"Iya, Ma . . . Cora ingat, Cora sedang dalam perjalanan menuju restoran." Cora memutuskan panggilan telepon dari ibunya itu. Ia mendengus kesal, entah sudah berapa banyak perjodohan yang telah dihadirinya. Charista, ibu Cora tidak mengenal kata menyerah dalam menjodohkan anaknya dengan lelaki pilihannya. Ia selalu mencari lelaki terbaik untuk menjadi pasangan anaknya itu. Saat pertama kali ibunya mulai menjodohkannya, Cora hanya menerima saja karena ia tidak ingin sang ibu menjadi murka karena ia menolak perjodohan yang sudah diatur oleh ibunya itu, ia tidak ingin disebut sebagai anak durhaka karena tidak memenuhi permintaan ibunya.
Awal mula perjodohan itu, Cora dikenalkan dengan seorang pria kaya dan tampan, bernama Robert. Robert adalah seorang pengusaha mobil import yang memiliki beberapa showroom mobil yang tersebar diseluruh Indonesia. Ia adalah anak dari tante Andien, teman arisan ibu Cora. Menyusul Robert ada beberapa lelaki lain yang sudah Cora temui dalam acara perjodohan itu. Cora sudah tidak bisa mengingat lagi nama para lelaki yang dijodohkan sang ibu kepadanya, perjodohan adalah hal yang biasa baginya, hampir setiap bulan ia harus bertemu dengan lelaki pilihan ibunya. Nasib percintaan yang sangat menyedihkan bagi wanita secantik dan secerdas Cora. Diantara begitu banyaknya lelaki yang di jodohkan oleh ibunya itu, Cora masih mengingat satu lelaki bernama Robert, ia mengingat Robert karena sampai saat ini ia masih sering bertemu dengan lelaki itu.
Bagi Robert dan Cora hubungan mereka tidak akan bisa lebih dari sekedar pertemanan. Robert merasa nyaman berteman dengan Cora, begitupun sebaliknya, Cora merasa nyaman berteman dengan Robert. Robert selalu menjadi pelampiasan kekesalan Cora saat ibunya tidak henti-hentinya menjodohkannya dengan lelaki pilihannya. Cora tidak bisa menghitung sudah berapa banyak acara perjodohan yang sudah ia hadiri, acara perjodohan yang selalu diatur oleh ibunya itu, acara yang selalu membuat Cora dan ibunya bertengkar. Cora sudah merasa lelah mengikuti permainan ibunya, perjodohan yang selalu dipaksakan oleh ibunya itu. Tetapi Cora tidak bisa menolak ibunya, ia tahu bahwa dirinya lah penyebab sang ibu menjadi seperti sekarang ini. Cora tidak tega membuat ibunya khawatir karena anaknya yang sudah berusia tiga puluh tahun itu masih belum mendapatkan pasangan hidup. Puteri yang selalu disebut oleh teman-teman ibunya sebagai perawan tua itu membuat Cora mengalah pada ibunya.
Cora tiba di sebuah restoran Perancis, restoran yang terletak di kawasan Senopati di bilangan Jakarta Selatan. Dari luar, resto ini terlihat seperti rumah tinggal. Tetapi begitu memasuki restoran itu, kita akan langsung disambut oleh kemewahan yang elegan, khas restoran Perancis di tarafnya. Apalagi ditambah dengan sofa yang sangat nyaman, cocok untuk duduk-duduk sambil menyecap wine. Dari segi perpaduan dekorasi dan desain arsitekturnya, restoran yang bernama TeAimeitu bahkan digadang-gadang sebagai salah satu restoran Perancis tercantik yang ada di Jakarta saat ini.
Pelayanan di restoran ini begitu ramah, seorang pelayan tersenyum ramah menyambut Cora dan menanyakan kepada Cora "Apakah ibu sudah membuat reservasi di sini?" Cora menjawab, "Sudah, atas nama Anthony Eul Collin." Cora menyebutkan nama lelaki yang diberitahukan oleh ibunya dan pelayan yang ramah itu mengangguk pelan, pelayan yang terlihat ramah itu mengantar Cora menuju meja yang sudah ditempati oleh seorang lelaki.
