"Beneran elo nggak bareng kita aja?" tanya Selly yang sudah berada di dalam mobil, bersama dengan Mira. Sebab, rumah mereka memang searah.
Meski biasanya mereka berangkat sendiri-sendiri. Namun, saat pulang mereka lebih sering pulang bersama.
"Nggak, gue naik angkot saja. Sudah kalian cepat pulang. Nanti kena omel loh.." ucap Mawar mengingatkan.
Sebab, mama Selly begitu over protektif pada anak perawannya. Sementara Mira, meski kedua orang tuanya bekerja di luar rumah, namun ada pembantu yang selalu mengawasinya. Dan melaporkan pada orang tuanya, apa saja yang dilakukan oleh Mira.
Mereka tidak keberatan dengan sikap para orang tua, yang terkesan mengekang kebebasan mereka. Mereka sadar betul, jika para orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya.
Apalagi di zaman yang seperti ini, pastinya para orang tua tidak ingin jika sang anak sampai terjerumus ke dalam pergaulan yang nantinya malah akan membuat anak mereka kehilangan arah.
"Ya udah, kita duluan." pamit Mira. Setelah melambaikan tangan pada Mawar, mobil yang dinaiki merekapun melaju meninggalkan area sekolahan.
Bukannya tanpa alasan Mawar selalu menolak saat mereka hendak mengantarkannya pulang. Sebab rumah Mawar lumayan jauh, sementara arah rumah mereka tidak searah dengan rumah Mawar.
Menjadikan Mawar merasa tidak enak hati. Mawar jiga berpikir jika pastinya mereka juga butuh istirahat setelah belajar di sekolah.
Dengan senyum di bibir, Mawar berjalan menuju halte. Kedua tangan berada di selempang tas tang bertengger di pundaknya.
Mawar menunggu angkutan umum yang biasanya dia naiki. Mawar tidak sendirian menunggu angkot, ada beberapa siswa juga yang seperti dirinya. Berangkat dan pulang sekolah dengan menaiki angkot.
Mawar bersama yang lain berdiri, pasalnya angkutan yang biasanya mereka tumpangi sudah terlihat berjalan mengarah ke tempat mereka.
Namun saat Mawar hendak meninggalkan tempat tersebut, Mawar tanpa sengaja melihat ada seekor kucing dengan kaki terjebak di sebuah lubang kecil.
Membuat kucing tersebut hanya bisa mengeong tanpa bisa melepaskan kakinya dari lubang kecil tersebut.
Terlihat kedua mata kucing tersebut seperti meminta pertolongan pada Mawar. Tanpa memikirkan angkotnya, Mawar segera berlari ke tempat kucing tersebut yang sedang terperangkap.
"Sebentar, yang sabar ya." ucap Mawar pada kucing tersebut, dengan tangan berusaha membantu kucing itu untuk keluar dari lubang kecil yang membuatnya hanya bisa diam dan mengeong.
Sementara Mawar masih sibuk dengan sang kucing, angkutan yang Mawar tunggu sekitar lima menit lamanya telah meninggalkan halte. "Selesai. Lain kali hati-hati." ucap Mawar, mengelus bulu lembut milik kucing tersebut.
"Sudah, sana. Main lagi." ucap Mawar, seolah kucing tersebut mengerti dengan perkataannya. Dan benar sekali, sang kucing mendusel gemas di kaki Mawar sebelum pergi berlari meninggalkan Mawar di tempat tersebut.
Mawar terkekeh pelan melihat sikap kucing tersebut. "Semoga masih ada angkot lagi." gumam Mawar, kembali duduk di kursi yang ada di halte.
Dari seberang jalan, sepasang mata mengamati apa yang dilakukan oleh Mawar. Dia tersenyum manis, saat melihat Mawar menolong kucing tersebut.
"Mawar." gumam Jerome, entah apa yang ada di benak Jerome saat ini. Tapi sudah dapat di tebak dari senyum yang sekarang mengembang di bibirnya. Padahal, Jerome termasuk tipikal orang yang sangat pelit dalam memberikan senyum.
Ponsel milik Jerome berbunyi. "Ckkk,,, menggangu saja." decak Jerome. Bukannya mengangkat panggilan telepon tersebut, Jerome malah membiarkan ponselnya berbunyi nyaring.
Dengan mata masih memandang ke arah Mawar berada. Hingga ponsel miliknya berhenti berbunyi. Namun, beberapa detik kemudian, ponsel milik Jerome kembali berbunyi
"Saya sedang di jalan." ucap Jerome dengan ketus, setelah menggeser warna hijau di layar ponsel miliknya. Lalu segera mematikannya, tanpa mendengarkan apa yang akan di katakan oleh sang penelpon di seberang.
