membukanya. Shenina berusaha tetap tenang menghadapi Dhani yang beberapa hari ini sering meledak-ledak padanya.

"Bukannya ini juga udah elu setujui?" Tanya Shenina menatap balik Dhani.

"Setujui? kapan gue menyetujuinya?" Tanya Dhani yang menjabat sebagai kepala bagian Marketing.

"Tiga hari yang lalu." Jawab Shenina.

"Ngigau elu!"

"Kemarin itu kan....."

"Elu punya otak gak sih Shen?" Belum juga Shenina menyelesaikan kalimatnya, Dhani langsung memotong ucapan gadis itu.

"Eh Dhani, marah ya marah kalau emang Shenina salah... tapi jangan kasar gitu dong." Tegur Alula yang memang tidak suka dengan sikap Dhani pada perempuan.

"Elu anak baru jadi jangan ikut campur!" bentak Dhani membuat Alula langsung terdiam.

Alula sebenarnya bisa membantah bahkan mengajak Dhani berantem saat ini juga, tapi Alula sadar diri.. dia anak baru dan tidak ingin kehilangan pekerjaannya ini. Apalagi Shenina memberikan kode pada dirinya untuk tidak ikut campur.

"Dhan, kita bicarakan ini dengan kepala dingin. kasih gue kesempatan untuk menjelaskan, setelah itu baru elu tanggapi." Ajak Shenina agar suasana tidak kian memanas .

"Kepala dingin? Manager Keuangan, Manager Marketing sampe GM tadi udah negur gue gara-gara harga yang elu buat itu merugikan perusahaan ini Shenina.... gimana gue masih bisa mikir pake kepala dingin?" Shenina terdiam karena dia tidak tahu apa yang terjadi di ruang meeting tadi sehingga membuat Dhani se-emosi ini.

"Artos Jaya meminta packaging kualitas premium, dan bahan bakunya itu harus kita import dari luar negeri dan dari sananya naik. Elu tahu sendiri sekarang bea cukai naik 1 persen ditambah BBM naik... Sedangkan target kita bulan ini yang di tentukan perusahaan itu masih jauh Shenina. Harga yang elu kasih ke mereka cuma nutup modal dan biaya produksi doang!" Lanjut Dhani dengan penuh emosi.

Shenina mengigit bibirnya karena merasa bersalah karena adanya miskomunikasi hingga membuat Dhani dalam kesulitan seperti ini.

"Dhan... gue bisa jelasin semua ini..." Ucap Shenina. Bagaimana pun, Shenina tidak ingin dianggap tidak becus kerja karena pekerjaan ini sangat penting untuk seorang Shenina.

"Apalagi yang mau elu jelasin Shen?" Tanya Dhani. Sudah tidak ada aku-kamu lagi yang keluar dari mulut Dhani untuk Shenina.

"Desti kemarin yang bilang kalau elu udah setuju dengan harga yang gue ajukan Minggu lalu. Saat pihak Artos telfon gue mau konfirmasi ke elu, tapi Desti udah kasih tahu lebih dulu ke gue katanya pesan dari elu. Saat itu juga elu lagi di luar kantor." Kata Shenina sambil menatap Desti yang sejak tadi diam dan pura-pura tidak mendengar keributan di ruang marketing tersebut.

"Des, bilang dong sama Dhani apa yang elu omongin ke gue kemarin, jangan diem aja." Pinta Shenina.

"Gak!" Bantah Desti dengan suara lantang.

"Elu kan...."

"Gue gak ada bilang kalau elu ACC harga yang Shenina ajukan untuk PT Artos Jaya Surabaya Dhan.... Gue cuma sampaikan pesan dari elu kalau elu ACC harga yang sama untuk Artos itu ke PT. Hutama Abadi karena PT Hutama meminta bahan baku packaging-nya yang kualitas nomor dua." Elak Desti membuat mata Shenina membola, sepertinya Desti sengaja.

