"Astaga..." gumam Mawar dengan nada menahan kesal.
Bagaimana tidak merasa kesal, saat Mawar berjalan dengan membawa beban di tangannya, yakni buku lembar kerja dari teman-teman kelasnya.
Tiba-tiba Gaby berlari dari arah lain dan menabrak tubuh Mawar. Membuat apa yang ada di tangan Mawar jatuh berserakan di atas lantai.
"Elo punya mata nggak sih." bentak Gaby, padahal dirinyalah yang bersalah, namun malah dirinya pula yang marah.
"Jadi kotorkan." ucap Gaby, membersihkan seragam sekolahnya bagian depan, seperti dirinya baru saja terkena kotoran. Padahal Gaby hanya menyentuh lengan Mawar yang melingkar di tumpukan buku.
Mawar memicingkan sebelah matanya, melihat tingkah menyebalkan dari Gaby, siswa seangkatan dengannya. Namun Gaby malah sering menghabiskan waktu dengan gengnya Dona, dan menjadi salah satu budak setia dari Dona.
"Jika gue ladeni, bakal panjang urusannya. Malas banget. Ngabisin waktu gue aja." ucap Mawar dalam hati, merasa membuang-buang waktu.
"Maaf." ucap Mawar singkat tanpa memandang wajah Gaby, segera berjongkok dan mengambil buku-buku yang jatuh berserakan di lantai.
"Ya iyalah,,, elo harus minta maaf." ucap Gaby dengan pongah. "Beruntung gue sedang terburu-buru." lanjut Gaby meninggalkan Mawar sendirian.
Mawar hanya menggelengkan kepala dan mendengus kesal melihat tingkah Gaby. "Kasihan sekali orang tuanya, bayar sekolah mahal-mahal, anaknya kayak bola bekel." gerutu Mawar.
"Mawar, elo kenapa?" tanya siswa lainnya yang tak sengaja melintas di lorong tersebut, dan segera membantu Mawar.
Pasalnya, jam istirahat seperti ini memang kebanyakan dari penghuni sekolahan banyak yang pergi ke kantin. Membuat suasana lorong kelas menjadi sepi. Namun masih ada yang berjalan, beberapa siswa.
"Biasa, nggak konsen. Jadinya jatuh." ucap Mawar sekenanya.
"Thanks." ucap Mawar, setelah semua buku berada di tangannya.
"Oke." ucap siswa tersebut sambil menyatukan jempol dan jari telunjuknya.
Mawar segera berjalan ke ruangan Bu Ratmi, takut jika sampai jam istirahat usai. Sebab cacing di perut Mawar sudah mulai berdemo, meminta jatah.
Tanpa Mawar sadari, seseorang siswa lelaki memperhatikannya sejak dirinya bertabrakan dengan Gaby dari pojokan. "Gue yakin, sebenarnya dia berani dan pasti mampu melawan Gaby, tapi dia lebih memilih bersikap masa bodo." gumam Deren tersenyum sendiri.
"Kenapa elo, senyum-senyum sendiri. Kesambet. Yuk,,, ke kantin." ajak Tian merangkul pundak Deren.
Keduanya lantas segera berjalan ke kantin. Sebab, kedua sohib mereka sudah berada di kantin terlebih dahulu.
Tampak suasana di kantin sangat ramai, pasalnya memang saat ini jam istirahat. Tampak semua siswa dan siswi duduk dengan makanan serta minuman di depan meja mereka.
Sementara, ada dua meja bersebelahan yang sepertinya memang dipergunakan oleh mereka yang merasa populer di sekolahan ini.
Satu meja di gunakan Dona and the gang. Sementara meja satunya digunakan oleh Jerome beserta sahabatnya.
"Hay, Je,,, boleh duduk sini nggak?" tanya Dona dengan nada di buat manja.
"Nggak boleh, itu kursi milik gue." celetuk Tian, yang baru saja sampai. Dan duduk di samping Jerome. Sementara Deren, langsung mendaratkan pantatnya tanpa berkata apapun.
"Dona sayang, kok masih berdiri di situ. Mau pesenin ayang makanan ya." ledek Luck, padahal di meja mereka sudah terdapat makanan untuk masing-masing dari mereka.
Dona hanya memutar kedua matanya dengan malas, dan segera kembali ke mejanya. Sejak duduk di bangku kelas satu, Dona memang selalu mengejar Jerome.
Meski Jerome bersikap dingin padanya, namun tak lantas membuat Dona mundur dan menjauh. Bahkan, Dona sudah mengklaim Jerome sebagai miliknya. Itulah alasan kenapa tidak ada satu siswipun yang berani mendekati Jerome.
Dari arah lain, Mita dan Selly tersenyum melihat saat Dona lagi-lagi di usir oleh mereka. "Lagian, kayak uler keket gitu. Sok kecantikan." ucap Selly lirih.