Mata Cora bertemu dengan mata seorang lelaki yang mempunyai pandangan mata yang setajam elang itu. Sosok lelaki berparas bule itu tersenyum tipis kepada Cora membuat Cora yakin bahwa dialah lelaki yang dikatakan oleh ibunya. Tubuh lelaki itu terlihat tegap walau dalam posisi duduknya, rahang yang kokoh, mata berwarna biru safir dan ia memiliki pandangan mata yang tajam dibalik kacamatanya, kulit sawo matang, rambut coklat yang terlihat sangat rapi, ia terlihat tampan dan berwibawa.
Bule? Cora berkata di dalam hatinya, ia menghela nafas panjang. Lelaki pilihan ibunya memang tidak pernah mengecewakannya, kebanyakan dari mereka memiliki ketampanan diatas rata-rata. Cora selalu merasa salut melihat selera ibunya terhadap seorang lelaki. Begitu banyak lelaki tampan yang sudah dijodohkan kepada Cora, tetapi tidak ada satupun yang dapat meluluhkan hati dinginnya. Ia tidak butuh lelaki tampan diatas rata-rata, ia tidak peduli dengan penampilan luar seorang lelaki, ia hanya ingin seorang lelaki yang dapat membuat jantungnya berdebar dengan kencang. Lelaki yang akan membuatnya menjadi wanita yang berbeda hanya untuk lelaki itu. Cora berjalan mendekati lelaki itu dengan langkah ragu.
"Anthony eul Collin?"
"Iya . . . anda Cora Dianthe? Cukup panggil saya Tony." Tony berdiri dan mengulurkan tangannya kepada Cora, Cora menyambut tangan lelaki itu dan tersenyumtipis. Karena kekakuan mereka, mereka lebih terlihat seperti rekan bisnis, bukan seperti dua orang yang dijodohkan. Bahkan rekan bisnis bisa terlihat lebih santai daripada keadaan mereka saat ini.
Bule ini bisa bahasa Indonesia? Cora bergumam di dalam hatinya. Baru kali ini ibunya menjodohkannya dengan seorang lelaki berparas bule, walaupun semua lelaki yang dijodohkan ibunya itu memiliki ketampanan di atas rata-rata, tetapi sebelumnya ibunya tidak pernah menjodohkannya dengan seorang lelaki berparas bule seperti saat ini.
Mungkin selera mama sudah berubah, Cora bergumam di dalam hatinya sambil terus memperhatikan wajah tampan di hadapannya.
"Silahkan duduk, anda mau pesan apa?" Cora merasa dirinya sedang berbicara dengan atasannya yang selalu menggunakan sebutan saya dan anda. Cora yang sangat tidak bisa berinteraksi dengan lelaki merasa semakin canggung karena gaya bahasa mereka yang terlalu formal. Bahasa yang terlalu formal untuk sebuah acara perjodohan.
"Apa saja yang menurutmu enak." Cora menggendikkan bahunya, ia hanya ingin segera menyelesaikan acara perjodohan yang membuatnya bosan itu.
"Baiklah . . . saya pesankan untuk anda." Tony tersenyum percaya diri, ia membolak-balik buku menu di hadapannya dan memanggil seorang pelayan untuk memesan makanan.
Tony terlihat sangat mengerti dengan makanan Perancis, ia mengucapkan dengan mudah nama makanan yang bisa membuat lidah Cora terkilir saat mengucapkannya. Makanan Perancis adalah makanan kesukaan Cora selama ini, tetapi saat ini ia tidak ingin memakan apapun, pikirannya hanya ingin segera meninggalkan tempat ini.
"Kamu bukan orang Indonesia?" Cora memberanikan dirinya untuk membuka mulutnya dan menanyakan pertanyaan yang dianggapnya konyol itu.
"Ayahku Inggris dan ibuku Manado." Tony tersenyum tipis, Cora menganggukkan kepalanya dengan pelan.
Blasteran, mata biru itu pasti dari ayahnya. Cora larut dalam pikirannya.
Mereka terjebak dalam keheningan, Cora tidak mengerti apa yang harusdibicarakan pada pertemuan pertama mereka. Biasanya lelaki yang dijodohkan ibunya terbilang cerewet, mereka selalu memulai percakapan dan terkadang lelaki yang dijodohkan oleh ibunya itu tidak pernah bisa berhenti bicara. Tetapi lelaki yang ada di hadapannya ini sama kakunya dengan Cora.
