Sore harinya para Santriwan dan Santriwati pulang ke kamarnya untuk istirahat karena maghrib nya mereka akan melakukan Sholat Maghrib dengan berjamaah.
Ceklek.
Zia menatap pada pintu yang terbuka terlihat dua Santriwati masuk kedalam kamar itu.
"Assalamualaikum" sapa Rena pada Zia.
Sedangkan Zia yang Awam itu dia tak mengerti dengan apa yang di ucapkan Rena.
"Siapa dia Gita" tanya Rena pada temannya yang ikut bersamanya.
"Aku gak tau" jawab Gita sambil menggelengkan kepalanya.
Zia pun tak menjawab kedua santriwati itu dia hanya melamun saja dan meratapi nasibnya karena harus mendekam di pesantren yang Zia sendiri tak tau harus melakukan apa.
"Kita tanya pada Gus Adam" bisik Gita.
"Hayu" ucap Rena yang langsung pergi menemui Gus Adam di madrosah yang tak jauh dari sana.
"Gus" panggil Rena pada sang Kakak.
"Ya Ning, ada apa" tanya Adam menatap pada adik dan temannya itu.
"Gus di kamar kita ada wanita, dia hanya melamun saja apa dia orang gila" ucap Rena.
"Oh itu Santriwati baru namanya Aziya dia dari kota, tolong ajari dia dan ajak dia berteman" ucap Adam.
"Tapi Gus dia sangat memperihatinkan" ucap Gita temannya Rena.
"Ayo Aku akan lihat kondisi dia" ucap Adam yang langsung pergi dari sana menuju kamar Rena adiknya.
"Ning, kata Umi malam ini menginaplah di rumah karena aku akan ikut Abah ke yayasan yang ada di kota" ucap Adam.
"Tapi Gus bagaimana dengan Gita" tanya Rena.
Adam mengernyitkan dahinya.
"Memangnya Gita kenapa? Apa dia sakit?" tanya Adam menatap teman Adiknya itu.
"Tidak, tapi Gus aku tak yakin Gita akan mau sekamar bersama dengan wanita itu" ucap Rena.
"Ya Gus, kita tak saling mengenal" ucap Gita.
Adam hanya mangut mangut saja.
"Baiklah Umi biar Aku yang temani, biarkan Abah ke kota bersama dengan Fauzi" ucap Adam.
Ceklek..
Adam menatap Zia yang melamun dan bersandar pada besi ranjang.
"Aziya bersiaplah sebentar lagi kita akan Sholat Maghrib" ucap Adam.
"Agus bisakah kau diam, aku sedang sedih sekarang" ucap Zia sambil menyelipkan rambutnya yang terurai pada telinganya.
"Agus" gumam Rena.
"Siapa yang kau panggil Agus" tanya Rena pada Zia.
"Tentu saja laki laki ini" ucap Zia menunjuk Adam.
"Panggil dia Gus bukan Agus" ucap Rena keberatan.
"Sudah Ning, jangan di bahas ajak Zia berkomunikasi jangan sampai dia merasa kesepian, aku akan pergi" ucap Adam yang langsung pergi dari sana.
"Kak, siapa nama mu" tanya Rena pada Zia dan langsung duduk di samping Zia.
"Aziya Yunita Wijaya" ucap Zia malas.
"Kenalkan saya Rena dan ini Gita" ucap Rena menunjuk pada temannya itu.
"Assalamualaikum Kak" ucap Gita.
"Hemm" ucap Zia.
"Kak kalau ada masalah cerita saja kita teman kan, insya alloh kita bisa membantu" ucap Rena.
"Kalian tak akan paham" ucap Zia.
"Allahu akbar, Allahu akbar..
Allahu akbar, Allahu akbar.."
Suara Adzan berkumandang di Mesjid pesantren itu.
"Alhamdulilah" ucap Rena dan Gita bersamaan.
"Ayo kita Sholat" ucap Rena.
Gita dan Rena menatap pada Zia yang masih saja diam.
"Kak ayo kita Sholat" ucap Rena.
"Ya ayo" ucap Zia malas.
"Kak mukena Kakak mana" tanya Gita.
"Mukena apa aku tak punya" ucap Zia yang lupa kalau siang tadi Nita menyuruhnya membawa Mukena tapi Zia malah memasukannya kedalam lemari.
