5. The Coldest Date Ever

Cora berjalan menuruni anak tangga rumahnya, sudah dua hari ini ia tidak masuk bekerja, hal yang selama ini tidak pernah ia lakukan. Bagi Cora tidak ada hari tanpa bekerja, pekerjaan adalah nyawanya, ia merasa ada yang kurang jika sehari saja ia tidak pergi bekerja. Tetapi saat ini ia tidak memiliki semangat untuk bekerja, semua akal sehatnya telah dihancurkan oleh lelaki berwajah dua itu, membuat hari-harinya yang terasa begitu damai sekarang terasa bagaikan neraka.

"Sayang mama kok bangunnya siang banget." Charista memeluk pundak putrinya itu dan menuntun putrinya ke ruang makan mereka.

"Cora cuti ma. . . lagi pengen males-malesan di rumah."

"Yang bener sayang? tumben kamu mau males-malesan?" Charista menautkan kedua alisnya, kata-kata yang selama ini tidak pernah di dengarnya keluar dari mulut putrinya itu membuatnya merasa heran.

"Kamu mau bantuin mama ngurusin acara pernikahan kamu nanti ya?" Charista melanjutkan perkataannya, ia tersenyum lebar menatap anaknya yang terlihat tidak suka dengan pertanyaan ibunya itu.

"Nggak, mama sayang . . . aku nggak berminat untuk ngurusin acara yang nggak penting itu, Cora mau mandi dulu ya, Cora mau jalan-jalan." Cora mendengus kesal, nafsu makannya hilang begitu ibunya mengatakan soal pernikahannya, kenyataan yang selama ini selalu dihindari oleh Cora.

"Jangan gitu, sayang . . . kita makan dulu ya, temani mama sarapan." Charista menarik lengan Cora dan meminta Cora untuk duduk pada bangku kosong yang berada di balik meja makan mereka, Charista duduk di sebelah Cora dan tersenyum manis kepada puterinya itu.

"Papa sudah berangkat, Ma?" Cora mencairkan keheningan di antara ia dan ibunya, ibunya tidak pernah makan dalam suasana hening, tetapi entah mengapa saat ini ibunya menyantap makanannya dalam keheningan, membuat Cora merasa sedikit heran saat melihat ibunya itu bisa terlihat begitu senyap. Sesekali ia melihat tatapan bersalah di mata ibunya itu, membuat Cora sangat sedih melihat tatapan mata ibunya itu.

"Sudah . . . papa ada kerjaan, Sayang." Charista tersenyum tipis dan mengalihkan pandangannya pada sepiring nasi goreng yang berada di depannya. "Sebenarnya mama mau kasih tahu kamu, hari ini kamu foto pre-wedding dengan Tony." Charista melanjutkan perkataannya dengan nada suara yang terdengar setengah berbisik. Cora membulatkan kedua matanya saat mendengarkan perkataan ibunya itu, ia mengacak rambutnya dengan frustasi.

"Apaan sih ma? Ngapain harus pake foto-fotoan, nggak perlu foto ma, pokoknya Cora cuma ingin hadir di altar dan di resepsi, Cora nggak mau pake acara foto-fotoan begitu." Cora mendengus kesal, ia menyendokkan nasi goreng ke dalam mulutnya. Ia frustasi, sangat sangat frustasi, ia tidak ingin dan tidak berminat sedikit pun untuk foto dengan lelaki seperti Tony.

"Cuma foto kok, Sayang . . . selesai foto kamu bisa langsung pulang, tadi mama itu niatnya mau minta izin dari kantor kamu, ehh . . . tau-taunya kamu sendiri sudah ambil cuti, kebetulan banget kan sayang."

Charista tersenyum polos dan menatap puterinya dengan tatapan yang berbinar-binar. Cora menarik nafas panjang dan menghelanya, kalau sudah seperti ini Cora tidak mungkin bisa menolak keinginan ibunya itu.

...***...

Menit demi menit telah berlalu, Cora sudah menyiapkan dirinya untuk menunggu calon suaminya itu datang menjemputnya. Sedari tadi hatinya berdebar dengan kencang, ia tidak tahu bagaimana harus berhadapan dengan lelaki yang telah menghancurkan hidupnya itu.

Tidak lama menunggu lelaki yang di tunggunya itu telah tiba di rumahnya dan tengah berbicara dengan santainya dengan ibu Cora. Cora mendengus kesal memperhatikan wajah lelaki tampan itu yang terlihat begitu akrab dengan ibunya sendiri.

"Kita pergi sekarang sayang." Tony menarik lengan Cora untuk berdiri di sebelahnya, ia tersenyum manis kepada Cora.

Dasar sok manis, gumam Cora di dalam hatinya.

"Ma. . . kita pergi dulu ya." Tony berpamitan kepada ibu Cora dan mencium kedua pipi calon mertuanya itu.

"Iya hati-hati ya nak, jangan nakal ya Cora sayang." Charista mengedipkan sebelah matanya kepada Cora.

