Setelah Sholat Isya, Aziya hendak pergi dari sana namun langkahnya di hentikan oleh Adam yang langsung menatap tajam pada Zia.
"Mau kemana" tanya Adam.
"Ya ampun Gus aku akan pergi bersama dengan yang lain" ucap Zia.
"Kau akan di sini bersamaku, aku akan mengajarimu" ucap Adam.
"Hanya berdua" tanya Zia sambil melihat ke segala arah dan tak ada siapa siapa di mesjid besar itu.
"Tentu saja memangnya kenapa, aku akan mengajari mu" ucap Adam.
Zia langsung mendekat pada Adam duduk berhadapan dengan Adam dengan jarak yang masih sangat dekat.
"Bisakah kau mundur sedikit Zia" ucap Adam.
"Kenapa kau takut padaku" tanya Zia sambil menaik turunkan alisnya.
"Takut? Tidak takut hanya saja aku punya Wudhu dan kita bukan Muhrim" ucap Adam.
"Jujur saja Gus, kau takut kan padaku" ucap Zia menggoda Adam.
"Pakai kerudung mu dengan benar Zia" titah Adam.
"Aku tak punya peniti Gus jadi aku hanya memakainya seperti ini, lagian aku tak biasa memakai kerudung" ucap Zia membenarkan kerudung segi empatnya yang berada di atas kepalanya.
"Rambut mu keluar, mulai besok aku tak mau melihat mu memakai kerudung seperti ini lagi" ucap Adam.
"Kau terlalu banyak mengatur Gus, lagi pula kita bukan siapa siapa" ucap Zia.
"Waktu ku sangat berharga Zia, ambil Iqro dan bawa kesini" ucap Adam menunjuk tumpukan Iqro yang berada di meja pojok Mesjid itu.
"Bisakah kita langsung ke Al-Quran saja aku bisa baca Iqro" ucap Zia protes.
"Jangan membantah" ucap Adam ketus.
"A Ba A Ba" ucap Zia membaca Iqro 1 halaman pertama.
"Apa kau baca Bismilah dulu" tanya Adam heran karena sejak tadi Adam tak mendengar Zia mengucapkan Bismilah.
Zia memutar bola matanya malas.
"A'udzu billahi minas-syaitanir-rajim Bismillah hirohman Nirohim, A Ba A Ba" ucap Zia sambil menunjuk Iqro 1 halaman pertama.
"Baca Iqro 2 halaman 1" titah Adam.
Zia langsung membuka Iqro dua halaman satu.
"Ba Ta Ba ta, Ba Da Ba Da" ucap Zia yang hanya membaca satu baris saja.
"Kau bisa tapi kenapa jarang baca" tanya Adam menatap Zia dengan tatapan menyelidik.
"Gus aku tak ada waktu" ucap Zia.
"Lalu kau gunakan untuk apa waktu mu itu" tanya Adam.
"Aku sibuk kerja, main dan belanja" ucap Zia membuka aib nya sendiri.
Adam tersenyum karena melihat Zia yang polos dan jujur itu, hanya kejujuran yang Adam suka dari setiap orang.
"Oh ya aku harap setelah ini kau bisa membaca lagi ya" ucap Adam.
"Siap bos" ucap Zia memberikan hormat pada Adam dengan menempelkan tangannya pada keningnya.
Adam tersenyum melihat kekony*lan Zia.
Tapi di sisi lain ada yang menatap mereka dengan tatapan tak suka, bahkan tangannya terkepal kuat menatap mereka yang sekarang sedang tersenyum bersama.
"Awas kau, tak akan aku biarkan Gus Adam dekat lagi denganmu" ucapnya marah namun dengan air mata yang menetes.
"Ning Husna" panggil seseorang pada wanita yang sedang marah itu.
Dengan cepat Husna mengusap air matanya yang sempat jatuh membasahi pipinya.
"Ya ada apa" tanya Husna tersenyum manis pada wanita yang baru saja memanggilnya.
"Ning kata Ustadz Hasan Ning di panggil untuk pulang" ucap wanita itu.
"Abi meminta aku pulang" tanya Husna.
"Ya Ning, saya permisi".
" terima kasih".
Sedangkan Adam sekarang harus pergi karena sudah lama dia bersama dengan Zia, padahal harusnya malam ini Adam lah yang mengajar anak Santriwan.
"Ning Husna sedang apa di sini" tanya Adam pada Husna yang sekarang sedang berdiri di halaman Mesjid yang cukup gelap.
