"Apa maumu?" tanya Nuara dengan penuh penekanan. Tangan kanannya sudah memegang erat pisau yang dia pakai untuk memotong sayuran. Seperti siap menancapkan benda tajam itu kapan saja di tubuh pria iblis yang tengah memeluknya dari belakangnya.
Mahend tertawa. "Jangan berpikir yang aneh-aneh, Sayang, karena pisau itu masih belum cukup untuk mengambil nyawaku. Sebaiknya kamu urungkan niatmu untuk membunuhku dengan pisau kecilmu itu."
Mendengar ucapan Mahend, Naura pun memutuskan untuk melanjutkan kembali kegiatan memotong sayurnya, percuma dia mempedulikan kehadiran pria itu. Angga saja tidak ada, meski pun Mahend terus menempel di punggungnya seperti seekor tokek raksasa.
Naura memotong sayur dengan gerakan lincah. Wanita ini memang pandai memasak karena dulu saat dia masih kuliah, dia memang mengambil jurusan Tata Boga. Cita-citanya dulu ingin menjadi chef terkenal serta memiliki restoran yang dia dirikan sendiri. Tapi sayang, impiannya itu harus sirna karena dia harus menikah muda karena dijodohkan dengan Yuda, seorang pengusaha muda yang cukup sukses di bidangnya.
Tak tak tak! Naura memotong buah timun dengan gerakan cepat, membuat Mahend yang masih setia memeluknya dari belakang terus mendesis tidak jelas. Mungkin saja pria itu membayangkan bahwa Naura tengah memotong buah timunnya yang dia sembunyikan di balik celana.
"Auh, ah, pelan-pelan, Sayang. Aku jadi takut."
Naura tidak menggubris ucapan Mahend yang terus-terusan saja menggodanya dari tadi. Wanita itu lebih memilih fokus untuk menyelesaikan pekerjaannya agar Mahend bisa segera pergi dari rumahnya.
.
.
1 Jam lebih kemudian
Beberapa jenis makanan sudah tersaji di atas meja makan, dan sekarang Mahend tengah menyantap makanan itu dengan lahap.
"Kenapa kamu tidak ikut makan, Sayang? Bagaimana bisa kamu kenyang kalau kamu hanya melihatku seperti itu?" Mahend menatap Naura yang kini sedang duduk di seberang mejanya dengan wajah dingin. Sedikit pun tidak ada ekspresi senang yang tersirat di wajah wanita itu.
"Aku tidak lapar," jawabnya datar.
Melihat piring kosong yang ada di hadapan Naura, Mahend pun mengambilnya dan mengisinya dengan nasi dan lauk.
"Aku bilang aku tidak lapar!" ketus Naura.
"Makanlah, jangan membantah. Aku tahu kamu belum makan malam. Apa kamu lupa? Aku ada di sini sejak tadi sore."
"Tidak usah pedulikan aku. Cepat habiskan makananmu dan pergi dari sini!" Naura kembali berkata dengan ketus kemudian membuang pandangannya ke arah lain.
"Naura, apa kamu begitu membenciku?" tanya Mahend. Entah mengapa pria itu sudah tidak berselera untuk kembali melanjutkan makannya.
"Apa hal itu masih perlu kamu tanyakan lagi? Bukankah ini sudah jelas?" kata Naura sembari menunjuk wajahnya yang menatap benci pada pria itu.
Melihat ekspresi wajah Naura, Mahend tiba-tiba saja berdiri dari duduknya, kemudian menyambar jas dan kunci mobilnya. Selera makannya benar-benar sudah hilang, bahkan isi piringnya belum dia habiskan setengahnya.
"Aku pergi dulu. Jangan lupa makan malam, jangan sampai kamu jatuh sakit, karena percuma kamu sakit, orang yang kamu harapkan datang menjaga dan merawatmu tidak akan pernah datang. Jadi jangan sia-siakan waktumu hanya untuk memikirkan pria yang bahkan tidak pantas untuk kamu pikirkan," kata Mahendra sebelum akhirnya pria itu pergi meninggalkan Naura sendirian di sana.
"Cih, pergilah! Jangan sok sok menceramahiku! Dan satu lagi, jangan pernah kembali lagi ke rumahku!" teriak Naura, tapi wanita itu hanya berani berteriak setelah Mahend melajukan mobilnya di luar sana.
Naura mengusap wajahnya dengan kasar. Jika besok pria itu datang lagi, apa yang harus dia lakukan. Dia tidak bisa menjamin bahwa Mahend hanya akan datang ke rumahnya untuk makan saja lalu pergi. Bisa saja pria itu kembali melakukan hal-hal yang tidak sepantasnya, mengingat tadi Mahend masih sering melakukan banyak cara untuk menggodanya. Misalnya mencium pipi dan tengkuknya dari belakang, menggigit pelan kupingnya, kemudian tangan nakal pria itu yang juga suka berkeliaran kemana-mana.
B e r s a m b u n g...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Santi
bagus naura,,lawan
2022-12-30
2
Ummi_ Qiadina
kak ita aq ketir2 bacax...
2022-12-10
2
mom's Arthan
sabar Naura... wlwpun apa yg dilakukan Mahendra memang bikin tdk nyaman...
2022-12-07
2