MAWAR BERDURI
"Bu, Mawar berangkat dulu." pamit Mawar pada sang ibu, yang tengah mencuci piring kotor di dapur.
"Hati-hati..!!" teriak sang ibu.
"Oke..!!" sahut Mawar.
Mawar, gadis manis berseragam putih abu-abu kelas satu. Putri tunggal dari pasangan Wiryo dan Lina. Kehidupan keluarganya sederhana. Tidak miskin dan juga tidak kaya.
Sang ayah bekerja di sebuah perusahaan yang berada di luar kota. Menjadikan beliau hanya pulang ke rumah dua minggu sekali.
Bahkan, jika perusahan sedang menangani sebuah proyek, biasanya Pak Wiryo pulang sebulan sekali. Itupun jika waktunya senggang.
Sementara sang ibu, beliau tidak bekerja. Setiap harinya berada di rumah. Melakukan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Karena memang, mereka tidak mempunyai pembantu.
Mereka hanya mengandalkan uang yang di berikan oleh sang kepala rumah tangga. Yakni Wiryo.
Oleh sebab itu, Mawar hanya tinggal berdua dengan sang ibu, di rumah yang tidak terlalu kecil, namun jiga tidak begitu besar.
Mawar menunggu angkot yang biasanya dia tumpangi. Keluarga Mawar memang mempunyai satu mobil dan juga satu sepeda motor matic.
Namun, mobilnya di pakai oleh sang ayah bekerja. Sebenarnya, sang ibu menyuruh Mawar menggunakan sepeda motor untuk pergi ke sekolah.
Namun Mawar menolaknya. Mawar beralasan jika sang ibu lebih membutuhkan. Yakni untuk berbelanja atau membeli sesuatu di luar rumah.
Mawar segera melambaikan tangannya, melihat angkot yang biasanya dia naiki melaju ke arahnya. "Silahkan mbak Mawar." ucap sopir angkot dengan ramah.
"Terimakasih pak." seperti biasa, Mawar selalu duduk di samping pak sopir. Sepertinya memang pak sopir membiarkan kursi bagian depan kosong. Sebab, sejak masih duduk di bangku SMP, angkot inilah yang selalu dia naiki.
Sampai di depan sekolah, angkot tersebut berhenti, dan Mawar segera keluar. "Terimakasih pak. Hati-hati." ucap Mawar sembari mengulurkan uang pada pak sopir.
"Sama-sama mbak, belajar yang rajin." ucap pak sopir angkot.
Seperti biasa, Mawar berjalan dengan santai. Wajahnya yang memang good looking menjadi pemandangan tersendiri bagi siswa laki-laki di sekolahnya.
Namun Mawar hanya acuh. Dia sepertinya memang enggan untuk berdekatan dengan lawan jenis. "Mawar..!!" teriak Sally, sahabat Mawar.
"Kenapa? dikejar hantu?" goda Mawar.
"Kamu tuh." sahut Sally dengan nafas masih ngos-ngosan.
"Mana Mira?" tanya Mawar. Sally hanya mengangkat kedua bahunya, tanda jika dia sendiri tak tahu apakah sahabatnya, Mira, sudah datang apa belum.
"Ckk,,,, Astaga." decak Sally, memandang ke arah lain.
Mawarpun mengikuti kemana arah pandangan Sally. Saat melihat apa yang di lihat oleh Sally, Mawar tersenyum samar. "Mereka cantik ya." ucap Mawar lirih.
"Iiiisshhh,,, cantik apaan. Sumpah, dandanan mereka kayak tante-tante." ucap Sally mencebik. Melihat make up di wajah Dona.
Dona, siswi kelas tiga yang menjadi primadona seluruh siswa. Baik siswa laki-laki maupun perempuan.
Dia berpakaian sangat seksi, hingga siapapun yang memandang akan terasa sesak. Bahkan, seragamnya tak pantas untuk dikenakan seorang siswa yang bersekolah.
Namun, tak ada satu gurupun yang menegurnya. Pasalnya, orang tua Dona adalah salah satu donatur tersebar di sekolahan.
"Hay,,, hay,,, kalian nunggu gue ya." seru Mira dengan percaya dirinya, berlari ke arah mereka..
"Pede..." ujar Sally, membuat Mira menjulurkan lidah dan memainkan bola matanya dengan lucu.
"Ya udah, kita masuk yuk." ajak Mawar.
"Oke, lihat tuh, lalat-lalat udah mulai mengerubungi bunga bangkai." celetuk Mira, saat melihat beberapa siswa menghampiri Dona.
