"Untung elu kemarin tolak cinta Dhani... Gak kebayang kalau elu menjalin hubungan dengan lelaki model begituan..... kalau kesel dan marah, omongannya kasar dan pasti nanti ujung-ujungnya KDRT! Amit amit punya suami tipe begitu." Ucap Alula tanpa beban pada gadis dihadapannya yang tengah menikmati gurame bakar berukuran sedang.
"Gue emang gak ada perasaan lebih sama dia, so gak ada alasan buat gue menerima dia sebagai kekasih." Jawab Shenina dengan santai.
Saat ini, dua gadis cantik yang merupakan karyawan marketing di PT Adijaya itu tengah menikmati makan siang mereka di resto baru yang ada tidak jauh dari kantor mereka. Ya, mereka hanya berdua.
"Terus perasan elu buat siapa?" Tanya Alula kepo.
"Buat diri gue sendiri. Gue belum berminat menjalin hubungan dengan siapapun." Jawab Shenina sambil menghela nafasnya dengan berat.
"Elu masih normal kan Shen?" Tanya Alula.
"Gila aja.. gue normal lah, gue hanya ingin fokus aja sama impian gue. Kenapa elu tanya begitu?" Shenina mendelik kala Alula meragukan kenormalannya.
"Nggak, gue hanya penasaran aja dari ucapan Desti waktu di Villa kemarin kalau elu belum bisa move on dari mantan elu yang khianati elu Shen... siapa tahu elu trauma terus belok." Kata Alula dengan santainya dengan nada bercanda membuat Shenina mencebik kesal kemudian menghela nafasnya kasar. Sebab, pembahasan mengenai mantan benar-benar menguras energi dan emosinya.
"Jangan bahas mantan, gue males!" Jawab Shenina lirih dan Alula mengangguk paham.
"Tapi Shen, gue penasaran deh sama hubungan elu dan Desti, bukannya elu sama Desti teman kuliah, otomatis kalian udah kenal dalam waktu yang lama kan?" Alula yang memang kepo dari lahir tanpa segan bertanya pada Shenina tentang rekan kerjanya yang rese itu.
Shenina kini tersenyum menatap Alula sekilas, entah mengapa Shenina merasa nyaman pada gadis yang baru ia kenal dua bulan ini dan gadis yang usianya tiga tahun dibawah Shenina.
Bukan hanya itu, dengan Alula... Shenina bahkan bisa banyak bicara. Mungkin kepribadian Alula mengingatkan pada dirinya dulu. Iya dulu sekali sebelum luka itu menggerogoti hatinya.
Apalagi di dalam ruangan anak-anak marketing, komunikasi mereka menggunakan elu-gue kecuali rapat. Tidak peduli perbedaan usia diantara mereka membuat jarak usia antara Alula dan Shenina terkikis.
"Gue emang kenal sama Desti sejak kuliah, bahkan kita satu jurusan dan sempat satu kost juga... namun just say hello doang...gue gak pernah deket sama Desti apalagi ngobrol dan nongkrong sama dia. Kita beda circle. Gue juga gak nyangka bisa satu kantor bahkan satu divisi dengan dia padahal dunia luas banget." Jelas Shenina.
"Pasti Circle elu anak-anak pendiem, alim, rajin dan pinter-pinter ya?" Tebak Alula yang hanya mendapatkan jawaban dari Shenina berupa senyuman sebelum Shenina melanjutkan menikmati gurame bakarnya karena tidak berminat untuk membahas soal Desti, sungguh memuakkan untuk Shenina.
"Gue cuma mau bilang, elu hati-hati sama Desti Shen... dia bukan teman yang baik buat elu."
Shenina mengangguk.
"Gue udah tahu, emang anaknya tukang nyinyir dan tukang iri sih. dia selalu susah melihat orang senang, dan senang melihat orang susahm.... termasuk gosip yang berada di kantor sekarang beredar yang katanya gue hanya memanfaatkan dan memporoti Dhani doang, sama seperti dulu saat masih kuliah kerjaan gue memporoti cowok-cowok yang naksir gue kan? Dan masih banyak gosip sampah lainnya mentang-mentang dia satu kost sama gue. Gue juga tahu kalau dia yang menyebarkan berita sampah itu."
Mendengar jawaban Shenina membuat Alula melongo. Kalau Shenina tahu, kenapa dia diam saja? apa itu benar?
"Kok elu diem aja sih Shen? kalau gue jadi elu udah gue jejelin pake sepatu itu mulut si Desti. Soalnya gue gak percaya elu kayak gitu meskipun kita kenal belum lama." Jawaban Alula membuat hati Shenina menghangat, ternyata kualitas seorang teman tidak dapat dipatok dengan seberapa lama kita kenal sama dia.
"Thank udah percaya sama gue Alula... hanya saja gue gak mau buang-buang energi gue karena hal tidak penting seperti itu, Udah biarin aja, nanti juga ilang sendiri."
Bagi Shenina yang memang sudah malas dengan drama drama seperti itu, tentu tidak ingin ambil pusing. Dia ke kantor niatnya bekerja, jadi cukup dia bekerja dengan sebaik yang dia bisa.
Toh selama di kantor juga, Shenina tidak pernah dekat dengan siapapun meskipun banyak kaum Adam yang berusaha mendekati Shenina karena terpesona dengan wajah cantik nan manis Shenina.
