bab 3

Sore harinya para Santriwan dan Santriwati pulang ke kamarnya untuk istirahat karena maghrib nya mereka akan melakukan Sholat Maghrib dengan berjamaah.

Ceklek.

Zia menatap pada pintu yang terbuka terlihat dua Santriwati masuk kedalam kamar itu.

"Assalamualaikum" sapa Rena pada Zia.

Sedangkan Zia yang Awam itu dia tak mengerti dengan apa yang di ucapkan Rena.

"Siapa dia Gita" tanya Rena pada temannya yang ikut bersamanya.

"Aku gak tau" jawab Gita sambil menggelengkan kepalanya.

Zia pun tak menjawab kedua santriwati itu dia hanya melamun saja dan meratapi nasibnya karena harus mendekam di pesantren yang Zia sendiri tak tau harus melakukan apa.

"Kita tanya pada Gus Adam" bisik Gita.

"Hayu" ucap Rena yang langsung pergi menemui Gus Adam di madrosah yang tak jauh dari sana.

"Gus" panggil Rena pada sang Kakak.

"Ya Ning, ada apa" tanya Adam menatap pada adik dan temannya itu.

"Gus di kamar kita ada wanita, dia hanya melamun saja apa dia orang gila" ucap Rena.

"Oh itu Santriwati baru namanya Aziya dia dari kota, tolong ajari dia dan ajak dia berteman" ucap Adam.

"Tapi Gus dia sangat memperihatinkan" ucap Gita temannya Rena.

"Ayo Aku akan lihat kondisi dia" ucap Adam yang langsung pergi dari sana menuju kamar Rena adiknya.

"Ning, kata Umi malam ini menginaplah di rumah karena aku akan ikut Abah ke yayasan yang ada di kota" ucap Adam.

"Tapi Gus bagaimana dengan Gita" tanya Rena.

Adam mengernyitkan dahinya.

"Memangnya Gita kenapa? Apa dia sakit?" tanya Adam menatap teman Adiknya itu.

"Tidak, tapi Gus aku tak yakin Gita akan mau sekamar bersama dengan wanita itu" ucap Rena.

"Ya Gus, kita tak saling mengenal" ucap Gita.

Adam hanya mangut mangut saja.

"Baiklah Umi biar Aku yang temani, biarkan Abah ke kota bersama dengan Fauzi" ucap Adam.

Ceklek..

Adam menatap Zia yang melamun dan bersandar pada besi ranjang.

"Aziya bersiaplah sebentar lagi kita akan Sholat Maghrib" ucap Adam.

"Agus bisakah kau diam, aku sedang sedih sekarang" ucap Zia sambil menyelipkan rambutnya yang terurai pada telinganya.

"Agus" gumam Rena.

"Siapa yang kau panggil Agus" tanya Rena pada Zia.

"Tentu saja laki laki ini" ucap Zia menunjuk Adam.

"Panggil dia Gus bukan Agus" ucap Rena keberatan.

"Sudah Ning, jangan di bahas ajak Zia berkomunikasi jangan sampai dia merasa kesepian, aku akan pergi" ucap Adam yang langsung pergi dari sana.

"Kak, siapa nama mu" tanya Rena pada Zia dan langsung duduk di samping Zia.

"Aziya Yunita Wijaya" ucap Zia malas.

"Kenalkan saya Rena dan ini Gita" ucap Rena menunjuk pada temannya itu.

"Assalamualaikum Kak" ucap Gita.

"Hemm" ucap Zia.

"Kak kalau ada masalah cerita saja kita teman kan, insya alloh kita bisa membantu" ucap Rena.

"Kalian tak akan paham" ucap Zia.

"Allahu akbar, Allahu akbar..

Allahu akbar, Allahu akbar.."

Suara Adzan berkumandang di Mesjid pesantren itu.

"Alhamdulilah" ucap Rena dan Gita bersamaan.

"Ayo kita Sholat" ucap Rena.

Gita dan Rena menatap pada Zia yang masih saja diam.

"Kak ayo kita Sholat" ucap Rena.

"Ya ayo" ucap Zia malas.

"Kak mukena Kakak mana" tanya Gita.

"Mukena apa aku tak punya" ucap Zia yang lupa kalau siang tadi Nita menyuruhnya membawa Mukena tapi Zia malah memasukannya kedalam lemari.

"Lalu dengan apa Kakak akan Sholat" tanya Gita.

"Tak apa kita pinjam punya Umi" ucap Rena.

Mereka bertiga berjalan ke rumah Umi dan Abah, para santriwan dan Santriwati berhamburan keluar karena akan ke Mesjid untuk menunaikan Sholat tiga waktu itu.

"Umi, Kak Zia te gaduh Mukena, bisa minjem ka Umi" ucap Rena. (Umi, Kak Zia gak punya Mukena, apa bisa pinjam ke Umi).