Cora memandang ke sekelilingnya, ia memandang setiap orang yang berada didalam restoran itu, tidak ada keheningan dimeja mereka, restoran yang terasa begitu hangat itu tidak terasa hangat bagi Cora. Ia merasa seakan ada sebongkah batu es besar di meja makannya yang membuat mejanya itu terasa begitu dingin. Semua tamu disekelilingnya tampak sangat menikmati makanan dan pembicaraan mereka, tidak seperti Cora yang merasa bosan setengah mati saat ini.
"Hmm . . . apa anda sudah siap menikah?" Tony mencairkan keheningan diantara mereka, pertanyaan Tony tentang pernikahan itu membuat Cora terkejut. Ia mengerutkan keningnya memandang Tony.
"Menikah? apa yang harus disiapkan dalam sebuah pernikahan? Aku rasa setiap orang pasti akan menikah dan mereka harus sudah siap untuk menikah. Aku selalu siap menikah, aku rasa pernikahan itu hanya sebuah ikatan untuk mengikat pasanganmu untuk hidup bersama denganmu." Cora berkata dengan datar, Tony terkekeh pelan mendengarkan jawaban Cora, jawaban yang tidak pernah terpikirkan olehnya akan keluar dari mulut Cora, jawaban yang seharusnya tidak keluar dari mulut seorang wanita.
"Anda wanita yang menarik." Tony memandang tepat kedalam manik mata Cora, ia tersenyum lebar membuat Cora bergindik ngeri melihat senyuman lelaki di hadapannya itu.
"Terima kasih, tapi bisakah kita merubah bahasamu berbicara, ini terlalu formal. Aku merasa sedang membicarakan proyek dengan seorang rekan bisnis." mata mereka saling bertemu, Cora yang sangat percaya diri, tidak pernah merasa canggung sedikitpun untuk berbicara sambil menatap tepat ke dalam mata lawan bicaranya.
"Baiklah, kita bisa berbicara menggunakan bahasa yang lebih santai." Tony berkata dengan datar, Cora tersenyum tipis. Mereka kembali terjebak di dalam keheningan. Menit demi menit berlalu hingga makanan yang mereka pesan sudah ditata rapi di hadapan mereka, mereka menyantap makanan dalam keheningan.
Walaupun Cora seorang wanita yang kaku, tetapi Cora bukan termasuk seorang wanita yang suka makan dalam keheningan, ia tidak menyukai suasana hening seperti saat ini, suasana yang membuatnya tidak nyaman dan canggung. Ia lebih menyukai keadaan dimana mereka saling bertukar cerita disaat mereka menyantap makanan, hal yang biasa dia lakukannya dengan kedua orang tuanya ketika mereka sedang berada dimeja makan.
Kali ini Cora merasa heran dengan pilihan ibunya, bagaimana bisa sang ibu menjodohkan Cora dengan lelaki yang memiliki kepribadian yang sama sepertinya, lelaki yang memiliki sifat dingin dan kaku sepertinya. Tidak seperti biasanya, ibunya sangat mengerti dirinya yang kaku dan selalu menjodohkan Cora dengan lelaki yang talkactive dan ramah. Kali ini Cora tidak dapat mengerti jalan pikiran ibunya, ibunya tanpa sadar sudah menyiksa dirinya dengan menjodohkannya dengan seorang lelaki yang membuatnya merasa canggung dan bosan setengah mati.
"Sehabis makan kita langsung pulang, tidak baik jika seorang wanita pulang terlalu malam." Tony tersenyum tipis, Cora membuka lebar kedua matanya, lelaki di hadapannya ini sopan atau terlalu sopan? Cora merasa seperti anak sekolah yang diberikan jam malam oleh orang tuanya, bagi Cora ia yang sudah berumur tiga puluh tahun sangat tidak pantas diberitahukan tentang jam malam. Dengan cepat Cora merubah raut wajahnya yang terkejut menjadi datar.
"Ok." Cora menghela nafas panjang, ia merasa sedikit lega karena sebentar lagi ia akan bebas dari keadaan canggung yang sedang di hadapinya itu.
Menit demi menit berlalu, Tony menawarkan diri untuk mengantar Cora pulang karena merasa tidak enak melihat seorang wanita pulang membawa mobil seorang diri pada malam hari, padahal jam yang melingkar ditangan kanan Cora baru menunjukkan pukul sepuluh malam. Cora yang selalu mandiri menolak tawaran Tony, ia merasa sangat tidak nyaman diperlakukan seperti anak ABG yang harus diantar-jemput oleh pasangannya, tetapi Tony tetap memaksanya dan menyuruh supir pribadinya untuk membawa mobil Cora kembali kerumahnya, sedangkan ia mengantar Cora dengan mobilnya. Cora yang tadinya sudah merasa sedikit lega karena acara mengheningkan cipta mereka akan selesai, sekarang merasa gusar kembali karena ia harus menahan diri lagi untuk terjebak dalam keheningan diperjalanan pulangnya.