Dengan perasaan malas, Jerome mulai kembali menyalakan mesin mobil dan berjalan meninggalkan tempat tersebut.
Namun sebelum pergi, Jerome kembali menyempatkan diri untuk melihat ke arah Mawar yang sedang duduk.
"Huhhhh." terdengar helaan nafas dari Mawar. Sudah lima belas menit lamanya Mawar duduk di halte menunggu angkot. Namun tidak ada satupun angkot yang melaju di depannya.
"Ya ampun Mawar, tidak boleh berpikir seperti itu." ucap Mawar, memukul pelan kepalanya. Sebab dia sempat berpikir, jika gara-gara kucing, dia jadi kehilangan angkot.
Tiit,,, tiiittt.... sebuah mobil sport mewah berhenti di depannya. Mawar masih duduk dan hanya melihat.
"Kenapa belum pulang?" tanya seseorang di dalam mobil. Yang ternyata adalah Deren.
Mawar tersenyum saat mengetahui siapa pengemudi mobil tersebut. "Sedang menunggu angkot kak." jawan Mawar dengan sopan dan ramah.
"Jangan senyum Mawar. Sumpah, elo terlihat sangat cantik." ucap Deren dalam hati, terpesona dengan senyuman manis milik Mawar.
"Khemm...." Deren kembali menetralkan perasaan gugupnya.
"Masuk saja, biar aku yang antar. Kelihatannya sudah nggak ada angkot lagi." tawar Deren.
Mawar menggeleng dengan bibir masih tersenyum. "Jangan kak, biar Mawar nunggu angkot saja. Rumah Mawar jauh soalnya." tolak Mawar dengan sopan.
Deren tersenyum saat Mawar menolaknya. "Waoww,,, ternyata dia bisa tersenyum." ujar Mawar dalam hati, sedikit terkejut.
Sebab, selain Jerome, Deren termasuk sosok yang memang jarang tersenyum. Bukan jarang, namun para siswa memang bahkan tidak pernah melihat Deren tersenyum.
"Bensin saya penuh." ujar Deren.
"Tidak perlu kak. Makasih." tolak Mawar lagi.
Selain merasa tidak ingin merepotkan, Mawar juga merasa dirinya akan mempunyai masalah jika sampai ada siswa yang tahu. Jika dirinya dan Deren berada dalam satu mobil. Pasalnya, penggemar Deren juga banyak seperti layaknya penggemar Jerome.
"Yakin nggak mau? Karena setahu saya, setelah ini tidak ada angkutan umum lagi yang akan melintas disini." ucap Deren, berusaha membujuk Mawar. Padahal dia tidak tahu tentang hal tersebut.
"Benar kak?" tanya Mawar dengan raut wajah khawatir.
"Berhasil." ucap Deren dalam hati merasa senang.
Deren mengangguk dengan cepat. "Makanya, naik saja. Biar aku antar. Ayo." ajak Deren dengan antusias.
"Memang mau sampai kapan kamu di situ terus. Pasti orang tua kamu akan cemas, anaknya belum pulang dari sekolah. Padahal sudah jam segini." ujar Deren membuat Mawar akhirnya mau di antarkan dirinya.
Mawar mengangguk dan segera masuk ke dalam mobil Deren. Saat Deren menyebut kata orang tua, Mawar jadi kepikiran dengan sang ibu. Karena pasti sang ibu akan cemas jika dirinya terlambat pulang sekolah.
Apalagi hari ini, Mawar lupa membawa ponsel. Menjadikan dia tidak bisa menghubungi sang ibu.
"Maaf kak, merepotkan." ucap Mawar setelah masuk ke dalam mobil milik Deren.
"Nggak masalah. Aku juga sedang senggang." ucap Deren, mulai menyalakan mesin mobilnya.
"Ehhh,,,, kak?" Mawar terkejut, saat Deren tiba?tiba mendekat ke arah tubuhnya.
"Pasang sabuk pengaman kamu." ujar Deren.
"O.. iya. Maaf kak. Maklum jarang naik mobil." jujur Mawar, membuat Deren tersenyum.
"Kamu grogi?" tanya Deren ansurb.
Mawar menaikkan sebelah alisnya. "Grogi, grogi kenapa?" tanya Mawar dengan polos.
"****... sial. Deren bodoh, kenapa elo mesti bertanya seperti itu?" umpat Deren dalam hati.
"Nggak, jangan dipikirin. Asal tanya aja." ucap Deren tersenyum canggung. Lantas Mawar hanya mengangguk.
Deren mengira jika Mawar akan merasakan debaran dan merasa grogi saat Deren mendekatkan tubuhnya ke tubuh Mawar tadi.
Padahal, Deren sendirilah yang merasakan hal tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Ela Jutek
Deren naksir ini mah
2022-12-27
1