"Oh bisa, hayu masuk" ucap Umi.

Umi membawakan Mukena untuk Zia, dan langsung memberikannya pada Zia.

"Hayu kita ke Mesjid" ucap Umi.

Mereka berempat terlebih dahulu mampir ke tempat Wudhu, Zia hanya menatap ketiga wanita berbeda generasi itu melakukan Wudhu.

"Kapan terakhir kali aku Wudhu" batin Zia mengingat ingat karena waktu kecil Zia adalah anak dari keluarga yang cukup taat pada Agama.

"Kak ayo Wudhu takut terlambat" ucap Gita.

"Ya" ucap Zia yang hanya menirukan apa yang mereka lakukan pasal Doanya Aziya Lupa.

Semua santriwan dan santriwati melakukan ibadah Sholat Maghrib berjamaah, Zia membaca semua bacaan pada Sholat sedikit sedikit Zia tau walau pun sudah lama tak melakukan Sholat tapi Zia masih ingat betul bacaan Sholat yang pernah dia pelajari dan praktekan saat usia Zia delapan tahun.

"Assalamualaikum...." ucap Zia menatap pada kanan dan kiri.

Imam membimbing Doa setelah melakukan Wirid, Zia menengadahkan tangannya tepat sejajar dengan dada.

Hati Zia rasanya tenang setelah melakukan Sholat.

Adam maju ke Mimbar karena malam ini adalah jadwalnya berceramah.

"Assalamualaikum Wr Wb,

Hamdan Washukron Lilah ama bakdu..

Alhamdulilah kita masih di kasih umur untuk melakukan ibadah Sholat berjamaah, Selamat datang pada Aziya putri dari Ibu Nita dan pak Topan yang baru saja datang kesini dan ingin menuntut ilmu dengan kita, aku harap kalian semua bisa akur dan bisa mengajak Zia berteman.

Baiklah malam ini kita akan membahas masalah pentingnya menghargai waktu..." ucap Adam di depan sana.

Sedangkan Zia hanya menatap malas dan sesekali menggaruk garuk kepalanya, bahkan Zia sampai menguap beberapa kali karena merasa mengantuk.

Mata Zia perlahan merapat dan hendak tidur, namun.

"Aziya" sahut seseorang yang membuat Zia tersadar dari kantuknya.

Zia menatap pada laki laki yang memanggilnya ternyata tak lain dan tak bukan adalah Adam yang sejak tadi sedang ceramah namun melihat Zia tertidur.

"Apa yang baru saja aku sampaikan" tanya Adam menatap tajam pada Zia.

"Hah" ucap Zia berfikir apa yang baru saja Adam bicarakan namun karena Zia terlalu malas dan mengantuk jadi dia tak mendengarkan.

Semua para Santriwan dan Santriwati menatap Aziya dengan tatapan sinis, membuat Aziya seolah tersudutkan karena di pandang oleh banyaknya Santriwan Santriwati.

"Fokus dan dengarkan" ucap Adam menarik nafasnya dalam dalam sampai terdengar di microphon.

"Baiklah kita lanjutkan, Waktu itu bukan hanya Jam yang setiap saat berputar tapi Waktu lebih dari itu lebih dari sekedar benda yang kita pajang di dinding yang kita bisa lihat untuk menentukan Waktu, Mengapa kita penting menghargai waktu karena apa yang kita lakukan hari ini belum tentu akan kita lakukan besok, bagaimana kalau kita meninggal dalam keadaan sibuk mengejar dunia karena kita lupa pada waktu, Naudzu bilahhi mindalik Cukup sekian yang bisa saya sampainya, Wabilahi taufiq Walhidayah, Wassalamualaikum Wr Wb" ucap Adam.

"Waalaikum Salam Wr Wb" serempak.

Sebentar lagi waktu Isya akan datang, Zia merasa sangat mengantuk dia tak bisa lagi menahan kantuknya.

Sampai sampai dia tak ingat dan terlelap tidur sampai Sholat Isya selesai.

"Baiklah kita mengaji di Madrosah" sahut Adam pada Para Santriwan dan Santriwati.

"Ya Gus".

Mereka semua meninggalkan Zia yang masih berbaring di atas sejadah.

"Ning Husna" panggil Adam pada Wanita yang bernama Husna.

"Ya Gus" tanya Husna yang sejak lama ini menyukai Adam.

"Tolong ajari dulu para Santri, aku ada perlu sebentar" ucap Adam.

"Baik Gus" ucap Husna sopan santun dan Lemah lembut.

Adam melihat Abahnya yang hendak membangunkan Zia.

"Abah" panggil Adam.

"Biarkan dia tidur biar Adam yang membangunkannya, Adam juga ingin memberikan hukuman padanya" ucap Adam.