"Apaan sih ma!" Cora berkata dengan ketus, ia mendengus kesal untuk yang kesekian kalinya. Jika ia tahu hari ini adalah hari pemotretan, ia akan lebih memilih untuk menghabiskan waktunya dengan bekerja di kantor.

...***...

"Outdoor atau indoor?" Cora melayangkan sebuah pertanyaan pada Tony setelah keduanya sudah duduk di dalam mobil Tony.

"Maksud kamu apa?" Tony menaikkan sebelah alisnya dan menatap Cora dengan tatapan bingung.

"Ganteng-ganteng kok lemot, pemotretannya!" Cora berkata dengan sarkastis. Ia ingin kebersamaan mereka ini segera berakhir, ia akan menjadi gila jika mereka berada dalam keadaan ini lebih lama lagi.

"Di sebuah studio foto, aku nggak mau ribet dan aku cukup sibuk. Foto itu juga hanya sebagai formalitas." Tony berkata dengan datar, ia menyalakan mobilnya dan mulai fokus pada jalanan di hadapannya.

"Kalau nggak mau ribet ngapain harus pake acara foto-foto? dasar aneh." Cora bergumam dengan pelan, gumaman yang dapat di dengar Tony dengan jelas.

"Biar ada kenang-kenangan, kan sudah aku bilang itu hanya formalitas."

Mereka berdua kembali larutdalam keheningan di sekitar mereka, tidak ada satupun dari mereka yang ingin membuka mulut mereka saat ini. Cora menatap keluar jendela, memperhatikan kendaraan yang tengah berada di jalanan itu, entah mengapa kendaraan di luar sana lebih terlihat menarik dibandingkan lelaki yang duduk di sebelahnya itu. Ia tidak tahu mengapa lelaki di sebelahnya itu bisa terlihat hangat dan dingin secara bersamaan. Jika saja saat ini Cora bisa memilih, ia akan memilih untuk tidak pernah bertemu dengan lelaki yang membuat hidupnya yang damai dan tenang itu berubah drastis. Hati dan pikirannya sangat kacau saat ia berada di dekat lelaki itu.

Mereka tiba di sebuah studio foto yang telihat mewah dan besar. Tony turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Cora, Cora tersenyum tipis dan keluar dari mobil Tony. Tony menggenggam tangan Cora dan mengajaknya masuk ke dalam studio foto itu. Cora menatap sekelilingnya. Studio foto yang lebih terlihat seperti sebuah kastil klasik itu terlihat mewah pada bagian dalamnya, nuansa kastil yang didominan dengan warna broken white itu membuat Cora terpukau, ia menatap kagum ke sekelilingnya. Begitu banyak foto-foto yang menghiasi setiap dinding studio itu. Ada beberapa bingkai kosong, bingkai yang tidak di isi dengan selembar fotopun, bingkai dengan ukiran yang indah pada bagian tepinya, bingkai-bingkai foto itu turut menghiasi dinding berwarna broken white itu. Membuat dinding itu terlihat menarik dan lebih berwarna dengan aneka ragam warna dari bingkai foto yang menghiasinya.

"Hai Tony?" Seorang pria berbadan tegap dan berisi berjalan ke arah tony dan menjabat tangan Tony. Ia tersenyum ramah ke arah Tony.

"Ini calon istri lo? kenalkan nama gue Vincent." lelaki yang bernama Vincent itu melirik seorang wanita cantik di sebelah Tony, ia mengulurkan tangannya kepada Cora dan tersenyum ramah.

"Aku Cora." Cora menyambut tangan Vincent dan tersenyum tipis. "Jangan kelamaan pegang tangan calon istri gue!" Tony menepis dengan kasar tangan Vincent, sedari tadi Vincent menjabat tangan Cora dan terlihat enggan untuk melepaskan tangan calon istrinya itu.

"Maaf bro. . . gue terpukau sama kecantikkan calon istri lo ini." Vincent menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Cora terkekeh pelan melihat lelaki bertubuh besar di hadapannya itu terlihat salah tingkah seperti saat ini.

"Udah lo siapin semuanya?" Tony berkata dengan datar.

"Udah dong. . . lo dan Cora siap-siap dulu ya, di rias dulu di sana." Vincent tersenyum manis, ia mengarahkan jari telunjuknya ke arah kumpulan beberapa orang karyawannya yang sudah siap dengan segala alat make up dan pakaian yang akan mereka kenakan untuk pemotretan hari ini.

Setelah satu jam berlalu, Tony dan Cora sudah siap dengan pakaian dan juga make up mereka. Mereka berdua keluar dari ruang rias mereka dan berdiri di tempat yang sudah di tunjuk oleh Vincent.

