Bertaruh Cinta Di Atas Takdir
Setelah jam berdentang sepuluh kali malam itu, Davina bergegas keluar dari musholla sambil membawa mukenna. Ia memutuskan untuk segera beristirahat karena besok pagi ada jadwal ujian tahap pertama di KM. Dan setelah itu langsung mengikuti kuliah umum hari terakhir di pusat. Namun, begitu kakinya menapaki teras wisma, dilihatnya seseorang sedang duduk di teras aula. Dan perasaannya berdesir mana kala tahu kalau itu adalah Madina Shafa.
Gadis ayu itu sejak semalam memang tak mengatakan apa-apa. Sepulang dari Al-Hasyimi pusat ia langsung sholat isya dan memilih tidur di wisma. Dan Davina yakin kalau ia tak akan serta merta dapat meraih tidurnya. Mungkin Madina justru terjaga di kala sunyi dengan sejuta pikiran yang berkecamuk dan tak menemukan muara.
Dan ketika pagi, Madina juga hanya memilih tetap diam saja. Bahkan gadis itu cenderung menghindari tiap kali Davina atau pun Nabila menyinggung-nyinggung soal pertunangannya. Madina memilih mengalihkan pembicaraan dengan raut wajah yang tak tampak bahagia, tapi juga tak terlihat sedang berduka.
Sikap diam sahabatnya itu, justru sangat menggelisahkan jiwa Davina. Ia tau pasti kalau Madina terluka, tapi enggan untuk bicara. Padahal Davina bersedia melakukan apa pun untuk sahabatnya itu, demi untuk bisa melihat binar cerah di wajahnya yang ayu kembali seperti semula. Tapi, Madina memang telah menutup pintu untuk bercerita. Atau mungkin gadis ayu itu lebih suka mengadukan perasaannya hanya pada tuhan, dalam diam, karena tak menemukan bahasa ungkapan yang cukup tepat untuk menggambarkan.
Yang pasti kini, air matanya terlihat berlinang.
Davina perlahan duduk di depannya.
"Din." Ia menegur lembut.
Madina Shafa terlihat kaget, dan segera menghapus air matanya. Kemudian ia berusaha untuk tersenyum menatap Davina. "Kau sudah sholat isya?" tanyanya segera. Selalu seperti itu, ia mendahului bertanya ketika Davina sedang memergoki kesedihannya. Sepertinya ia tak ingin Davina akan bertanya perihal air matanya.
"Sudah," sahut Davina seraya memerhatikan raut wajah ayu sahabatnya.
"Bicaralah, Din. Walau hanya dengan sepatah kata," ujar Davina dengan suara lirih.
"Aku gak papa, Davina."
"Aku tau, Madina ..." Namun belum juga Davina selesai dengan ucapannya, Madina sudah memangkas ucapan tersebut dengan kata-katanya.
"Besok kita ujian hari pertama ya ... aku malah gak sempat buka buku sama sekali."
Davina hanya mengangguk dengan perasaan yang tak nyaman. Terdengar panggilan masuk di ponsel Madina. Satu kali panggilan yang diabaikan. Hingga panggilan kedua dan ketiga, Madina tetap memilih untuk mengabaikan saja. Davina terdongak menatap sahabatnya itu.
"Dari Ra Fattan?" tanyanya.
Madina mengangguk.
"Kenapa tidak kau jawab?"
"Sudahlah, tidak apa-apa," sahut Madina.
Dan kemudian terdengar notifikasi pesan masuk. Lama Madina memerhatikan ponselnya tersebut. Pikirannya sedang bingung, apakah akan melihat pesan tersebut atau mengabaikan saja, seperti beberapa telepon barusan. Namun, kemudian ia pun memutuskan untuk membacanya.
Jika karena kesibukan kau tak bisa menjawabku, maka maafkanlah aku yang telah mengganggu waktumu.
Jika karena ketidaktahuan kau mengabaikan panggilanku, percayalah bahwa aku akan selalu memahamimu.
Dan jika karena kesengajaan kau enggan menjawab teleponku, ketahuilah! Aku tak sanggup menerima semua itu, wahai biji mataku ...
Madina Shafa terperangah. Sangat besar keinginannya untuk membaca pesan teks itu untuk kedua kalinya. Namun, pandangannya keburu mengabur karena ada air yang mengambang pada sepasang matanya. Dan lalu titik beningnya itu pun jatuh. Bahkan kemudian ia terisak, dadanya terasa sebak.
