Aku baru saja menyelesaikan empat lagu untuk beberapa jam kedepan - memuaskan keinginan Adele agar suasana di LearoQ menjadi meriah. Memang harus ku akui. Malam itu ruang bar yang cukup lapang itu penuh dengan tamu-tamu. Sebagian besar adalah awak kapal-kapal asing yang kebetulan baru saja berlabuh di Pelabuhan Kota Scorpio. Sementara sisanya sebagian besar adalah pemabuk-pemabuk Kota Scropio, yang terbiasa membunuh sepi dengan minuman beralkohol.
Sesekali aku menepis tangan-tangan nakal kaum pria kesepian itu, ketika mereka mencoba mencolek pinggang ku. Bahkan dengan berani aku mendorong seorang pemabuk yang mencoba menyusupkan tangannya ke sela-sela pahaku.
"Jaga tanganmu pemabuk. Aku bukan pelacur !" maki ku. Petugas pengaman di LearoQ lantas mendekati pemabuk itu dan membawanya keluar ruangan. Aku puas dengan Tenaga pengamanan di bar itu, meski kecil tapi mengamankan pekerja tetap atau lepas seperti diriku
Meskipun aku sibuk dengan bernyanyi, namun seperti biasa aku selalu memperhatikan siapa-siapa saja pengunjung di LearoQ tiap malam, ketika aku mengisi acara.
Aku melihat banyak anak muda laki-laki yang terlihat gembira, larut dalam pesta sesama mereka sambil berulang kali menuang minuman anggur. Tapi hatiku tidak tergerak dan tertarik dengan kelompok muda seperti itu.
Mereka itu meski tampan dan terlihat menarik dalam kemudaannya, rata-rata hanya petugas biasa di kapal-kapal dagang yang jelas-jelas hanya akan mencari cinta semalam, lalu pergi berlayar membelah laut, dan melupakan cinta satu malam.
Aku tidak tertarik dengan tipe anak muda seperti itu. Mereka akan lengket seperti lem, lalu merayu dan membawa perempuan lugu ke tempat tidur. Dan ketika kamu telah berbadan dua, dengan cepat seperti angin, anak muda seperti itu akan menghilang ke rumah orang tua mereka, meninggalkan kamu menjadi seorang ibu dalam usia muda. Lalu kamu tidak akan memiliki pilihan lain, selain memilih bisnis pelacuran sebagai pilihan terbaik untuk kamu menghabiskan sisa waktumu dengan anak tanpa ayah itu.
***
Sejak dari tadi aku memperhatikan ada yang mencolok di dalam bar berbau alkohol dan asap tembakau.
Pria usia empat puluh tahun itu selalu mencuri-curi pandang, lalu menatapku lekat-lekat. Ia bahkan tidak memalingkan wajah barang sedetik selama aku bernyanyi. Jujur harus aku katakan. Aku bukan tipe pemilih yang hanya mau berkencan dengan laki-laki muda saja. Aku bahkan bersedia berkencan dengan laki-laki paruh baya, sepanjang dia bukanlah suami orang, yang barangkali akan membawaku pergi dari kota kecil ini sebagai calon isteri atau mungkin isteri.
Namun tatapan pria itu, Shakir El-Bacchus namanya, membuatku merasa bergidik. Sorot matanya seolah dapat menelanjangi diriku, dan melihat dalam-dalam, jauh sampai ke lubuk hatiku.
Tuan Shakir El-Bacchus ini adalah seorang perwira militer berpangkat Kapten dari Negeri Dorado kami. Shakir El-Bacchus sendiri bertugas di Kota Scorpio dari ibukota, dengan misi untuk memberantas mahluk gaib seperti Vampire, Avianse dan lain-lain ras sihir - itulah kenyataan seperti yang aku dengar dari banyak kabar burung.
Lama setelah aku merasa tidak nyaman dengan tatapan Tuan Shakir, aku melihat pria perwira Kota Virgo, yang tadinya mengadakan pesta perpisahan atas bebas tugasnya dia untuk mengawasi mahluk sihir di Kota Scorpio kami, dan akan kembali ke ibukota Negri Dorado kami Kota Dorado city.
Aku mencatat dalam hati, Tuan Shakir El-Bacchus saat itu datang bersama lima kawannya yang juga sesama anggota militer.
Tak lama setelah aku selesai dengan tugasku sebagai penyanyi, Tuan Uwais Jardin memberikan sekitar sepuluh keping koin tembaga sebagai kompensasi atas kerjaku. Bagiku, Ini adalah jumlah yang cukup besar buat gadis miskin seperti aku.
"Mungkin besok aku akan pergi ke pasar pusat perdagangan Kota Scorpio dan melihat-lihat belati" batinku.
Memang telah sejak lama aku memendam keinginan untuk berlatih dan memahami teknik bertarung. Bagiku, dengan menguasai teknik bertarung, aku bermimpi akan menjadi seorang Knight atau yang biasa disebut Ksatria.
"Itu adalah impianku, ketimbang terpuruk menjadi pelacur apalagi peminta-minta" tegasku dalam hati
Aku melihat petunjuk waktu di menara kota. Saat ini waktu telah hampir tengah malam (jam 11 lewat).
Malam di Kota Scorpio, saat ini betul-betul amat kelam, hitam segelap tinta cair hitam. Bulan tak nampak, bahkan bintang-bintang sekalipun seperti enggan muncul menampakkan batang hidung nya.
Aku berjalan sendirian dengan selop tinggi milik Adele, dan meninggalkan bunyi 'tok tok tok' yang bergema di jalanan sepi ketika hak selop di kakiku membentur jalan kota yang terbuat dari batu-batu gunung.