"Hmmm . . . apa kamu tahu rumahku? kamu tidak menanyakan alamatku." Tony tertawa geli mendengarkan pertanyaan yang dilayangkan Cora padanya.
"Tidak perlu kamu beritahu karena aku sudah tahu alamatmu Cora." Tony mengedipkan sebelah matanya kepada Cora.
Ternyata lelaki ini bisa terlihat menggoda juga, mungkin dia cucunya seorang dukun. Hebat sekali bukan, tanpa aku memberitahukan alamatku, lelaki ini sudah tahu di mana aku tinggal. Cora berkata di dalam hatinya.
"Kita sudah sampai." Tony menyadarkan Cora dari lamunan panjangnya, Cora memandang sekelilingnya dan melihat mobil Tony sudah berhenti di depan rumahnya. Ia menghela nafas lega, ia sangat lega akhirnya perjalanan yang kaku itu telah berakhir.
"Terima kasih untuk malam ini." Cora melepaskan seatbelt-nya dan ingin segera keluar dari mobil, tetapi langkahnya terhenti oleh tangan Tony yang menarik lengannya, membuat wajahnya hanya berjarak beberapa cm dari wajah Tony.
"You are mine, bersiaplah untuk hidup baru kita." Tony melepaskan kacamatanya, ia menatap ke dalam manik mata Cora dan mengecup bibir ranumnya. Kecupan yang sangat lama bagi Cora, kecupan tanpa gerakan bibir apapun, bibir mereka hanya saling bersentuhan. Perbuatan Tony membuat Cora terkejut, jantungnya seakan berhenti dalam hitungan detik sampai akhirnyaia mendapatkan kesadarannya kembali, ia mendorong wajah Tony menjauh darinya. Tanpa banyak berpikir lagi, ia segera berlari keluar dari mobil lelaki itu dan meninggalkan Tony tanpa sepatah katapun. Sekarang ia terlihat seperti anak remaja yang merasa ciuman pertamanya hilang karena dicuri oleh Tony. Walaupun kecupan itu terasa normal dan biasa saja, tetapi ia tetap tidak bisa menerima perlakuan Tony yang telah mencuri kecupan bibirnya di hari pertama pertemuan mereka.
Cora duduk di tepi ranjangnya, mencoba mencerna kejadian di mobil yang mengejutkannya, jantungnya seakan berhenti dalam hitungan detik. Lelaki di restoran yang terlihat begitu tenang, dingin dan kaku. Tiba-tiba saja berubah menjadi orang yang berbeda, dia terlihat seksi, liar dan gila. Lelaki itu pantas dikatakan gila karena berani mencuri kecupan dari bibir Cora dan mengatakan kata-kata yang tidak dapat dimengerti olehnya.
Cora menghempaskan tubuhnya di atas kasur empuknya, memandangi langit-langit kamarnya, ia menyentuh bibirnya dengan jarinya.
Ia tidak mengerti kepribadian orang asing yang baru dikenalnya itu, Anthony eul Collin. Lelaki yang seakan memiliki dua kepribadian yang berbeda. Cora merasakan amarah yang meledak-ledak di dalam dirinya, walaupun ia tidak langsung memaki lelaki itu, ia tidak henti-hentinya merutuk Tony di dalam hatinya. Lelaki yang tidak sopan, lelaki yang telah mengecup bibirnya dengan santai seperti kebudayaan barat yang terbiasa dengan ciuman dibibir. Bagi Cora walaupun ia hidup dizaman moderen, Cora masih berpegang teguh dengan tradisi timur yang dengan tidak mudah mencium bibir lawan jenisnya. Ia tidak akan pernah mau bertemu dengan lelaki itu lagi didalam hidupnya, untuk sekarang dan selamanya, cukup satu hari yang dikacaukan oleh lelaki itu, ia tidak ingin hidupnya lebih kacau dengan bertemu kembali dengan lelaki gila itu.
...***...
🌷🌷🌷
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments