Tetap Menolak

Rasanya masih seperti mimpi...

Bagaimana bisa PT. Artos langsung menyetujui kenaikan harga setelah Shenina menjelaskan dengan singkat mengenai duduk masalah internal yang terjadi. Alasan menerima perubahan harga adalah memaklumi karena harga semuanya serba naik.

Padahal pihak purchasing perusahaan tersebut terkenal sangat rese dan sulit untuk diajak berdiskusi. Maklum perusahaan besar yang sudah go internasional.

Seperti kata Nando kemarin, kenaikan 1 rupiah saja yang diajukan PT Adijaya enam bulan yang lalu, Pak Yandi kepala bagian purchasing PT Artos itu tetap menolak meskipun sudah diskusi setengah hari dengan Nando yang datang langsung ke Surabaya. Pak Yandi justru mengancam akan mencari supplier baru untuk menjadi pemasok kemasan produk perusahaannya jika Nando tetap menaikkan harga 1rupiah/pcs.

Lah ini, kenaikannya 50 rupiah/pcs dengan orderan ratusan ribu pcs. kok Shenina bisa dengan mudah mencapai kesepakatan hanya via telfon sehingga membuat semuanya bertanya-tanya termasuk Dhani.

Entahlah, Shenina tidak mau ambil pusing... yang penting sekarang tugasnya sudah terselesaikan dengan baik dan dia tidak jadi mendapat SP dari Dhani.

Ah malam ini rasanya Shenina bisa tidur dengan sangat nyenyak setelah berhari-hari kurang tidur karena over thinking.

Namun baru saja Shenina hendak memejamkan matanya tepat pukul delapan malam, pintu kamar kost Shenina diketuk seseorang dari luar.

Tok..

Tok..

Tok..

"Siapa sih malam-malam ngetuk pintu?" Gumam Shenina kesal.

Padahal kalau melihat jam di dinding kamarnya baru jam delapan, tentu belum begitu malam kan?

"Iya sebentar, sabar.." Teriak Shenina yang dengan terpaksa beranjak dari kasur empuknya kemudian mengambil cardigan juga celana panjang berbahan katun karena saat ini Shenina hanya memakai tank top yang di padukan dengan hot pans.

Ceklek.

"Shen..."

"Ngapain?" Tanya Shenina mengernyit menatap lelaki yang akhir-akhir ini bersikap dingin padanya dan tidak jarang berbicara keras dan kasar.

"Gue mau ngomong sama elu Shen?" Ucap Dhani dengan lembut.

"elu bisa ngomong besok waktu di kantor." Ucap Shenina dengan datar seperti awal awal bertemu dengan Dhani.

"Please Shen.. kasih gue waktu 15 menit untuk bicara." Pinta Dhani dengan nada lirih.

Shenina menghela nafasnya karena sudah merasa malas dengan segala drama kehidupan ditambah matanya sudah sangat mengantuk ditambahkan badannya juga terasa sangat lelah.

"Tidak ada yang perlu kita bicarakan kecuali urusan kerjaan."

"Kalau kamu gak mau kasih waktu aku bicara, oke... aku akan nunggu kamu disini sampai besok pagi." Ancam Dhani yang memang terkenal cukup nekat. Shenina cukup tahu bagaimana Dhani, lelaki yang tidak akan menyerah sebelum apa yang ia inginkan dapat.

"Oke... 10 menit. Cepet ngomong!" Ucap Shenina dengan nada judes namun mampu membuat Dhani tersenyum tipis karena Shenina masih memberikan kesempatan untuk dia berbicara.

"Elu gak mau mempersilahkan gue masuk dulu Shen?" Tanya Dhani mengintip ke dalam kamar Shenina.

"Jangan ngelunjak Dhan... gue gak pernah mengizinkan sembarangan orang masuk ke area pribadi gue, apalagi lawan jenis. Kalau elu mau silahkan bicara sekarang... kalau enggak, elu bisa pulang sekarang juga."