Aku berusaha mengabaikan pandanganku ketika merasa ada dua bayangan kabur yang berkelebat seperti hantu, melintas di atas bubungan rumah di sepanjang jalan kota.
"Mungkin aku terlalu ngantuk" bisikku menghibur diri sendiri, mengusir rasa takut.
Masih dengan penuh percaya diri aku melangkah anggun dibuat-buat, dengan bunyi selop seperti irama tambur perang. Sayup-sayup aku mendengar dari ujung lorong buntu, suara benturan senjata tajam serta bentakan-bentakan keras.
Insting ku seketika terbangun dan kata hatiku mengatakan kalau aku harus lari menghindar. Namun entah kenapa, bukannya lari menjauh dari suara bentrokan senjata tajam itu, aku malahan mengendap-endap ke arah lorong buntu itu. Jantungku berdegup kencang, terasa seperti bertalu-talu dan meningkatkan adrenalin di dalam diri ku.
Samar-samar aku melihat satu laki-laki yang menggunakan pedang, berusaha melawan dua orang berpakaian jubah panjang serba hitam, yang wajah mereka tersamarkan dengan kerudung. Meski aku merasa takut, namun aku seperti enggan untuk pergi.
"Aw !" tanpa sadar aku menjerit kecil ketika melihat pria berpedang itu terkena sambaran belati di tangan salah satu sosok bertudung itu.
Gedebuk !
Pria berpedang itu terjatuh sambil memegang dadanya yang berdarah terkena irisan belati sosok bertudung. Jantungku terasa berhenti berdetak ketika sosok bertudung yang memegang belati itu memalingkan wajah dan menatapku.
Tubuhku seperti terkena aliran listrik tegangan tinggi, ketika tatapan dingin itu menatap mataku. Tatapan dari balik tudung berwarna gelap itu mempertontonkan wajah yang demikian pucat, dengan mata yang indah berwarna hijau.
Entah mengapa meskipun saat itu segalanya tampak sangat gelap, namun aku seolah dapat melihat wajah di balik tudung hitam itu. Wajah pucat itu demikian tampan, sampai-sampai aku menduga kalau ia adalah dracula.
Dracula adalah kisah mitos diantara orang-orang Dorado, yang mengisahkan seorang pria bangsawan yang kaya, namun menjadi monster peminum darah. Konon wajah tuan drakula itu sepucat kertas, yang menurutku mirip dengan penampakan sosok di balik tudung tadi.
"Lari !"jeritku keras-keras sambil melepaskan selop Adele yang kini terasa menjadi beban.
"Dracula... aku yakin itu adalah dracula" pekikku ketakutan.
Aku hampir berteriak keras-keras ketika Adele bersama dua gadis pelacur di LearoQ muncul dari arah berlawanan, dengan membawa obor di tangan. Catherine ada diantara mereka bertiga.
"Apa yang terjadi?" tanya Adele cemas ketika melihatku panik.
Aku tak dapat berkata-kata, dan hanya menunjuk ke arah lorong gelap itu dengan suara gugup tidak jelas. Lalu kami pun beramai-ramai mengendap-endap dengan obor di tangan, pergi melihat apa yang telah terjadi di dalam lorong yang membuat ku ketakutan.
Tidak terdapat apapun di dalam lorong itu, bahkan sisa-sisa darah dari sosok berpedang tadi juga ikut-ikutan menghilang. Catherine mencemoohku dengan mengatakan kalau aku mabuk.
"Aku curiga kalau kau terlalu banyak menyesap anggur selama pertunjukkan di LearoQ tadi" suara Catherine terdengar licik.
"Aku bersumpah kalau tadi aku melihat terjadi pertarungan antara tiga orang disini" kata ku membela diri. Tentu saja aku tak ingin di cap sebagai gadis pencari sensasi.
"Darling Lea, akan tetapi kami melihat bahwa tidak terjadi apa-apa di tempat ini. Saranku mari kita segera pulang kerumah masing-masing dan hentikan menyebar gosip kalau kau telah melihat penampakan dracula di lorong ini" Catherine langsung berjalan meninggalkanku dan Adele, yang tiba0tiba dilanda ketakutan dan ikut berlari mengejar mereka berdua.
"Aku benci dengan perempuan itu. Dia selalu memojokkan ku dengan berbagai hal yang tidak jelas" kata ku bersungut-sungut.
"Tak usah dipikirkan. Dia hanya iri dengan kemudaanmu dan kecantikanmu" kata Adele membujuk ku.
Aku mengiyakan kata-kata Adele, lalu kami memasuki rumah kami setelah tidak lama berpisah dari Catherine dan kawannya.
Malam itu aku tak dapat memejamkan mataku. Aku seperti mendengar suara seseorang berbisik meminta tolong dari arah luar kamarku.
Bersambung.
Jika kamu suka cerita ini, dukung author dengan memberi like dan subscribe novel ini untuk pemberitahuan update nya. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Hafizhusna01
lea si magus
2023-02-20
2
༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐
Mungkinkah dracula itu kekasih khayalanmu?
Pangeran kaya yang akan membebaskanmu dari kemiskinan 😅
It's oke, Lea!
Selama dia pangeran aku akan mendukungmu 🤣🤣🤣
2023-02-16
1
Lafiza
Wah, beli belati. itu keren. Daripada beli perhiasan ngga guna. Belati di jaman seperti itu bisa buat jaga diri...
Semangat... semangat...!
2023-01-27
2