Sebenarnya inilah yang ditakutkan oleh Madina, kenapa ia memilih untuk mengabaikan saja. Tidak menjawab telepon ataupun membaca pesannya. Karena dia tak akan mampu, dia tak akan bisa untuk bertetes air mata, seiring rasa hatinya yang terasa begitu lara.
Tak disangka jika ujian akhir di KM itu menjadi ujian yang paling berat bagi mereka. Bukan hanya sebatas pada ujian materi pembelajaran, pengetahuan dan kreatifitas. Namun, terlebih lagi adalah ujian hati, yang tak hanya menguras keringat dan tenaga, tapi juga air mata.
Air mata yang sesekali terlihat di wajah Kanza Davina. Dan air mata yang juga terlihat beberapa kali menghiasi wajah ayu Madina Shafa. Begitu pula dengan Zaskia Arifa.
Nabila Alia, yang menjadi saksi kisah yang menggugah rasa dari ketiga sahabatnya di KM (kulliyatul muallimin) itu, hanya bisa beberapa kali menarik napasnya. Satu hal yang sangat ia sadari, bahwa tidaklah sebuah kejadian itu terjadi, melainkan karena sudah digariskan demikian oleh Ilahi Rabby.
Namun, kendati demikian pelik lakon hidup yang harus mereka perankan, mereka tetap tampil biasa saja. Bahkan juga tetap bersama dalam menjalani setiap aktifitas dan rutinitas tiap harinya. Tetap saling berkomunikasi akrab. Namun, tak bisa dipungkiri adanya mendung yang berkelebat dalam setiap tatap. Bahkan di beberapa kesempatan saat mereka tengah sendirian, arakan mendung itu terlihat kian pekat, lalu menjelma menjadi badai. Terlihat dari seberapa banyak tangisan yang tercurah, karena guncangan perasaan.
Akan tetapi sungguh hebat cara mereka mengatasi semuanya. Mereka mampu menetralisir perasaan itu, tidak dengan cara curhat, mengadu atau apa pun yang melibatkan pihak lain. Tapi, lebih pada kegiatan kian mendekatkan diri pada sang Kholik, dengan cara mengaji atau pun mengkaji. Dari hal itu jelas terlihat, bahwa mereka saling menghargai. Apa pun yang terjadi, tak ingin mereka jadikan bahan konsumsi, yang banyak orang lain bisa mencicipi. Karena ini menyangkut diri, sahabat terkasih, serta orang yang dicintai.
Assalamualaikum...
Kita ketemu di sini ya, di cerita terbaru yang kisahnya sangat jauh berbeda dari kisah Tuan Muda Emerald William ataupun papahnya.
Ohya, yang sudah pernah membaca kisah tentang Rafardan dan Quinsha dalam judul, TERNYATA SAHABATKU, MERTUAKU, pasti ingat kan ketika Rafrdhan yang adalah artis terkenal itu bermain web series. Judul web seriesnya, BERTARUH CINTA DI ATAS TAKDIR. inilah kisahnya. Kisah yang diperankan oleh Rafardhan itu. Kalian cukup baca kisah ini saja ya, untuk tahu gimana alur ceritanya. Jadi gak usah repot-repot menonton web series yang dimainkan Rafardhan tersebut. (Karena sampai sekarang juga belum jelas web series itu tayang di mana ha..ha..ha..)
Dan lagi, Rafardhan juga sudah pensiun jadi artis, ia sekarang sudah beralih profesi sebagai dokter speasialis bedah, dan menggunakan nama aslinya, RAFASYA ADITYA ZAIDAN. Bagi yang belum baca kisahnya, boleh jalan-jalan dulu ke kisah yang berjudul TERNYATA SAHABATKU, MERTUAKU.
Dan tentang kisah BERTARUH CINTA DI ATAS TAKDIR INI, saya gak perlu banyak menjelaskan, kalian simak aja kisahnya, dalam setiap bab, dibaca pelan-pelan. jangan lupa berikan like dan komen ya, lengkapi juga dengan gift serta vote dalam setiap minggunya. Serta yang tak kalah penting lagi, kasih bintang lima ya..Saya berharap banget..
Terakhir, selamat membaca, Semoga ceritanya berkenan di hati teman-teman semuanya.
Salam penuh cinta.
NAJWA AINI.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Ahmad Kafika
wah ..udah ketinggalan lama nih aku...
aku mampir ya thor...🥰
2024-02-12
0
𝐬𝐚𝐟𝐫𝐢𝐚𝐭𝐢
Dri Judul udh keliatan nah cerita dalem banget..
2023-01-02
0
andriya
👏👏👏🥳🥳🥳
serasa kembali ke novel engkaulah takdirku
2022-12-13
0