Inilah salah satu yang membuat Dhani begitu tertarik pada Shenina, ketegasan Shenina menghadapi lawan jenis.

"Kita duduk di sana ya?" Dhani menunjuk bangku yang ada di teras depan kamar Shenina dan gadis berlesung pipi itu mengangguk.

Shenina menyewa sebuah kamar kost dua petak yang berada tidak jauh dari kantornya saat ini. Meskipun harga sewa kamar kost dua lantai itu cukup mahal karena ada di pusat kota, bagi Shenina tidak masalah asal dirinya nyaman disana. Toh gajinya sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Di teras lantai dua tepat di depan kamar kost Shenina, dua anak manusia itu duduk berdampingan dengan meja sebagai pemisah keduanya dan pandangan sama-sama lurus ke depan hingga beberapa detik kemudian Dhani menatap Shenina dengan serius dan mulai membuka suara,

"Shen aku minta maaf..." Ucap Dhani.

"Selain tidak profesional dalam pekerjaan, ternyata elu juga gak konsisten dalam penyebutan diri.. jika sedang tidak marah, aku-kamu... jika sedang marah, elu-gue. Menggelikan." Gumam Shenina dengan senyum tipis yang dibuat se-menyebalkan mungkin.

Susah payah Dhani menelan salivanya atas sindiran Shenina.

"Maaf...aku memang salah karena udah bersikap tidak profesional di kantor... semua itu karena aku sakit hati setelah kamu menolak perasaan aku waktu Gathering kemarin hingga aku menjadi bahan pembicaraan orang sekantor. Harga diriku rasanya jatuh seketika Shen, aku malu dan aku melampiaskannya dengan pada kamu. Maaf. Aku salah."

Dhani bukan lelaki pengecut, jadi dia pun langsung menyadari kesalahannya dan meminta maaf pada wanita yang sudah membuatnya benar-benar jatuh cinta.

Shenina menghela nafasnya dengan kasar. Oke, Shenina tidak ingin memperpanjang masalah dan tidak ingin ngobrol lama-lama dengan Dhani.

Jujur Shenina sebenarnya merasa bersalah karena menolak Dhani di depan umum, tapi dhani-nya juga sih menyatakan cinta di depan umum. Lah kok terlalu percaya diri~

"Semua ucapan kasar elu udah gue maafin dan gue juga minta maaf, karena gue yang ceroboh dan memberikan harga yang salah pada PT Artos kemarin, elu jadi di tegur sama Manager dan GM. Sorry Dhan..." Meksipun Shenina merasa tidak sepenuhnya salah dia, tapi bukankah lebih baik mengalah seperti itu?

"Se.. sebenarnya bukan salah kamu Shen... kamu sama sekali gak salah dalam hal itu." Ucap Dhani dengan gugup sambil menunduk membuat Shenina mengernyit.

"Lalu salah siapa?"

"Aku." Jawab Dhani semakin menunduk tidak berani melihat wajah cantik Shenina.

"Maksudnya?"

"Ini juga bukan salah Desti sepenuhnya Shen... sebenarnya semua ini memang ide Desti, tapi aku yang sakit hati sama kamu akhirnya menyetujui ide Desti untuk membuat kamu dalam masalah dengan perusahaan. Aku mau kamu merengek meminta pertolongan aku sehingga aku bisa memberikan penawaran sama kamu dengan menerima perasaan aku Shen.. Maaf...maafkan aku.." Ucap Dhani lirih membuat mata Shenina terbelalak kemudian Shenina tertawa samar.

"Tapi aku salah... ternyata elu dengan mudahnya menyelesaikan semuanya dengan PT Artos." Dhani menunduk malu di hadapan Shenina dengan perasaan gugup.

Entah kenapa setelah kejadian itu, hati Dhani benar-benar tidak tenang karena merasa bersalah pada Shenina. Dhani yang membentak Shenina juga merasakan sakit hati sendiri atas sikapnya pada Shenina, wanita yang sangat ia cintai.