Dan pastinya, mereka hanya di jadikan kacung oleh Dona. Di suruh ini itu, tapi mereka tetap menurut. Seperti kerbau di cocok hidungnya.
"Husssttt." ujar Mawar, berjalan lebih dulu.
"Benar." Sally mengangkat kedua jempol tangannya di depan wajah Mira.
Sally dan Mira memang tidak menyukai Dona. Mereka merasa jika Dona memanfaatkan kedua orang tuanya sebagai donatur di sekolahan untuk bertindak seperti putri.
Dan Mawar, dia sama sekali tidak peduli dengan apa yang dilakukan Dona. Mawar berpikir, bukan salah Dona juga menyuruh mereka melakukan apapun yang diinginkan oleh Dona.
Toh, mereka juga mau melakukannya. Dan tampak senang melakukannya.
"Maaf." ucap Mira, saat dirinya tak sengaja menabrak kakak kelasnya, lantaran bergurau dengan Sally saat berjalan menuju kelas.
Mawar dan Sallypun menghentikan langkah mereka. "Makanya, jalan pakai mata. Elo pikir jalanan punya nenek moyang elo." teriak Gaby, siswa yang berdiri di dekat Dona.
Dan dua siswa lainnya, hanya diam dengan memandang remeh pada Mira. Mereka adalah Weni dan Siska. Ketiganya adalah sahabat Dona. Lebih tepatnya siswa yang dijadikan pelayan oleh Dona.
Sementara siswa yang tak sengaja di tabrak Mira malah diam. Tak mengeluarkan suara apapun. Dia nampak santai dan tenang.
Mawar memegang lengan Sally, saat sahabatnya tersebut hendak membuka mulutnya. Mawar dapat menebak, apa yang akan terjadi jika Selly ikut berbicara.
Dilihat dari raut wajahnya, Selly pasti akan berteriak marah. Dan itu malah akan membuat keadaan menjadi kacau.
Mawar segera menepuk pelan pundak Mira. Mawar sadar, jika mereka akan kalah. Apalagi Mawar tahu, jika lelaki yang tak sengaja di tabrak oleh Mira adalah salah satu anggota most wanted di sekolah ini.
"Pagi,,, rame bener..Ada apa nih." timbrung siswa lainnya, mendekat ke arah mereka. Bukan hanya satu siswa lelaki. Tapi ada tiga siswa yang menghampiri mereka.
"Tidak ada." ucap Deren santai, siswa yang tidak sengaja di tabrak oleh Mira.
"Sial, kenapa baru sekarang tu mulut terbuka." geram Mawar dalam hati.
"Jangan menghalangi jalan." tegur Jerome dengan nada dingin tanpa ekspresi.
"Minggir,,,, pangeran mau lewat." seru Lucky, sahabat Jerome dan juga Deren.
Tanpa banyak berkata, siswa lainnya menerobos kerumunan tersebut tanpa berkata apapun. Ya, dengan santai, Tian berjalan meninggalkan mereka semua.
Dona and the geng juga pergi dari tempat tersebut dengan menatap sinis ke arah Mira.
"Gila, ganteng banget." bisik Mira pada Mawar, melihat keempat siswa yang menjadi idola di sekolah mereka.
Mawar menatap tajam ke arah Mira. "Sebaiknya kita segera masuk ke kelas." ajak Mawar. "Dan kalian. Lain kali jangan bercanda di tengah jalan." tegur Mawar jengkel pada kedua sahabatnya.
"Baik ibu Mawar." jawab Mira dengan nada di buat seperti suara anak kecil.
"Pengen sekali gue tonjok tu mulut." ujar Selly dengan tangan meninju angin.
"Selll,, jangan cari masalah." tegur Mawar, sebab memang sahabat Mawar yang satu ini sedikit bar-bar.
Ketiganya dengan langkah menahan kesal masuk ke dalam kelas. Mereka mengikuti pelajaran seperti biasa.
"Anak-anak, ibu ada kepentingan. Jadi ibu harus pergi lebih awal. Kalian kerjakan tugas dari ibu. Dan setelah itu, seperti biasa. Kalian kumpulkan pada Mawar." jelas Bu Ratmi, guru sekaligus wali kelas mereka.
"Baik bu....!!" seri mereka bersama.
Mawar memang siswa yang pandai. Dia salah satu siswa dengan nilai tinggi di sekolah ini. Apalagi di kelas, Mawar mendapat peringkat tertinggi, pastinya dengan nilai paking tinggi untuk setiap mata pelajaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
Salken Thor..
mampir yaaaaa
2023-08-26
1