1 Telepon Menjelang Shubuh

Sederet nomor yang tak dikenal, memenuhi layar ponselnya. Angka-angka itu begitu banyak dan panjang, tak sebagaimana lazimnya. Hal itulah, yang membuat tangan gadis itu terasa berat untuk menerima telepon yang telah merampas tidurnya yang lena. Padahal, hampir semenit sudah dering ponsel itu meminta perhatian dari yang punya.

"Kenapa gak diangkat?" tanya Davina, yang cukup lama menyaksikan reaksi temannya atas telepon tengah malam tersebut.

"Nomor gak dikenal, banyak juga," sahutnya dengan tatap mata ragu, hal itu memantik rasa penasaran Davina untuk melihat pada layar ponsel yang sama.

"Meidina, ini Kayak kode dari luar negeri," kata Davina.

"Luar negeri? Siapa ya, yang menelponku dari luar negeri, jam segini lagi." Gadis berparas ayu itu melongok pada jam dinding, jarumnya mengarah pada angka 3 dini hari. Waktunya tahajjud.

"Untuk tahu, angkat saja!" usul Davina.

Meski dengan rasa ragu yang menggelayut di kalbu, akhirnya jemarinya bergerak juga untuk mengangkat telepon itu.

"Assalamualaikum, Madina Shafa." Suara penelepon dari seberang, suara seorang laki-laki yang ketika mendengarnya saja, Madina langsung meraba dada, karena detak jantung yang tiba-tiba lebih dahsyat dari biasanya.

"Waalaikumsalam," sahutnya dengan suara pelan dan hampir tercekat di tenggorokan.

"Maaf, saya mengganggu kamu, Madina."

"Ee." Gadis itu masih tetap dengan mode tercekatnya.

"Ini saya, Rayyan Ali Fattan."

Semakin dia menjelaskan siapa dirinya, denyut jantung Madina Shafa, semakin tak bisa dikondisikan saja. Sebenarnya, dari suaranya saja, gadis itu sudah bisa menduga, kalau dia adalah putra Kyai Muhajir, pengasuh pesantren Darul ulum. Tempat di mana Madina Shafa dan Kanza Davina membaktikan ilmunya sebagai tenaga pengajar Madrasah Diniyah di sana. Pesantren Darul Ulum ini pula, yang membuka jalan bagi Davina dan Madina untuk menempuh pendidikan Kulliyatul Muallimin di pesantren Al-Hasyimi, tempat mereka belajar sekarang.

Gadis itu masih rasa tak percaya jika putra mahkota Darul Ulum yang tampan dan pendiam itu meneleponnya.

"I-iya, Ra." Gugup suara Madina menjawabnya. Ra, adalah singkatan dari Lora. Lora adalah sebutan untuk putra Kyai di Darul Ulum. Karena Rayyan Ali Fattan adalah putra Kyai pengasuh pesantren Darul-Ulum, maka dia dipanggil Lora.

Kata tanya dengan menyebut sebutan singkat itu, membuat Davina yang hendak keluar dari wisma, masih menghentikan langkah dan menatap ke arah sahabatnya tersebut. Tatap matanya memancarkan tanya yang tak terucap dengan kata. Tapi, Madina Shafa hanya fokus pada si penelepon saja.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Ra Fattan, dan itu cukup mengurai kegugupan yang dirasakan oleh Madina.

"Baik, Ra."

"Betah di Alhasyimi?"

"Iya, Alhamdulillah."

"Masih lama pelajarannya?" Nada tanya datar seperti itu memang yang menjadi salah satu ciri khas seorang Rayyan Ali Fattan. Datar dan berwibawa.

"Sekitar empat bulan lagi, Jennengan sudah kembali ke Darul Ulum, Ra?" tanya Madina pelan.

"Tidak. Saya masih di Al-Azhar."

"Oh." Dan semakin heranlah perasaan Madina, mana kala tahu kalau putra Kyai Muhajir itu meneleponnya dari Kairo. Jauh sekali. Gerangan ada apa, pemuda yang sudah selama dua tahun ini berada di sana, tiba-tiba meneleponnya di saat menjelang waktu shubuh begini.

"Doakan saya, Madina. Mungkin hanya doa kamu yang bisa membuat saya merasa tenang." Suara Fattan terdengar berat saat berkata demikian.

"Jennengan kenapa, Ra?" Madina jadi bertanya dengan raut wajah yang panik.

"Belakangan ini, Saya sering teringat sama kamu . Dan itu membuat saya kurang bisa fokus. Padahal saya sedang mengerjakan tesis sekarang."

"Oh" Madina hanya bisa menghempaskan napasnya tertahan. Sungguh ia belum sepenuhnya paham apa maksud dari ucapan Rayyan Ali Fattan.

"Doakan saya ya, dan iklashkan apa yang saya rasakan." Kenapa suara Ra fattan saat berkata demikian itu terdengar lebih lembut di pendengaran, apa karena ia berkata dengan sepenuh perasaan. Ah. Madina tak berani menebak-nebak, apalagi menyimpulkan. Ia memilih sibuk untuk memaknai perasaannya sendiri yang terasa bergetar karena mendengar ucapan demikian.

Dan pada akhirnya, setelah beberapa jenak terdiam, ia pun mengatakan, "Iya, Ra, saya doakan, dan saya iklashkan."

"Alhamdulillah, terima kasih, Madina, saya ..." sampai pada kalimat itu, tiba-tiba suara Ra Fattan menghilang, dan yang terdengar kemudian adalah nada tut..tut..tut...

Sepertinya sambungan terputus, atau memang sengaja diputus. Madina terdiam dengan rasa hati yang berkabut. Ia pandangi ponselnya yang memang sudah tak ada aktifitas sambungan di sana. Bahkan dengan beraninya ia mendial nomor tersebut. Namun, hanya kembali nada yang memekakkan telinga itu yang memenuhi ruang dengarnya.

"Ra Fattan yang meneleponmu?" tanya Davina yang sudah menjadi saksi atas semuanya.

"Iya," sahut Madina lesu.

"Beliau menelepon dari Kairo ya," tebak Davina. Karena saat ini, putra Kyai Muhajir itu memang sedang mengambil program pascasarjana di sebuah Universitas ternama, di Kairo.

Madina hanya mengangguk saja.

"Kenapa jadi lesu, Din? Beliau bilang apa?"

"Beliau hanya minta doaku, katanya beliau sedang mengerjakan tesis," sahut Madina.

"Iya," kata Davina, seakan dia memang sudah tahu perihal itu.

"Tapi ..." Madina tampak ragu untuk melanjutkan ucapannya.

"Kenapa?" Davina memerlihatkan senyum, dan itu membuat keraguan dalam diri Madina kabur. Tak layak, bahkan termasuk dosa jika harus meragukan sahabat yang sudah seperti saudara. Demikian ikatan yang ada antara Kanza Davina dan Madina Shafa.

"Beliau minta doa dan keikhlasanku, beliau sering gak fokus mengerjakan tesisnya, karena sering ingat padaku. Apa maksudnya ya, Vina?"

"Kamu benar gak ngerti, Din?" Davina menatap lekat pada Madina Shafa yang terlihat menggeleng pelan. Gelengang yang tak menunjukkan keyakinan. Dibilang dirinya tidak sepenuhnya mengerti maksud ucapan itu, rasanya bohong. Madina itu sangat cerdas dan peka. Di KM, atau singkatan dari kulliyatul Muallimin, dia adalah ketua BES, badan executive santri. Setara dengan BEM dalam tingkat perkuliahan.

Tapi, perlu diketahui, memahami tentang rasa, tak hanya diperlukan cerdas secara intelektual saja. Karena rasa, muaranya ada dalam hati. Dan tidak ada yang bisa memahami tentang hati, atau pun bahasa hati, kecuali dengan hati pula. Dan apa tentang hal ini, Madina juga belum memahami? Jawabannya sudah. Hanya saja, jika itu tentang hati, dia ingin lebih berhati-hati. Apalagi ini adalah tentang seseorang yang sudah bertahta dalam hati secara diam-diam selama ini. Seseorang yang dikenal selalu berhati-hati dalam setiap kata dan tindakan. Madina, jelas tidak ingin terburu-buru mengambil kesimpulan.

Lain halnya dengan Davina, ketika dia mengatakan pada Madina, apa yang menjadi ulasan dan alasannya, semua itu bukan hasil penilaian yang semena-mena, melainkan setelah melewati kajian sebelumnya. Kajian tak resmi, yang telah ia lakukan cukup lama.

"Madina, Ra Fattan itu selalu teringat padamu. Selalu memikirkanmu, sampai ia tak bisa fokus untuk mengerjakan tesisnya. Karena itulah ia minta doa dan keikhlasanmu atas apa yang ia rasakan." Demikian ucap Davina menjabarkan.

Madina terdiam. Ia bukan tak paham, tapi hanya tak ingin salah paham.

"Dan inti dari semuanya adalah, Ra Fattan itu menyukaimu," lanjut Davina kemudian.

Madina masih terdiam, ia hanya menatap sahabatnya itu untuk beberapa lama dan enggan beralih pandang. Sedangkan Davina malah segera keluar dari kamar mereka itu dan tak menambahkan keterangan. Karna ia pun tahu, kalau sahabatnya yang ayu itu bukan tak paham dengan apa yang ia katakan.

Terpopuler

Comments

𝐬𝐚𝐟𝐫𝐢𝐚𝐭𝐢

𝐬𝐚𝐟𝐫𝐢𝐚𝐭𝐢

Sikap Medina buat ku penasaran ?