"Gus, aku akan mengambil Al-Quran di dalam" jawab Husna.
"Ya aku akan mengajar sekarang" ucap Adam yang langsung pergi dari sana.
Husna menatap pada Zia yang sekarang sedang menaruh Iqro pada tempatnya tadi.
"Hy Zia" sapa Husna pada Aziya yang masih berada di dalam mesjid.
"Hy" jawab Zia.
"Nama aku Husna panggil aku Ning Husna, dan aku adalah calon istri Gus Adam aku harap kau menjauh dari Gus Adam" ucap Husna menatap pada Zia.
"Hmm aku tak tertarik pada Gus Adam" ucap Zia yang langsung pergi dari sana.
"Eughh gadis itu sangat sombong" gerutu Husna.
Pagi harinya, di rumah kedua orang tua Zia.
Nita dan Topan yang tak lain adalah orang tua Zia sedang menerima tamu sekarang, tamu itu yang tak lain adalah Sarah dan Hilman orang tua Alena yang membuat Zia berani mabuk mabukan.
"Nita, sungguh aku sangat menyesal karena Alena" ucap Sarah memohon maaf pada Nita temannya itu.
"Tak apa Sarah, lagi pula aku sudah masukan Zia ke pesantren" ucap Nita.
"Oh ya lalu bagaimana dengan Zia" tanya Alena.
"Dia baik baik saja" ucap Nita.
"Aku merasa gagal jadi seorang ibu karena kau Alen, Momy harap kau tak akan mengajak orang lain ikut pada jalan nakal mu" ucap Sarah menatap nyalang putrinya itu.
"Sudah Sarah jangan salahkan Alena dia tak salah, lagi pula Zia juga sakit hati karena laki laki brengs*k itu" ucap Topan.
"Ya mom Topan benar kau jangan salahkan Alena terus" ucap Hilman membela putrinya itu.
"Ini semua karena kau Dad, kau terlalu membela Alena lihat anak itu jadi semakin tak terkendali" ucap Sarah.
"Lalu bagaimana lagi" tanya Hilman.
"Alen segera minta maaf pada Bibi Nita" titah Sarah.
Alena langsung mendekat pada Nita karena takut dengan momynya yang sekarang sedang marah marah itu.
"Bibi aku minta maaf" ucap Alena pada Nita.
"Bilang kalau kau menyesal" ucap Sarah.
"Bibi aku sangat menyesal mengajak Zia ke Diskotik itu, sungguh aku mohon ampun Bi" ucap Alena yang sekarang duduk di lantai dekat kaki Nita.
"Len kau anak ku juga kan kenapa kau minta maaf" ucap Nita.
"Ya Bi bahkan aku dan Zia pun sangat bersenang senang saat itu" ucap Alena.
"Alena" ucap Sarah degan menaikan satu oktaf suaranya.
Zia sedang duduk di bangku taman pesantren itu, matanya masih sangat mengantuk tapi pukul 4 pagi tadi Zia sudah di bangunkan dan melaksanakan Sholat Shubuh.
Matanya sangat lengket untuk di buka, bahkan Zia pun hampir saja tertidur di taman.
"Zia" sahut seseorang yang tak jauh dari tempat Zia duduk.
Zia menatap pada suara yang baru saja memanggilnya.
"Apa" tanya Zia dengan tatapan malas.
"Kau lihat wanita itu" ucap Adam yang ada di sana bersama Zia.
"Siapa" tanya Zia.
"Namanya Rimah, panggil saja dia Imah lebih baik kau bantu saja dia bersih bersih" ucap Adam.
"Gak ah, lihat wajahnya dia seperti Antagonis" ucap Zia.
"Imah itu punya Trauma tapi dia sudah sembuh asal jangan di buat marah saja dia baik kok" ucap Adam.
"Apa dia Gil*" tanya Zia.
"Ya bisa di bilang begitu, tapi sudah sembuh dan jika kamu bersamanya kalau dia bilang sesuatu kau jangan melawannya karena kalau Imah marah satu pesantren bisa geger" ucap Adam.
"Oh ya" tanya Zia masih tak percaya.
"Ya sudah aku akan mengajar para santri, kau beres beres lah bantu Imah dari pada kau duduk saja tak melakukan apa apa" ucap Adam yang langsung pergi dari sana.
"Apa ini pesantren atau rsj kenapa setiap manusia ada di sini" ucap Zia.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Siti Brtampubolon
gemes deh baca ceritanya
2023-12-23
0