"Lalu dengan apa Kakak akan Sholat" tanya Gita.
"Tak apa kita pinjam punya Umi" ucap Rena.
Mereka bertiga berjalan ke rumah Umi dan Abah, para santriwan dan Santriwati berhamburan keluar karena akan ke Mesjid untuk menunaikan Sholat tiga waktu itu.
"Umi, Kak Zia te gaduh Mukena, bisa minjem ka Umi" ucap Rena. (Umi, Kak Zia gak punya Mukena, apa bisa pinjam ke Umi).
"Oh bisa, hayu masuk" ucap Umi.
Umi membawakan Mukena untuk Zia, dan langsung memberikannya pada Zia.
"Hayu kita ke Mesjid" ucap Umi.
Mereka berempat terlebih dahulu mampir ke tempat Wudhu, Zia hanya menatap ketiga wanita berbeda generasi itu melakukan Wudhu.
"Kapan terakhir kali aku Wudhu" batin Zia mengingat ingat karena waktu kecil Zia adalah anak dari keluarga yang cukup taat pada Agama.
"Kak ayo Wudhu takut terlambat" ucap Gita.
"Ya" ucap Zia yang hanya menirukan apa yang mereka lakukan pasal Doanya Aziya Lupa.
Semua santriwan dan santriwati melakukan ibadah Sholat Maghrib berjamaah, Zia membaca semua bacaan pada Sholat sedikit sedikit Zia tau walau pun sudah lama tak melakukan Sholat tapi Zia masih ingat betul bacaan Sholat yang pernah dia pelajari dan praktekan saat usia Zia delapan tahun.
"Assalamualaikum...." ucap Zia menatap pada kanan dan kiri.
Imam membimbing Doa setelah melakukan Wirid, Zia menengadahkan tangannya tepat sejajar dengan dada.
Hati Zia rasanya tenang setelah melakukan Sholat.
Adam maju ke Mimbar karena malam ini adalah jadwalnya berceramah.
"Assalamualaikum Wr Wb,
Hamdan Washukron Lilah ama bakdu..
Alhamdulilah kita masih di kasih umur untuk melakukan ibadah Sholat berjamaah, Selamat datang pada Aziya putri dari Ibu Nita dan pak Topan yang baru saja datang kesini dan ingin menuntut ilmu dengan kita, aku harap kalian semua bisa akur dan bisa mengajak Zia berteman.
Baiklah malam ini kita akan membahas masalah pentingnya menghargai waktu..." ucap Adam di depan sana.
Sedangkan Zia hanya menatap malas dan sesekali menggaruk garuk kepalanya, bahkan Zia sampai menguap beberapa kali karena merasa mengantuk.
Mata Zia perlahan merapat dan hendak tidur, namun.
"Aziya" sahut seseorang yang membuat Zia tersadar dari kantuknya.
Zia menatap pada laki laki yang memanggilnya ternyata tak lain dan tak bukan adalah Adam yang sejak tadi sedang ceramah namun melihat Zia tertidur.
"Apa yang baru saja aku sampaikan" tanya Adam menatap tajam pada Zia.
"Hah" ucap Zia berfikir apa yang baru saja Adam bicarakan namun karena Zia terlalu malas dan mengantuk jadi dia tak mendengarkan.
Semua para Santriwan dan Santriwati menatap Aziya dengan tatapan sinis, membuat Aziya seolah tersudutkan karena di pandang oleh banyaknya Santriwan Santriwati.
"Fokus dan dengarkan" ucap Adam menarik nafasnya dalam dalam sampai terdengar di microphon.
"Baiklah kita lanjutkan, Waktu itu bukan hanya Jam yang setiap saat berputar tapi Waktu lebih dari itu lebih dari sekedar benda yang kita pajang di dinding yang kita bisa lihat untuk menentukan Waktu, Mengapa kita penting menghargai waktu karena apa yang kita lakukan hari ini belum tentu akan kita lakukan besok, bagaimana kalau kita meninggal dalam keadaan sibuk mengejar dunia karena kita lupa pada waktu, Naudzu bilahhi mindalik Cukup sekian yang bisa saya sampainya, Wabilahi taufiq Walhidayah, Wassalamualaikum Wr Wb" ucap Adam.