"Baiklah, Abah akan pergi ke kota sekarang jaga Umi mu Dam" ucap Abah.

"Ya Bah, Abah tenang saja" ucap Adam sambil menyalami tangan Abah Zakariya.

Adam mendekat pada Zia, Adam mengambil tongkat yang sering di bawa Abah jika mengajar santri yang banyak becanda.

Adam membangunkan Zia dengan tongkat itu dengan cara memukul kaki Zia pelan dengan tongkat itu karena semua santri yang sama dengan Zia pun di bangunkan dengan cara itu.

"Bangun" ucap Adam sambil memukul mukulkan tongkat yang ada di tangannya pada kaki Zia.

"Diam Kak" ucap mengigau.

"Bangun Zia sekarang mengaji" ucap Adam.

"Ck kak" ucap Zia yang langsung bangun dan menatap pada Adam.

"Kau aku kira kak Rayhan" ucap Zia.

"Aku Adam" ucap Adam.

"Kau tega Gus, kau memojokkan aku di depan para santri, kau sangat tak berprikemanusiaan padaku Gus kau sangat kejam kau tau bahkan selama ini aku belum pernah merasa di permalukan begini" ucap Zia mengeluarkan uneg uneg nya dengan wajah yang sendu.

"Salah siapa? Kau yang tidur berarti kau tak mendengarkan aku, jadi terpaksa aku membangunkan mu dengan cara memanggilmu" ucap Adam.

"Tapi tak begitu juga, kau mempermalukan aku" ucap Zia.

"Baiklah maafkan aku" ucap Adam menyesal.

"Aku maafkan, tapi dimana yang lain" tanya Zia menatap ke sekitar tempat itu tak ada siapa siapa disana kecuali Zia dan Adam.

"Semua orang ke Madrosah" ucap Adam.

Zia langsung bangkit dan membuka semua mukenanya, saat ini Zia tak pakai kerudung tapi Zia memakai baju dan celana yang panjang.

"Tunggu kau akan kemana" tanya Adam menatap Zia dengan tatapan heran.

"Aku akan menyusul mereka" ucap Zia.

"Tetap diam di sini Zia, kau belum Sholat Isya" ucap Adam.

"Bisakah aku besok melakukannya" ucap Zia.

"Kalau besok kau mati, apa kau bisa melakukannya" tanya Adam.

"Ya baiklah" ucap Zia terpaksa sambil memakai kembali mukenanya.

Adam menatap Zia yang sekarang sedang melakukan Sholat.

"Bisakah kau tak melihatku aku jadi tak Fokus" ucap Zia yang merasa risih karena di tatap oleh Adam.

"Aku hanya ingin melihat apa Sholat mu benar atau salah" ucap Adam.

"Ck alasan" gumam Zia dan langsung melakukan Sholat empat waktu itu dengan di tatap oleh Adam.

**Bersambung..

Assalamualaikum...

Jangan lupa like comen dan beri ranting lima pada Novel Author yang ini ya...

Terima kasih sudah mampir**

Terpopuler

Comments

Andariati Afrida

Andariati Afrida

Maaf koreksi, Sholat Isya bukan empat waktu, melainkan disebut empat rakaat, demikian jg utk sholat yg lain

2024-12-02

0

lihat semua
Episodes
1 Aziya untuk Ustadz bab 1
2 Bab 2
3 bab 3
4 bab 4
5 bab 5
6 bab 6
7 bab 7
8 bab 8
9 bab 9
10 bab 10
11 bab 11
12 bab 12
13 bab 13
14 bab 14
15 bab 15
16 bab 16
17 bab 17
18 bab 18
19 bab 19
20 bab 20
21 bab 21
22 bab 22
23 bab 23
24 bab 24
25 bab 25
26 bab 26
27 bab 27
28 bab 28
29 bab 29
30 bab 30
31 bab 31
32 bab 32
33 bab 33
34 bab 34
35 bab 35
36 bab 36
37 bab 37
38 bab 38
39 bab 39
40 bab 40
41 bab 41
42 bab 42
43 bab 43
44 bab 44
45 bab 45
46 bab 46
47 bab 47
48 bab 48
49 bab 49
50 bab 50
51 bab 51
52 bab 52
53 bab 53
54 bab 54
55 bab 55
56 bab 56
57 bab 57
58 bab 58
59 bab 59
60 bab 60
61 bab 61
62 Bab 62
63 bab 63
64 bab 64
65 bab 65
66 bab 66
67 bab 67
68 Bab 68
69 bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 bab 72
73 Bab 73
74 bab 74
75 bab 75
76 bab 76
77 bab 77
78 bab 78
79 bab 79
80 bab 80
81 bab 81
82 bab 82
83 bab 83
84 bab 84
85 bab 85
86 bab 86
87 bab 87
88 bab 88
89 Bab 89
90 bab 90
91 bab 91
92 bab 92
93 bab 93
94 bab 94
95 bab 95
96 bab 96
97 bab 97
98 bab 98
99 bab 99
100 bab 100
101 bab 101
102 bab 102
103 bab 103
104 bab 104
105 bab 105
106 bab 106
107 bab 107
108 bab 108
109 bab 109
110 bab 110
111 bab 111
112 bab 112
113 bab 113
114 bab 114
115 bab 115
116 bab 116
117 bab 117
118 bab 118
119 bab 119
120 bab 120
121 bab 121
122 bab 122
123 bab 123
124 bab 124
125 bab 125
126 bab 126
127 bab 127
128 bab 128
129 bab 129
130 bab 130
131 bab 131
132 bab 132
133 bab 133
134 bab 134
135 bab 135
136 bab 136
137 bab 137
138 bab 138
139 bab 139
140 bab 140
141 bab 141
142 bab 142
143 bab 143
144 bab 144
145 bab 145
146 bab 146
147 bab 147
148 bab 148
149 bab 149
150 bab 150
151 bab 151
152 bab 152
153 bab 153
154 bab 154
155 bab 155
156 bab 156
157 bab 157
158 bab 158
159 bab 159
160 bab 160
161 bab 161
162 bab 162
163 bab 163
164 bab 164
165 bab 165
166 bab 166
167 bab 167
168 bab 168
169 bab 169
170 bab 170
171 bab 171
172 bab 172
173 pengumuman
174 promosi Novel Rena
175 promosi Novel Makmum kedua
176 Novel Baru
177 Promosi Novel baru
178 Cerita baru
Episodes