Tidak, kemarin.. lebih tepatnya tiga hari yang lalu Shenina mendengar sendiri jika Desti mengatakan bahwa Dhani sudah ACC harga yang ia ajukan pada PT Artos, bahkan PT Hutama. Shenina yakin dia tidak akan salah dengar terlebih Shenina terkenal orang yang detail dan teliti.

"Makanya punya kuping itu dipake dengan benar Shen! Jangan cuma buat pajangan!" Sarkas Dhani sebelum Shenina menanggapi bantahan Desti.

Hati Shenina rasanya sakit sekali mendengar ucapan Dhani yang teramat kasar. Namun hati kecil Shenina bersyukur dia kemarin menolak Dhani karena ternyata inilah sifat asli Dhani.

"Astaga, apaan sih elu Shen.. kenapa justru mengingat soal asmara, masalah di depan mata elu ini sangat genting. Sialan Desti." Batin Shenina.

"Des, gue ingat betul elu bilang bahwa Dhani udah ACC untuk PT Artos dengan harga yang sudah gue ajukan. Gue ajukan itu kan sebelum ada info bahan baku dari sana naik dan BBM juga belum naik. Dan dari harga yang gue buat, perusahaan mendapatkan untung yang cukup gede karena Artos mengambil dalam jumlah banyak." Ucap Shenina.

"Gue kan..."

"Jangan potong penjelasan gue Des!" Kata Shenina tegas membuat Desti terdiam sambil mengepalkan tangannya di bawah meja.

"Karena Desti bilang elu udah setuju, jadi saat pihak Artos telfon gue tiga hari yang lalu, gue menyampaikan harga itu. Gue bekerja disini udah dua tahun, dan selama dua tahun gue gak pernah melakukan kesalahan besar apalagi membuat perusahaan sampai rugi." Sebisa mungkin Shenina mengungkapkan pendapatnya karena BBM memang baru naik kemarin malam.

"Kok elu malah jadiin gue kambing hitam sih Shen? elu kalau salah denger mah ngaku salah aja... jangan jadiin gue kambing hitam dong... Lagian gue bilangnya ke elu itu harga untuk PT Artos itu untuk PT Hutama karena petinggi perusahaan udah mendapatkan bocoran info tentang kenaikan BBM. Untuk PT Artos sendiri nanti harga akan kita kaji ulang lagi." Desti jelas tidak mau disalahkan meskipun sebenarnya dia memang bersalah. Iya, Desti sengaja membuat kekacauan ini.

"Nggak elu gak bilang begitu Des!" Ujar Shenina.

"Shenina, gue gak mau tahu... elu harus selesaikan masalah ini, buat bagaimana Artos menyetujui harga baru yang kita tetapkan karena pesanan mereka sudah mulai di proses hari ini sama pabrik kita." Ucap Dhani yang ingin menyudahi perdebatan karena Dhani tidak tega melihat mata Shenina sudah berkaca-kaca.

"Tapi Dhan....."

"Nggak ada tapi-tapian, gue gak mau menerima alasan apapun dari elu yang salah memberikan harga pada customer! Kalau emang elu harus ke Surabaya, yaudah ke Surabaya buat melobby mereka.. gue buatkan surat jalan untuk elu.. dan kalau elu gak bisa mencapai kesepakatan sesuai keinginan petinggi perusahaan, terpaksa gue akan kasih elu SP satu!" Kata Dhani sebelum kembali ke kubikelnya yang berada di paling depan ruangan.

Mendengar itu, Desti tersenyum tipis. Dan sedari tadi, diam-diam Alula memperhatikan Desti dengan seksama.

"Bitchh!" Umpat Alula dalam hati.

to be continued

Terpopuler

Comments

lovely

lovely

risi Sam bahasa nya Lo gue 🥴

2023-03-03

1

Defi

Defi

Desti aepertinya suka sama Dhani ini makanya buat Shenina jelek di mata Dhani.. Syukur deh Shen lo ga terima Dhani ternyata dia ga sebaik dan selembut selama ini yang diperlihatkan ke elo Shen

2023-02-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!