"Waalaikum Salam Wr Wb" serempak.
Sebentar lagi waktu Isya akan datang, Zia merasa sangat mengantuk dia tak bisa lagi menahan kantuknya.
Sampai sampai dia tak ingat dan terlelap tidur sampai Sholat Isya selesai.
"Baiklah kita mengaji di Madrosah" sahut Adam pada Para Santriwan dan Santriwati.
"Ya Gus".
Mereka semua meninggalkan Zia yang masih berbaring di atas sejadah.
"Ning Husna" panggil Adam pada Wanita yang bernama Husna.
"Ya Gus" tanya Husna yang sejak lama ini menyukai Adam.
"Tolong ajari dulu para Santri, aku ada perlu sebentar" ucap Adam.
"Baik Gus" ucap Husna sopan santun dan Lemah lembut.
Adam melihat Abahnya yang hendak membangunkan Zia.
"Abah" panggil Adam.
"Biarkan dia tidur biar Adam yang membangunkannya, Adam juga ingin memberikan hukuman padanya" ucap Adam.
"Baiklah, Abah akan pergi ke kota sekarang jaga Umi mu Dam" ucap Abah.
"Ya Bah, Abah tenang saja" ucap Adam sambil menyalami tangan Abah Zakariya.
Adam mendekat pada Zia, Adam mengambil tongkat yang sering di bawa Abah jika mengajar santri yang banyak becanda.
Adam membangunkan Zia dengan tongkat itu dengan cara memukul kaki Zia pelan dengan tongkat itu karena semua santri yang sama dengan Zia pun di bangunkan dengan cara itu.
"Bangun" ucap Adam sambil memukul mukulkan tongkat yang ada di tangannya pada kaki Zia.
"Diam Kak" ucap mengigau.
"Bangun Zia sekarang mengaji" ucap Adam.
"Ck kak" ucap Zia yang langsung bangun dan menatap pada Adam.
"Kau aku kira kak Rayhan" ucap Zia.
"Aku Adam" ucap Adam.
"Kau tega Gus, kau memojokkan aku di depan para santri, kau sangat tak berprikemanusiaan padaku Gus kau sangat kejam kau tau bahkan selama ini aku belum pernah merasa di permalukan begini" ucap Zia mengeluarkan uneg uneg nya dengan wajah yang sendu.
"Salah siapa? Kau yang tidur berarti kau tak mendengarkan aku, jadi terpaksa aku membangunkan mu dengan cara memanggilmu" ucap Adam.
"Tapi tak begitu juga, kau mempermalukan aku" ucap Zia.
"Baiklah maafkan aku" ucap Adam menyesal.
"Aku maafkan, tapi dimana yang lain" tanya Zia menatap ke sekitar tempat itu tak ada siapa siapa disana kecuali Zia dan Adam.
"Semua orang ke Madrosah" ucap Adam.
Zia langsung bangkit dan membuka semua mukenanya, saat ini Zia tak pakai kerudung tapi Zia memakai baju dan celana yang panjang.
"Tunggu kau akan kemana" tanya Adam menatap Zia dengan tatapan heran.
"Aku akan menyusul mereka" ucap Zia.
"Tetap diam di sini Zia, kau belum Sholat Isya" ucap Adam.
"Bisakah aku besok melakukannya" ucap Zia.
"Kalau besok kau mati, apa kau bisa melakukannya" tanya Adam.
"Ya baiklah" ucap Zia terpaksa sambil memakai kembali mukenanya.
Adam menatap Zia yang sekarang sedang melakukan Sholat.
"Bisakah kau tak melihatku aku jadi tak Fokus" ucap Zia yang merasa risih karena di tatap oleh Adam.
"Aku hanya ingin melihat apa Sholat mu benar atau salah" ucap Adam.
"Ck alasan" gumam Zia dan langsung melakukan Sholat empat waktu itu dengan di tatap oleh Adam.
**Bersambung..
Assalamualaikum...
Jangan lupa like comen dan beri ranting lima pada Novel Author yang ini ya...
Terima kasih sudah mampir**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Andariati Afrida
Maaf koreksi, Sholat Isya bukan empat waktu, melainkan disebut empat rakaat, demikian jg utk sholat yg lain
2024-12-02
0