Selesai mengantar tugas ke ruangan bu Ratmi, segera Mawar pergi ke kantin. Menyusul kedua sahabatnya, yang sudah lebih dulu pergi ke kantin.
"Makasih,,, kalian memang sahabat terrrrbaik." ucap Mawar, segera duduk bersama dengan Mira dan Selly, juga beberapa siswa lain. Sebab di meja mereka masih terdapat beberapa kursi kosong.
Di depan Mawar, sudah ada semangkuk mie ayam dengan segelas es jeruk di sampingnya. "Ya iyalah,,, kita kan sahabat yang pengertian." ujar Mira.
Suara Mawar, mampu membuat beberapa siswa menatap ke arahnya. Juga Jerome beserta sahabatnya. "Mawar. Nama yang indah. Seperti orangnya." papar Lucky dengan lirih. Namun masih bisa di dengar oleh yang lain.
"Sayangnya, gue denger sampai sekarang belum ada yang bisa ngajakin dia jalan." imbuh Tian.
"Je,, gimana kalau elo coba deketin dia. Siapa tahu dia mau. Gimana? Gue kasih mobil sport terbaru gue, kalau elo bisa ngajakin dia jalan. Berani nggak elo?" tantang Lucky.
Jerome tersenyum sinis. "Ogah." kata Jerome dengan santai, melanjutkan makannya kembali.
"Nggak seru elo Jeee..." keluh Lucky.
"Uhuk,,, uhuk,,,," tiba-tiba Deren batuk, segera dia meraih segelas air di depannya dan meminumnya.
"Elo kenapa Deee?" tanya Tian.
"Nggak, hanya keselek ludah sendiri." ucap Deren bohong.
Padahal Deren terbatuk saat melihat Mawar menguncir rambutnya tinggi-tinggi, hingga membentuk seperti ekor kuda. Memperlihatkan lehernya yang jenjang dan mulus.
"Sial, bisa-bisanya gue punya pikiran mesum." umpat Deren dalam hati.
Selesai makan di kantin, Mawar dan sahabatnya kembali ke kelas. Tanpa mereka sadari, tepat di belakang mereka berjalan para pangeran sekolahan. Siapa lagi jika bukan Jerome beserta sahabatnya.
"Ehh,,, ntar jalan yuk. Udah lama nggak jalan." ajak Mira.
"Ayukk..." sahut Selly dengan antusias.
"Sorry, gue nggak bisa. Besok ibu dapat banyak orderan kue, jadi gue mesti bantu ibu." jelas Mawar.
Yang memang, selain sebagai ibu rumah tangga. Bu Lina memang biasanya membuat kue, itupun jika ada pesanan.
"Ya udah, nggak jadi deh. Nunggu elo free. Jadi bisa jalan bertiga. Bagaimana?" usul Mira.
"Setuju." sahut Selly.
"Maaf ya, gara-gara gue, kalian nggak jadi jalan-jalan." ujar Mawar merasa tidak enak.
"Ya elaaa,,,, santai... kayak di pantai..." celetuk Mira.
Tiba-tiba Mira bertanya pada Mawar dan Selly. "Eh,,, elo tahu nggak?" tanya Mira dengan wajah besinar.
"Nggakk.." jawab Mawar dan Selly bersamaan.
"Belum,,, kalian ini." kesal Mira dengan wajah cemberut yang menggemaskan. Sehingga Mawar dan Selly tertawa pelan.
"Kalau di lihat-lihat, kak Jerome sama kak Deren itu agak sama ya?" ujar Mira.
"Sama apaan?" tanya Selly penasaran.
"Sama-sama ganteng." ujar Mira dengan menggerak-gerakkan tangannya di depan dadanya sendiri.
"Benar, coba kita bisa duduk, makan bersama mereka. Pasti menyenangkan. Makan dengan di temani pangeran tampan." seloroh Selly.
Mawar tertawa pelan. "Ya, terus kalian berdua nggak jadi makan. Nglihatin terus wajah mereka. Lapar dong." ejek Mawar.
"Ihh,,, Mawar. Elo to ya,,, sekali-kali hilangin duri elo. Lihat dan buka mata batin elo." ujar Selly aneh.
Pasalnya, di antara mereka bertiga, hanya Mawar yang dama sekali tidak pernah membicarakan tentang pangeran tampan di sekolah mereka.
"Mata batin, elo pikir gue paranormal." ucap Mawar, berjalan sedikit cepat meninggalkan keduanya.
"Mawar,,,, tunggu...!!" teriak Mira, namun Mawar malah berlari. Sehingga mau tak mau, Selly dam Mira ikut berlari.
"Dasar, cewek-cewek aneh. Apa mereka nggak lihat, Jee sama Dee ada di belakang mereka." ucap Tian menggelengkan kepala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments