4 Bismillah Saya Ikhlas

"Jennengan mengatakan pada saya dan Davina, untuk pulang lagi ke Darul-Ulum," jawab Madina Shafa.

Dan apa kata Ra Fattan dengan itu semua. "Bukan untuk kalian berdua. Tapi, hanya kepadamu saja, Madina."

"Eh ... mak-maksudnya, Ra?"

"Saya berharap, tak ada seorang pun di Al-Hasyimi yang bisa bertahta dalam hatimu, Madina. Hingga kamu pulang lagi ke Darul Ulum. Dan saya berdoa, hanya saya yang akan menempatinya."

"Oh." Madina langsung tercekat, terdiam tanpa kata. Untuk beberapa jenak, hanya hening yang menguasai dirinya. Fattan pun seperti sengaja membiarkan semuanya. Sengaja memberi waktu untuk gadis itu mencerna setiap kata dalam kalimat yang telah diucapkannya.

Ada air mengambang di pelupuk mata gadis ayu itu, kemudian secara pelan dan pasti, titik bening pun menggelinding dan jatuh. Davina hanya mampu melihat semua itu dengan perasaan yang berkecamuk tanya. Dan pada akhirnya seutas senyum terbit di bibir Davina. Mana kala ia mendapat kepahaman atas apa yang terjadi pada sahabatnya.

"Bagaimana, apa harapan saya ini kamu ijinkan, Madina?" Demikian tanya Ra Fattan, diucap dengan bahasa yang santun dan dengan suara yang lembut. Hati mana yang tak akan terpaut dan hanyut.

"Bismillah, saya ijinkan, Ra," sahut Madina dengan suara bergetar, dan air mata yang kian berderai. Bagaimana tidak, sudah lama rasa indah ini tersimpan di hati. membingkai rasa kagum pada sang putra mahkota Darul Ulum itu. Tanpa ada satu pun kata yang terlisan, karena perbedaan garis nasab yang seakan menjadi penghalang nan tinggi menjulang.

Kini, setelah semua apa yang ia rasa itu hanya dipendam dalam diam, pemuda itu sendiri yang mengajukan perizinan. Untuk bisa bertahta dalam hatinya yang terdalam. Apa Madina masih perlu berpikir panjang untuk mengiyakan?

"Ikhlaskah, Madina?" tanya Ra Fattan demi untuk semakin mengukuhkan.

"InsyaAllah, Ikhlas, Ra. Karena Allah."

"Alhamdulillah, subhanallaah." Terdengar Fattan melafadzkan pujian pada Sang Maha Rahman. Pun dalam diri Madina, yang juga melambungkan nama kebesaran Tuhan dalam jiwanya yang terdalam.

Saat sambungan telepon itu telah ditutup oleh Fattan, karena akan melakukan kegiatan yang sudah menanti. Madina menatap Davina dengan air mata jatuh.

"Ra Fattan, Vina ..."

"Iya, aku paham. Selamat ya." Davina segera memeluk sahabatnya itu, merasakan getar bahagia yang kini menyelimuti perasaan Madina.

"Dugaanku tidak salah bukan? Kalau Ra Fattan itu menyukaimu. Kau yang tidak percaya," ujar Davina usai mengurai pelukan keduanya.

"Aku hanya takut salah."

"Dan ternyata tidak salah "kan?"

"Dari mana kau bisa menyimpulkan begitu, Davina?"

Davina hanya tersenyum. Dan ia pun teringat kembali segala apa yang menjadi faktor penilaian itu. Gadis manis itu jadi teringat pada saat yang sudah berlalu.. Masa hampir dua tahun yang lalu. Tepatnya satu tahun delapan bulan yang telah terlewat.

Davina sebenarnya masih punya hubungan kekerabatan dengan Ra Fattan, dari jalur ummi mereka masing-masing. Dan ayah Davina adalah teman sepondok dulu dengan Kyai Muhajir saat masih sama-sama di pesantren. Jadilah Davina cukup akrab dengan keluarga Kyai pengasuh pesantren Darul Ulum tersebut, termasuk Rayyan Ali Fattan si putra sulung.

Dulu mereka cukup akrab, cukup sering bertegur sapa, sampai Ra Fattan nyantri di Alhasyimi, dan lulus S1 di STAI Al- Hasyimi, saat itulah pemuda tampan itu mulai membatasi komunikasi. Tak hanya pada Davina, tapi juga terhadap kerabatnya yang lain. Saat itu ia ikut berkiprah di dunia pendidikan Darul Ulum, sembari menunggu jadwal keberangkatannya ke Al-Azhar untuk lanjut study S2.

Ra Fattan sebagai pribadi yang tak banyak kalam, diam menjadi pilihan bersikap yang sering ia kedepankan, lebih banyak menyimak dari pada mengajukan topik. Namun, saat memberikan gagasan, saran atau pun kritik membangun, bahasa yang digunakan begitu ramah dan santun. Tapi sangat mengena, dan menjangkau semua tingkat pemahaman. Karenanya pemuda itu tampil sebagai pribadi yang mudah disetujui. Hingga banyak yang merasa kehilangan, saat pemuda itu berangkat ke Mesir untuk memperdalam ilmu dan pengetahuan.

Sekitar 6 bulan berada di sana, Ra Fattan kembali ke tanah kelahirannya, karena sebuah kepentingan yang tak bisa ditunda. Saat itulah, Davina mulai merasa ada yang tak biasa pada diri putra sulung kyai Muhajir itu terhadap Madina Shafa. Beberapa kali Davina memergoki Ra Fatttan menatap gadis ayu itu lembut, bahkan tak jarang dengan disertai senyuman walaupun singkat, baik waktu gadis ayu itu tampil waktu rapat untuk mengemukakan pendapat, juga ketika ia berkomunikasi langsung dengan Ra Fattan terkait *** di Darul Ulum.

Jika saja ia tidak mengenal Ra Fattan sejak lama, maka kalau hanya menatap saja tak akan sampai membuatnya berkesimpulan kalau pemuda itu suka pada Madina.

Ra Fattan yang hampir selalu menundukkan pandangan, tiap berkomunikasi juga hampir tak pernah menatap pada lawan bicaranya, dalam tanda kutip perempuan. Kini malah dengan sengaja dan secara sadar ia memandang seorang perempuan, maka tak berlebihan jika Davina langsung mempertanyakan, ada apa dengan Ra Fattan.

Penilaiannya makin kuat, saat keberangkatan Madina dan Davina untuk belajar di KM Al-Hasyimi, pemuda itu mengatakan 'pulang lagi ke Darul-ulum ya' sedang jelas tatapannya hanya tertuju pada Madina saja. Maka bisa disimpulkan kalau ucapan itu hanya untuk gadis itu.

Lebih jelasnya saat beberapa jam kemudian, ketika kedua gadis itu bersiap masuk ke dalam mobil yang akan membawa mereka ke Al-Hasyimi. Mobil tersebut parkir di halaman depan kediaman Kyai Muhajir. Ra Fattan tidak ada, pemuda tampan itu tak menampakkan batang hidungnya. Hingga saat Davina telah masuk lebih dulu ke dalam mobil yang telah menunggu, ia melihat seraut wajah tampan di balik jendela kamar yang terbuka.

Kamar depan kediaman Kyai Muhajir itu diketahui sebagai peraduan si sulung putra mahkota Darul-Ulum tersebut. Terlihat wajah tampan itu mengarahkan tatapan ke satu arah sambil tersenyum. Dan Madina yang ada di arah itu sedang di ajak ngobrol oleh bu Nyai Wafroh--ibundanya Ra Fattan--sebelum naik ke dalam mobil.

Begitu detail Davina memerhatikan sikap Rayyan Ali Fattan, hingga ia tiba pada satu kesimpulan.

Namun, sekian waktu berlalu, tak ada lagi komunikasi yang terjalin, juga tak ada kabar yang terdengar. Mereka terpisah jarak yang sangat jauh. Antara Indonesia dan Mesir. Davina sudah hampir melupakan semua penilaian itu, hingga kemudian.

RA fattan menelepon Madina beberapa hari yang lalu menjelang shubuh. Ia meminta doa dan keikhlasan hati gadis ayu itu atas kegelisahan jiwa yang selalu membelenggu. Karena selalu teringat pada satu nama. Nama Madina Shafa, hingga merampas semua fokus, padahal ia sedang mengerjakan tesis.

Setelah hampir dua tahun berlalu, Ra Fattan sendiri yang mengungkap rasa itu, dan meminta restu pada yang empunya nama, untuk mengajukan rasa yang ada ke hadapan Yang Kuasa, agar rasa itu mendapat ridho, serta menjadi perantara jalan menuju syurga.

Sebagaimana, Madina. Davina juga ikut menangis. Tak menyangka jika dirinya akan menjadi saksi kisah yang menurutnya begitu manis. Tentang rasa terpendam yang akhirnya terungkapkan, antara Madina Shafa dan Rayyan Ali Fattan.

Terpopuler

Comments

Drew 1

Drew 1

aq meweks ka

2022-12-25

0

Yeni Eka

Yeni Eka

indah sekali cara nembaknya, yg begini nih calon imam idaman

2022-12-20

0

Ayuwidia

Ayuwidia

𝚜𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚍𝚒 𝚙𝚊𝚛𝚝 𝚒𝚗𝚒, 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚊𝚚 𝚋𝚊𝚌𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚗𝚢𝚎𝚜𝚎𝚔 𝚢𝚊, 𝙺𝚊𝚔? 🥺

2022-12-08

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 1 Telepon Menjelang Shubuh
3 2 Diam-Diam Cinta
4 3 Pulang Lagi Ke Darul-Ulum
5 4 Bismillah Saya Ikhlas
6 5 Menunggu Jawaban Allah Atas Semua Do'aku
7 6 Pesona Irfan Arafka Wafdan
8 7 Pesan Teks Dari Ra Fattan
9 8 Tertabrak
10 9 Tuhanmu Dan Sahabatmu Tidak Bisa Kau Bohongi
11 10 Bukan Hanya Tidak Logis
12 11 Tertuduh
13 12 Tiket Untuk Berbahagia
14 13 Ujian Atau Hukuman?
15 14 Hati Yang Tidak Baik-Baik Saja
16 15 Akibat dari Sebab Yang Sengaja Dibuat
17 16 Galau Ketemu Risau
18 17 Tamu Tak Diundang
19 18 Kartu Truf
20 19 Santri Pemegang Rekor Tertinggi
21 20 Trending Topik Nomor Satu Di Alhasyimi
22 21 Terungkap Di Saat Yang Tidak Tepat
23 22 Mencintai Tanpa Syarat Itu Lebih Mulia
24 23 Satu Doa Satu Amin
25 24 Tidak Layak Dipisahkan
26 25 Membawa Rasa Cinta Dalam Sebentuk Pinta
27 26 Setitik Harap Untuk Sang Sahabat
28 27 Sang Juara
29 28 Pertemuan
30 29 Kejutan Ketiga
31 30 Akhir Sebuah Harapan
32 31 Kata Iya Dan Tidak Sama Beratnya
33 32 Perbedaan Yang Runcing
34 33 Sosok Imam Impian
35 34 Masih Adakah Yang Patut Menyalahkan Dan Disalahkan
36 35 Kini Sudah Tak Sama Lagi
37 36 Tak Saling Menatap
38 37 Karena Cincin Pertunangan
39 38 Dua Fakta Yang Berbanding Terbalik
40 39 Saya Akan Melamar Kamu
41 40 Terguncang
42 41 Bukan Salah Memahami
43 41 Semoga Gemuruh Tak Akan Berubah Jadi Petir
44 43 Bebas Yang Terbatas
45 44 Cerdas Empat Arah
46 45 Memberi Lebih Dari Yang Diinginkan
47 46 Milik Publik Bukan Milik Perseorangan
48 47 Anugerah yang Berselubung Musibah
49 48 Tak Ada Definisi Dan Tak Ada Deskripsi
50 49 Dirawat
51 50 Dirawat 2
52 51 Jangan Menambah Daftar Patah Hati
53 52 Tau Tapi Tidak Kenal
54 53 Calon Mertua
55 54 Apakah Restu Tidak Penting
56 55 Harta Bujuk Rayu Yang Paling Ampuh
57 56 Ikut Dawuhnya Aba
58 57 Baru Terbangun Dari Tidur Panjang
59 58 Hidupmu Saat Ini Adalah Milikmu
60 59 Dia Datang
61 60 Tunangannya Meidina
62 61 Bukan Tentang Apa Yang Bisa Didapatkan Tapi Apa Yang Bisa Dilakukan
63 62 Maaf Untuk Segala Waktu Dan Peristiwa Yang Aku Tidak Punya Kuasa Di Dalamnya
64 63 Teman Rasa Saudara
65 64 Kedatangan Syaikhona
66 65 Nasihat Kyai Pengasuh
67 66 Permintaan Syaikhona
68 67 Putra Bungsu kyai Pengasuh
69 67 Dian Maulidia
70 68 Pesan Rahasia
71 69 Syarat Merahasiakan Identitas
72 70 Keshalihan dan Kemuliaan Tidak Diwariskan
73 71 Tentang Arafka
74 72 Tentang Arafka 2
75 73 Masa Lalu Dan Masa Depan
76 74 Mencintai Wanita Halal
77 75 Saatnya Menikah
78 76 Sempat Goyah
79 77 Boleh Saya Hapus Air Matanya
80 78 Tidak Menerima Dan Juga Tidak Menolak
81 79 Bertemu Ra Fattan
82 80 Isyarat Dari Sang Maha Penentu
83 81 Sama-Sama Menang Dan Sama-Sama Kalah
84 82 Jatuh Cinta Saja Tidak Cukup
85 83 Diam Pertanda Setuju
86 84 Jangan Menangis Lagi
87 85 Beda Tipis Antara Mengagumi Dan Mencintai
88 86 Belajar Pasrah Belajar Berserah
89 87 Melupakan Ra Fattan Wajib Hukumnya
90 88 Tak Perlu Bertanya Cinta
91 89 Sesuai Dengan Hati Dan Sepenuh Hati
92 90 Kangen Calon Suami
93 91 Kangen Calon Istri
94 92 Akad
95 93 Terasa Sejuk
96 94 Bukan Bab Baru
97 95 Ayat 13
98 Extra 1
99 Extra 2
100 Extra 3
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Prolog
2
1 Telepon Menjelang Shubuh
3
2 Diam-Diam Cinta
4
3 Pulang Lagi Ke Darul-Ulum
5
4 Bismillah Saya Ikhlas
6
5 Menunggu Jawaban Allah Atas Semua Do'aku
7
6 Pesona Irfan Arafka Wafdan
8
7 Pesan Teks Dari Ra Fattan
9
8 Tertabrak
10
9 Tuhanmu Dan Sahabatmu Tidak Bisa Kau Bohongi
11
10 Bukan Hanya Tidak Logis
12
11 Tertuduh
13
12 Tiket Untuk Berbahagia
14
13 Ujian Atau Hukuman?
15
14 Hati Yang Tidak Baik-Baik Saja
16
15 Akibat dari Sebab Yang Sengaja Dibuat
17
16 Galau Ketemu Risau
18
17 Tamu Tak Diundang
19
18 Kartu Truf
20
19 Santri Pemegang Rekor Tertinggi
21
20 Trending Topik Nomor Satu Di Alhasyimi
22
21 Terungkap Di Saat Yang Tidak Tepat
23
22 Mencintai Tanpa Syarat Itu Lebih Mulia
24
23 Satu Doa Satu Amin
25
24 Tidak Layak Dipisahkan
26
25 Membawa Rasa Cinta Dalam Sebentuk Pinta
27
26 Setitik Harap Untuk Sang Sahabat
28
27 Sang Juara
29
28 Pertemuan
30
29 Kejutan Ketiga
31
30 Akhir Sebuah Harapan
32
31 Kata Iya Dan Tidak Sama Beratnya
33
32 Perbedaan Yang Runcing
34
33 Sosok Imam Impian
35
34 Masih Adakah Yang Patut Menyalahkan Dan Disalahkan
36
35 Kini Sudah Tak Sama Lagi
37
36 Tak Saling Menatap
38
37 Karena Cincin Pertunangan
39
38 Dua Fakta Yang Berbanding Terbalik
40
39 Saya Akan Melamar Kamu
41
40 Terguncang
42
41 Bukan Salah Memahami
43
41 Semoga Gemuruh Tak Akan Berubah Jadi Petir
44
43 Bebas Yang Terbatas
45
44 Cerdas Empat Arah
46
45 Memberi Lebih Dari Yang Diinginkan
47
46 Milik Publik Bukan Milik Perseorangan
48
47 Anugerah yang Berselubung Musibah
49
48 Tak Ada Definisi Dan Tak Ada Deskripsi
50
49 Dirawat
51
50 Dirawat 2
52
51 Jangan Menambah Daftar Patah Hati
53
52 Tau Tapi Tidak Kenal
54
53 Calon Mertua
55
54 Apakah Restu Tidak Penting
56
55 Harta Bujuk Rayu Yang Paling Ampuh
57
56 Ikut Dawuhnya Aba
58
57 Baru Terbangun Dari Tidur Panjang
59
58 Hidupmu Saat Ini Adalah Milikmu
60
59 Dia Datang
61
60 Tunangannya Meidina
62
61 Bukan Tentang Apa Yang Bisa Didapatkan Tapi Apa Yang Bisa Dilakukan
63
62 Maaf Untuk Segala Waktu Dan Peristiwa Yang Aku Tidak Punya Kuasa Di Dalamnya
64
63 Teman Rasa Saudara
65
64 Kedatangan Syaikhona
66
65 Nasihat Kyai Pengasuh
67
66 Permintaan Syaikhona
68
67 Putra Bungsu kyai Pengasuh
69
67 Dian Maulidia
70
68 Pesan Rahasia
71
69 Syarat Merahasiakan Identitas
72
70 Keshalihan dan Kemuliaan Tidak Diwariskan
73
71 Tentang Arafka
74
72 Tentang Arafka 2
75
73 Masa Lalu Dan Masa Depan
76
74 Mencintai Wanita Halal
77
75 Saatnya Menikah
78
76 Sempat Goyah
79
77 Boleh Saya Hapus Air Matanya
80
78 Tidak Menerima Dan Juga Tidak Menolak
81
79 Bertemu Ra Fattan
82
80 Isyarat Dari Sang Maha Penentu
83
81 Sama-Sama Menang Dan Sama-Sama Kalah
84
82 Jatuh Cinta Saja Tidak Cukup
85
83 Diam Pertanda Setuju
86
84 Jangan Menangis Lagi
87
85 Beda Tipis Antara Mengagumi Dan Mencintai
88
86 Belajar Pasrah Belajar Berserah
89
87 Melupakan Ra Fattan Wajib Hukumnya
90
88 Tak Perlu Bertanya Cinta
91
89 Sesuai Dengan Hati Dan Sepenuh Hati
92
90 Kangen Calon Suami
93
91 Kangen Calon Istri
94
92 Akad
95
93 Terasa Sejuk
96
94 Bukan Bab Baru
97
95 Ayat 13
98
Extra 1
99
Extra 2
100
Extra 3

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!