2023-01-02

0

Fia Maziyya

Fia Maziyya

novel yg ditunggu akhirnya rilis

2022-12-06

2

🌻Yani Wi💕

🌻Yani Wi💕

like+fav.lanjut author.👍🏻

2022-12-06

2

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 1 Telepon Menjelang Shubuh
3 2 Diam-Diam Cinta
4 3 Pulang Lagi Ke Darul-Ulum
5 4 Bismillah Saya Ikhlas
6 5 Menunggu Jawaban Allah Atas Semua Do'aku
7 6 Pesona Irfan Arafka Wafdan
8 7 Pesan Teks Dari Ra Fattan
9 8 Tertabrak
10 9 Tuhanmu Dan Sahabatmu Tidak Bisa Kau Bohongi
11 10 Bukan Hanya Tidak Logis
12 11 Tertuduh
13 12 Tiket Untuk Berbahagia
14 13 Ujian Atau Hukuman?
15 14 Hati Yang Tidak Baik-Baik Saja
16 15 Akibat dari Sebab Yang Sengaja Dibuat
17 16 Galau Ketemu Risau
18 17 Tamu Tak Diundang
19 18 Kartu Truf
20 19 Santri Pemegang Rekor Tertinggi
21 20 Trending Topik Nomor Satu Di Alhasyimi
22 21 Terungkap Di Saat Yang Tidak Tepat
23 22 Mencintai Tanpa Syarat Itu Lebih Mulia
24 23 Satu Doa Satu Amin
25 24 Tidak Layak Dipisahkan
26 25 Membawa Rasa Cinta Dalam Sebentuk Pinta
27 26 Setitik Harap Untuk Sang Sahabat
28 27 Sang Juara
29 28 Pertemuan
30 29 Kejutan Ketiga
31 30 Akhir Sebuah Harapan
32 31 Kata Iya Dan Tidak Sama Beratnya
33 32 Perbedaan Yang Runcing
34 33 Sosok Imam Impian
35 34 Masih Adakah Yang Patut Menyalahkan Dan Disalahkan
36 35 Kini Sudah Tak Sama Lagi
37 36 Tak Saling Menatap
38 37 Karena Cincin Pertunangan
39 38 Dua Fakta Yang Berbanding Terbalik
40 39 Saya Akan Melamar Kamu
41 40 Terguncang
42 41 Bukan Salah Memahami
43 41 Semoga Gemuruh Tak Akan Berubah Jadi Petir
44 43 Bebas Yang Terbatas
45 44 Cerdas Empat Arah
46 45 Memberi Lebih Dari Yang Diinginkan
47 46 Milik Publik Bukan Milik Perseorangan
48 47 Anugerah yang Berselubung Musibah
49 48 Tak Ada Definisi Dan Tak Ada Deskripsi
50 49 Dirawat
51 50 Dirawat 2
52 51 Jangan Menambah Daftar Patah Hati
53 52 Tau Tapi Tidak Kenal
54 53 Calon Mertua
55 54 Apakah Restu Tidak Penting
56 55 Harta Bujuk Rayu Yang Paling Ampuh
57 56 Ikut Dawuhnya Aba
58 57 Baru Terbangun Dari Tidur Panjang
59 58 Hidupmu Saat Ini Adalah Milikmu
60 59 Dia Datang
61 60 Tunangannya Meidina
62 61 Bukan Tentang Apa Yang Bisa Didapatkan Tapi Apa Yang Bisa Dilakukan
63 62 Maaf Untuk Segala Waktu Dan Peristiwa Yang Aku Tidak Punya Kuasa Di Dalamnya
64 63 Teman Rasa Saudara
65 64 Kedatangan Syaikhona
66 65 Nasihat Kyai Pengasuh
67 66 Permintaan Syaikhona
68 67 Putra Bungsu kyai Pengasuh
69 67 Dian Maulidia
70 68 Pesan Rahasia
71 69 Syarat Merahasiakan Identitas
72 70 Keshalihan dan Kemuliaan Tidak Diwariskan
73 71 Tentang Arafka
74 72 Tentang Arafka 2
75 73 Masa Lalu Dan Masa Depan
76 74 Mencintai Wanita Halal
77 75 Saatnya Menikah
78 76 Sempat Goyah
79 77 Boleh Saya Hapus Air Matanya
80 78 Tidak Menerima Dan Juga Tidak Menolak
81 79 Bertemu Ra Fattan
82 80 Isyarat Dari Sang Maha Penentu
83 81 Sama-Sama Menang Dan Sama-Sama Kalah
84 82 Jatuh Cinta Saja Tidak Cukup
85 83 Diam Pertanda Setuju
86 84 Jangan Menangis Lagi
87 85 Beda Tipis Antara Mengagumi Dan Mencintai
88 86 Belajar Pasrah Belajar Berserah
89 87 Melupakan Ra Fattan Wajib Hukumnya
90 88 Tak Perlu Bertanya Cinta
91 89 Sesuai Dengan Hati Dan Sepenuh Hati
92 90 Kangen Calon Suami
93 91 Kangen Calon Istri
94 92 Akad
95 93 Terasa Sejuk
96 94 Bukan Bab Baru