"Gue gak nyangka elu se-picik itu Dhan..."

"Maafin aku Shen.."

"Gila elu ya Dhan, kalau bukan karena mukjizat Tuhan,.. gak mungkin tiba-tiba PT. Artos dengan mudahnya menerima perubahan harga sesuai keinginan perusahaan Dhan.. elu gak punya otak dan hati." Ucap Shenina dengan kesal kemudian beranjak dari duduknya untuk masuk ke dalam kamar. Shenina sudah benar-benar muak dengan seorang Ardhani yang merupakan atasannya di kantor.

"Shen tunggu..." Dhani menangkap pergelangan tangan Shenina sebelum gadis itu berhasil masuk ke dalam kamar. Hal itu tentu membuat langkah Shenina terhenti.

"Lepasin!" Perintah Shenina dengan tatapan tajam pada tangan Dhani yang berani menggenggam pergelangan tangannya.

"Nggak Shen... aku gak akan lepasin sebelum kamu mau kasih kesempatan aku buat menebus kesalahan aku sama kamu dan kamu menerima cinta aku Shen..."

"Gue gak bisa Dhani!" Ucap Shenina dengan tegas.

"Aku gak peduli saat ini kamu gak cinta sama aku Shen, aku akan berusaha untuk membuat kamu mencintai aku, aku akan menyembuhkan luka kamu Shen... Aku akan selalu ada buat kamu.. please terima aku, buka pintu hati kamu Shen.. biar aku bisa berjuang untuk mendapatkan hati kamu sepenuhnya..." Pinta Dhani dengan tatapan memohon. Dhani sudah banyak mendengar cerita Shenina dengan sang mantan kekasih dari Desti dimana Shenina dikhianati dan dipermalukan oleh kekasihnya sendiri.

"Aku cinta kamu Shenina... sangat mencintai kamu..." Kata Dhani lagi dengan lirih.

"Kalau elu cinta sama gue, elu gak akan tega membuat gue dalam masalah Dhan. Lagian gue heran, elu itu gak punya malu apa gimana sih Dhan? setelah semua yang elu dan Desti lakuin ke gue, dengan mudahnya elu minta gue terima cinta elu? " Ucap Shenina.

"Shen..."

"Sorry Dhan, lagian gue gak mau melibatkan siapapun untuk menyembuhkan luka gue... gue bisa menyembuhkan diri gue sendiri... Gue gak mau memanfaat orang lain buat kepentingan perasaan gue sendiri Dhan..."

"aku gak masalah Shen..aku akan berusaha membuat kamu jatuh cinta."

"Gue gak yakin untuk itu Dhan... makanya gue gak mau membuat elu semakin berharap sama gue setelah kita menjadi sepasang kekasih. Gue gak mau jadi wanita sejahat itu Dhan, karena gue tahu bahwa perasaan tidak se-bercanda itu untuk masuk ke dalam ketidakpastian."

"Shenina please..." Pinta Dhani dengan genggaman yang sudah mengendur.

"Gue manusia yang masih punya perasaan Dhan, gue tahu gimana sakitnya di permainkan. Gue tahu itu sehingga gue lebih memilih untuk berusaha lebih mengutamakan menggunakan logika gue ketimbang perasaan." Kalimat Shenina membuat Dhani mematung hingga genggamannya terlepas. Hal itu tentu digunakan Shenina untuk segera masuk ke dalam kamar meninggalkan Dhani seorang diri.

To be continued...

Terpopuler

Comments

lovely

lovely

terlalu banyak beragumen jadi ngos2an bacanya 🥴

2023-03-04

1

Defi

Defi

Setuju Shen, bahagia itu kita sendiri yang ciptakan bukan berharap dari orang lain.. Apalagi dengan sikap Dhani yang ga profesional ga bisa memilah urusan pribadi dan kantor

2023-02-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!