Mereka semua berkumpul di sebuah taman yang terletak di belakang studio foto itu. Terdapat sebuah air mancur kecil dan kolam ikan yang cukup besar, kolam itu dipenuhi dengan bunga teratai. Cora memandang kagum taman yang sangat cantik itu, ia tidak menyangka di belakang studio itu terdapat taman yang begitu indah seperti ini. Cora tersenyum lebar menatap ikan-ikan yang berwarna-warni itu berenang kesana- kemari.

"Kamu suka lihat ikannya? bawa pulang aja." Vincent terkekeh pelan saat melihat Cora yang mengerucutkan bibirnya saat mendengarkan perkataannya.

"Mana mungkin aku bawa pulang ikan itu." Cora memutarkan kedua bola matanya.

"Mungkin aja, nanti aku suruh karyawan aku bungkusin buat kamu, kolam dan ikan yang sedang berenang di dalamnya itu kan punya aku, kamu mau yang mana?" Vincent tersenyum manis. Cora hanya tersenyum tipis mendengarkan tawaran dari Vincent.

"Lo bukannya cepetan nyelesain pekerjaan lo, malah ngerayu calon istri gue." Tony menepuk kuat pundak Vincent. Ia mengeraskan rahangnya, ia tidak suka ada lelaki lain berada di samping Cora dan tersenyum kepada wanitanya itu, rasanya ia ingin mengurung wanitanya itu dan tidak memperbolehkan lelaki manapun mendekati Cora.

"Tenang bro. . . gue bukannya godain calon istri lo kok." Vincent meletakkan kedua tangannya di hadapannya dan menggerak- gerakkannya di udara, ia tidak ingin emosi sahabatnya itu meledak karena ia mencoba untuk terlihat ramah dengan calon istri sahabatnya itu.

"Jangan pernah dekat-dekat dengan lelaki lain selain aku." Tony berbisik pelan ke telinga Cora, membuat Cora bergindik ngeri mendengarkan perkataan calon suaminya yang lebih terdengar seperti sebuah perintah yang tidak boleh untuk ia langgar.

"Bisa kalian dekat sedikit." Vincent mengarahkan kedua orang di hadapannya itu untuk mendekatkan tubuh mereka.

"Tony peluk tubuh Cora dan Cora tolong senyum sedikit." Vincent menghela nafas panjang, mengabadikan dua orang yang begitu dingin di kameranya bukanlah pekerjaan yang mudah.

"Cora. . . kamu harus tersenyum seperti ini" Vincent tersenyum lebar, memberi contoh kepada Cora untuk mengeluarkan senyuman terbaiknya, bukannya sebuah senyuman manis yang keluar dari wajah cantiknya itu, senyuman lebar Cora terlihat sangat dipaksakan dan senyuman Cora itu membuat Vincent terkekeh pelan.

"Cora, kamu bayangin aja kalau kamu sedang melakukan hal yang paling membuatmu bahagia. Ini foto pre-wedding bukannya foto orang yang sedang berperang." Vincent terkekeh pelan sembari memberikan arahan kepada Cora, sangat susah mengarahkan Cora untuk tersenyum manis di hadapan kameranya.

Hal yang membuatku bahagia? Ok . . . ok ... pekerjaanku banyak setelah ini dan akan sangat membahagiakan membolak-balikkan setiap lembar dokumen yang harus kutangani itu, Cora bergumam di dalam hatinya. Tony terkekeh pelan melihat Cora yang lebih terlihat seperti patung di dalam pelukkannya, ia mengelus puncak kepala Cora.

"Jangan kayak patung gitu ya calon istriku sayang. . ." Tony berbisik pelan ke telinga Cora. Cora mendengus kesal dan berusaha semampunya mengeluarkan senyuman terbaiknya.

Setelah menghabiskan hampir tiga jam pada acara pemotretan itu akhirnya acara yang melelahkan itu telah selesai. Cora dan Tony sudah mengganti kembali pakaian mereka. Mereka berdua melihat hasil pemotretan tadi, hasilnya sangat memuaskan walaupun mereka berdua harus diteriaki berkali-kali oleh Vincent karena mereka tidak mengeluarkan sedikitpun senyuman pada wajah mereka.

Gimana dua orang yang kaku dan dingin begini akan menikah ya?

Sedingin apa nanti rumah tangga mereka? Vincent bertanya di dalam hatinya. Ia tidak dapat membayangkan sahabat masa kecilnya yang selalu kaku dan dingin itu akan menikahi wanita cantik yang bersifat sama dengannya. Tony yang ia kenal semenjak dulu adalah lelaki kaku dan dingin, tidak pernah ada wanita yang pernah ia kenalkan kepada Vincent sebagai kekasihnya.

Walaupun Tony memiliki wajah tampan dan banyak wanita yang memujanya, setahu Vincent sahabatnya itu tidak pernah memiliki seorang kekasih. Ia mengeleng-gelengkan kepalanya saat melihat kedua orang di hadapannya yang tengah memandang hasil fotonya itu dengan tatapan datar, tanpa ekspresi.

...***...

🌷🌷🌷

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!