97 95 Ayat 13
98 Extra 1
99 Extra 2
100 Extra 3
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Prolog
2
1 Telepon Menjelang Shubuh
3
2 Diam-Diam Cinta
4
3 Pulang Lagi Ke Darul-Ulum
5
4 Bismillah Saya Ikhlas
6
5 Menunggu Jawaban Allah Atas Semua Do'aku
7
6 Pesona Irfan Arafka Wafdan
8
7 Pesan Teks Dari Ra Fattan
9
8 Tertabrak
10
9 Tuhanmu Dan Sahabatmu Tidak Bisa Kau Bohongi
11
10 Bukan Hanya Tidak Logis
12
11 Tertuduh
13
12 Tiket Untuk Berbahagia
14
13 Ujian Atau Hukuman?
15
14 Hati Yang Tidak Baik-Baik Saja
16
15 Akibat dari Sebab Yang Sengaja Dibuat
17
16 Galau Ketemu Risau
18
17 Tamu Tak Diundang
19
18 Kartu Truf
20
19 Santri Pemegang Rekor Tertinggi
21
20 Trending Topik Nomor Satu Di Alhasyimi
22
21 Terungkap Di Saat Yang Tidak Tepat
23
22 Mencintai Tanpa Syarat Itu Lebih Mulia
24
23 Satu Doa Satu Amin
25
24 Tidak Layak Dipisahkan
26
25 Membawa Rasa Cinta Dalam Sebentuk Pinta
27
26 Setitik Harap Untuk Sang Sahabat
28
27 Sang Juara
29
28 Pertemuan
30
29 Kejutan Ketiga
31
30 Akhir Sebuah Harapan
32
31 Kata Iya Dan Tidak Sama Beratnya
33
32 Perbedaan Yang Runcing
34
33 Sosok Imam Impian
35
34 Masih Adakah Yang Patut Menyalahkan Dan Disalahkan
36
35 Kini Sudah Tak Sama Lagi
37
36 Tak Saling Menatap
38
37 Karena Cincin Pertunangan
39
38 Dua Fakta Yang Berbanding Terbalik
40
39 Saya Akan Melamar Kamu
41
40 Terguncang
42
41 Bukan Salah Memahami
43
41 Semoga Gemuruh Tak Akan Berubah Jadi Petir
44
43 Bebas Yang Terbatas
45
44 Cerdas Empat Arah
46
45 Memberi Lebih Dari Yang Diinginkan
47
46 Milik Publik Bukan Milik Perseorangan
48
47 Anugerah yang Berselubung Musibah
49
48 Tak Ada Definisi Dan Tak Ada Deskripsi
50
49 Dirawat
51
50 Dirawat 2
52
51 Jangan Menambah Daftar Patah Hati
53
52 Tau Tapi Tidak Kenal
54
53 Calon Mertua
55
54 Apakah Restu Tidak Penting
56
55 Harta Bujuk Rayu Yang Paling Ampuh
57
56 Ikut Dawuhnya Aba
58
57 Baru Terbangun Dari Tidur Panjang
59
58 Hidupmu Saat Ini Adalah Milikmu
60
59 Dia Datang
61
60 Tunangannya Meidina
62
61 Bukan Tentang Apa Yang Bisa Didapatkan Tapi Apa Yang Bisa Dilakukan
63
62 Maaf Untuk Segala Waktu Dan Peristiwa Yang Aku Tidak Punya Kuasa Di Dalamnya
64
63 Teman Rasa Saudara
65
64 Kedatangan Syaikhona
66
65 Nasihat Kyai Pengasuh
67
66 Permintaan Syaikhona
68
67 Putra Bungsu kyai Pengasuh
69
67 Dian Maulidia
70
68 Pesan Rahasia
71
69 Syarat Merahasiakan Identitas
72
70 Keshalihan dan Kemuliaan Tidak Diwariskan
73
71 Tentang Arafka
74
72 Tentang Arafka 2
75
73 Masa Lalu Dan Masa Depan
76
74 Mencintai Wanita Halal
77
75 Saatnya Menikah
78
76 Sempat Goyah
79
77 Boleh Saya Hapus Air Matanya
80
78 Tidak Menerima Dan Juga Tidak Menolak
81
79 Bertemu Ra Fattan
82
80 Isyarat Dari Sang Maha Penentu
83
81 Sama-Sama Menang Dan Sama-Sama Kalah
84
82 Jatuh Cinta Saja Tidak Cukup
85
83 Diam Pertanda Setuju
86
84 Jangan Menangis Lagi
87
85 Beda Tipis Antara Mengagumi Dan Mencintai
88
86 Belajar Pasrah Belajar Berserah
89
87 Melupakan Ra Fattan Wajib Hukumnya
90
88 Tak Perlu Bertanya Cinta
91
89 Sesuai Dengan Hati Dan Sepenuh Hati
92
90 Kangen Calon Suami
93
91 Kangen Calon Istri
94
92 Akad
95
93 Terasa Sejuk
96
94 Bukan Bab Baru
97
95 Ayat 13
98
Extra 1
99
Extra 2
100
Extra 3

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!