Updated 178 Episodes

1
Aziya untuk Ustadz bab 1
2
Bab 2
3
bab 3
4
bab 4
5
bab 5
6
bab 6
7
bab 7
8
bab 8
9
bab 9
10
bab 10
11
bab 11
12
bab 12
13
bab 13
14
bab 14
15
bab 15
16
bab 16
17
bab 17
18
bab 18
19
bab 19
20
bab 20
21
bab 21
22
bab 22
23
bab 23
24
bab 24
25
bab 25
26
bab 26
27
bab 27
28
bab 28
29
bab 29
30
bab 30
31
bab 31
32
bab 32
33
bab 33
34
bab 34
35
bab 35
36
bab 36
37
bab 37
38
bab 38
39
bab 39
40
bab 40
41
bab 41
42
bab 42
43
bab 43
44
bab 44
45
bab 45
46
bab 46
47
bab 47
48
bab 48
49
bab 49
50
bab 50
51
bab 51
52
bab 52
53
bab 53
54
bab 54
55
bab 55
56
bab 56
57
bab 57
58
bab 58
59
bab 59
60
bab 60
61
bab 61
62
Bab 62
63
bab 63
64
bab 64
65
bab 65
66
bab 66
67
bab 67
68
Bab 68
69
bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
bab 72
73
Bab 73
74
bab 74
75
bab 75
76
bab 76
77
bab 77
78
bab 78
79
bab 79
80
bab 80
81
bab 81
82
bab 82
83
bab 83
84
bab 84
85
bab 85
86
bab 86
87
bab 87
88
bab 88
89
Bab 89
90
bab 90
91
bab 91
92
bab 92
93
bab 93
94
bab 94
95
bab 95
96
bab 96
97
bab 97
98
bab 98
99
bab 99
100
bab 100
101
bab 101
102
bab 102
103
bab 103
104
bab 104
105
bab 105
106
bab 106
107
bab 107
108
bab 108
109
bab 109
110
bab 110
111
bab 111
112
bab 112
113
bab 113
114
bab 114
115
bab 115
116
bab 116
117
bab 117
118
bab 118
119
bab 119
120
bab 120
121
bab 121
122
bab 122
123
bab 123
124
bab 124
125
bab 125
126
bab 126
127
bab 127
128
bab 128
129
bab 129
130
bab 130
131
bab 131
132
bab 132
133
bab 133
134
bab 134
135
bab 135
136
bab 136
137
bab 137
138
bab 138
139
bab 139
140
bab 140
141
bab 141
142
bab 142
143
bab 143
144
bab 144
145
bab 145
146
bab 146
147
bab 147
148
bab 148
149
bab 149
150
bab 150
151
bab 151
152
bab 152
153
bab 153
154
bab 154
155
bab 155
156
bab 156
157
bab 157
158
bab 158
159
bab 159
160
bab 160
161
bab 161
162
bab 162
163
bab 163
164
bab 164
165
bab 165
166
bab 166
167
bab 167
168
bab 168
169
bab 169
170
bab 170
171
bab 171
172
bab 172
173
pengumuman
174
promosi Novel Rena
175
promosi Novel Makmum kedua
176
Novel Baru
177
Promosi Novel baru
178
Cerita baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!