Dan Shenina adalah tipe gadis yang enggan membuat masalah. Shenina justru lebih memilih menghindari suatu masalah.
Obrolan mereka pun berlanjut begitu saja hingga obrolan mengenai masalah pekerjaan. Lebih tepatnya masalah yang sedang dihadapi Shenina saat ini karena miskomunikasi yang diciptakan oleh Desti.
Meskipun Alula berusia tiga tahun dibawah Shenina, namun nyatanya Alula mampu memberikan masukan-masukan brilian pada Shenina saat nanti melobby pihak PT. Artos mengenai harga kemasan produk untuk perusahaan tersebut yang di pesan dari PT Adijaya, tempat Shenina bekerja.
Dua anak manusia yang memiliki paras cantik itu sama-sama merasa nyaman dan nyambung ngobrol ngalor ngidul hingga Alula mengajak Shenina untuk menjadi bestie.
Tanpa berpikir panjang, Shenina pun menyetujui. Selama dua tahun bekerja di PT Adijaya, baru Alula yang mampu membuat Shenina menjadi pribadi lebih terbuka dan mudah tersenyum saat mengobrol.
...***...
Waktu berlalu...
Siang ini, usai menerima telfon dari PT Artos yang ada di Surabaya untuk membahas kesepakatan harga baru karena terjadinya kesalahan perhitungan kemarin, Shenina mengerjap-ngerjapkan matanya seolah usai mendapat kabar bahwa ia memenangkan undian 10 Milyar.
"Elu kenapa dah Shen... kayak orang abis kesambet?" Tanya Nando, lelaki yang kubikelnya berada di baris depan Shenina.
"Gue kayaknya mimpi dan Nan.." Jawab Shenina lirih sambil mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Set dah.. elu kenapa Shen? jangan bilang elu kesambet beneran?" Nando mengernyit.
"Dia mah kesambetnya setan tampan." Sambung Riki, lelaki yang meja kerjanya ada disamping Desti.
"Heh, elu kenapa malah diam saja Shenina Anastasya...." Kesal Nando yang penasaran.
"Tadi PT Artos habis menghubungi gue.. mereka setuju dengan harga yang gue katakan kemarin tanpa panjang lebar. Makanya gue merasa kek sedang bermimpi gitu." Jawab Shenina sambil mengerjap-ngerjapkan matanya. Sungguh sangat imut dan menggemaskan.
"Keren elu Shen... congratulation! gue yakin elu bisa selesaikan semuanya." Alula menjadi manusia paling heboh dalam ruangan tersebut. Dhani yang mendengar obrolan mereka pun tersenyum tipis meskipun hatinya tidak menyangka.
"Iya, elu keren banget Shen.. padahal kita tahu sendiri.. orang-orang dari perusahaan itu kan rese-rese.. pengennya selalu dapat harga murah kualitas terbaik... barang harga selisih 1 rupiah/pcs aja mereka bisa melobby sampai berjam-jam." Ucap Riki yang ikut tersenyum.
"Kalian kalau kerja jangan banyak ngobrol." Peringatan datang dari Desti dengan nada tidak bersahabat. Desti tidak suka mendengar apa yang terjadi saat ini karena Desti berharap Shenina dapat SP alias surat peringatan.
"Elu kenapa dah Des, kayaknya dari kemarin habis gathering elu makin kesini makin kelihatan sentimen personal-nya sama Shenina deh... elu iri sama Shenina apa gimana si? kayaknya gak suka gitu Shenina diperhatikan orang lain atau dekat sama yang lain?" Tanya Alula secara langsung.
"Gue ngapain iri sama Shenina... hidup gue jauh lebih beruntung ketimbang dia. Gue hanya kesel, kerjanya dia gak profesional akhir-akhir ini." elak Desti.
"Gak iri tapi menyebarkan gosip gak mutu..." Celetuk Alula memancing emosi Desti.
"Jaga mulut elu ya! yang menyebarkan gosip Shenina wanita murahan itu bukan gue meskipun gue kenal Shenina dari lama." Ucap Desti dengan menggebu-gebu.
"Alula.. udah..." Suara lembut Shenina membuat Alula yang hendak membalas ucapan Desti jadi terdiam.
"Ngapain sih ribut-ribut, udah gak masalah. Terserah orang mau sebarin gosip apa tentang gue, gue gak peduli yang penting gue gak seperti yang mereka bicarakan di belakang gue." Kata Shenina sambil tersenyum.
"Elu diam aja dianggap gak berani sama dia Shen.. makanya dia semakin besar kepala dan semena-mena." Ikrar persahabatan yang sudah terucap kemarin antara Alula dan Shenina membuat Alula merasa memiliki kewajiban membela sahabatnya itu.
"Kalian kenapa dari kemarin ribut terus? Alula, fokus sama kerjaan elu. Dan Elu Desti... berhenti bersikap seperti sampah begini." Kata-kata Dhani membuat mata Desti membola.
Bersikap sampah?
Apa Dhani tahu?
Desti itu mengepalkan tangannya. Apalagi mendengar senyum mengejek dari Alula.
to be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Defi
Kelakuan busuk lo lama2 tercium juga Desti
2023-02-26
1