Bab 3: Pesta

Ellena meninggalkan pesta dan pergi menuju atap gedung untuk menikmati keindahan langit malam. Bintang-bintang bertaburan menghiasi langit, sang Dewi malam bertahta di singgasananya. Menyinari sebagian bumi yang dinaungi.

Derap langkah seseorang yang datang menyita perhatiannya. Gadis itu menoleh dan mendapati seorang pria berjalan menghampirinya. Tapi dia tak terlalu menghiraukannya. Gadis itu bersikap acuh dan mengabaikannya.

"Pesta masih berlangsung, tapi kenapa kau malah menyendiri di sini?" Tanya orang itu memecah dalam heningnya malam.

Degg...

Gadis itu terpaku mendengar suara yang begitu familiar di telinganya. Sontak dia menoleh dan kedua matanya membelalak melihat sosok yang berdiri tepat dihadapannya tersebut.

"Kevin?!" Ucapnya membatin.

Orang itu 'Kevin' berjalan menghampiri Ellena yang terus menatap padanya. Kevin memicingkan matanya dan menatap gadis itu penuh tanya. "Kenapa kau menatapku seperti itu, Nona? Aku tau, aku ini tampan jadi kau tidak perlu terpesona begitu." Kevin menyeringai.

"Maaf, Tuan. Tapi aku harus pergi!!"

Ellena beranjak dari hadapan Kevin dan pergi begitu saja. Sedangkan Kevin hanya bisa menatap kepergian gadis itu dengan tatapan tak terbaca.

"Siapa gadis itu? Kenapa tatapannya terasa begitu familiar?"

🌺

🌺

Ellena kembali ke pesta dan orang-orang sedang berdansa dengan pasangan masing-masing. Ada pula yang hanya memperhatikan sambil menikmati minumannya.

Gadis itu menoleh saat dia merasakan tepukan pada bahunya. Lantas dia menoleh dan mendapati Mirah berdiri tepat dibelakangnya. "Aku pikir kau tadi adalah dokter Jung, jika berdandan seperti ini kau dan dia terlihat seperti adik kakak." Ujar Mirah.

Ellena terkekeh. "Apakah kami sungguh semirip itu? Tadi juga banyak yang mengira aku adalah dia, dan aku menikmatinya saja. Memangnya siapa yang tidak ingin disamakan apalagi dianggap sebagai dokter hebat seperti dia." Tutur Ellena.

"Dasar kau ini, tapi begini bagus juga. Kenapa saat bekerja kau tidak membuka topeng buruk rupamu itu dan menjadi dirimu yang seperti ini?" Tanya Mirah penasaran.

"Aku lebih menikmati sebagai dokter yang cupu. Dengan begitu aku tidak perlu memusingkan tentang urusan cinta dan semacamnya."

"Dasar aneh. Sudah larut malam, sebaiknya kita pulang sekarang. Besok kita harus bekerja lagi."

Ellena mengangguk. "Kau benar, ya sudah ayo kita pulang sama-sama."

🌹

🌹

"Fyuhh!!!"

Dokter perempuan itu menyeka peluh di keningnya. Dia baru saja selesai memeriksa pasien-pasiennya.

Ellena Jung adalah seorang gadis berumur 24 tahun. Dia adalah salah seorang dokter yang bekerja di rumah sakit besar di kota ini. Walaupun usinya masih muda, tetapi keahliannya sebagai dokter tidak bisa diragukan lagi.

Paras wajahnya sangat cantik, memiliki sepasang mata Hazel yang indah. Siapapun yang melihatnya pasti akan jatuh hati pada tatapan matanya, lembut dan ceria.

Tapi sayangnya semua kecantikannya itu tersembunyi di balik kaca mata yang selalu bertengger di hidung mancungnya.

Rambut coklat panjang sepunggungnya di gulung ke atas menggunakan sebuah tusuk konde dengan hiasan bunga sakura yang indah, menyisakan beberapa anak rambut di kedua sisi wajahnya.

"Ellena, tunggu," langkah kakinya terhenti mana kala ia mendengar seseorang memanggil namanya.

Terlihat seorang perawat menghampirinya dengan langkah tergesa-gesa. Dia terlihat panik dan juga cemas. "Ada apa, Mirah? Kenapa kau terlihat panik?" Tanya Ellena kebingungan.

"Gawat, kita dalam masalah besar. Rumah sakit kita kedatangan seorang pasien yang sangat penting, dia terluka parah di bagian kepala dan perut sebelah kirinya. Semua dokter bedah yang bertugas hari ini sedang sibuk, dan hanya kau satu-satunya dokter yang tersisa." Ujar suster itu panjang lebar.

Ellena terdiam. Dia bingung harus melakukan apa sekarang, jika dia pergi ke ruang operasi dan menolong pasien itu. Maka apa yang dia sembunyikan selama ini maka akan terbongkar. Lalu jika dia tidak bertindak, bisa-bisa nyawa orang itu berada dalam bahaya.

Ellena benar-benar di lemah. "Kenapa diam saja, kita harus segera melakukan sesuatu. Dia dalam keadaan kritis saat ini." Mirah menegaskan.

"Tapi aku belum pernah melakukan operasi sebelumnya."

"Tapi bukankah kau sudah pernah ikut ke ruang operasi. Kau pasti paham dengan apa yang harus di lakukan di sana. Ellena, aku mohon padamu. Percaya pada dirimu sendiri dan yakinlah jika kau pasti bisa."

Ellena menggigit bibir bawahnya. "Tapi..."

"Tidak ada tapi-tapian lagi. Sekarang kita pergi ke sana. Kau adalah seorang dokter, dan sudah seharusnya kau menyelamatkan nyawa pasiennya!!"

Ellena menatap Mirah. Sepertinya dia tidak memiliki pilihan lain. "Kalau begitu jangan buang waktu lagi. Segera siapkan ruang operasi. Siapa pun dia, dan apapun statusnya. Jika sudah datang ke rumah sakit ini, itu artinya dia adalah seorang pasien. Dan tugas kita adalah memberikan pelayanan terbaik untuknya!!!"

"Nah begitu dong!!"

-

-

Ellena dan timnya tengah bekerja keras untuk menyelamatkan nyawa seorang pria yang mereka ketahui sebagai salah satu pewaris dari XI Emperor. Pria itu bernama Kevin Xi. Pria berdarah China yang memiliki kekuasaan di 3 benua, salah satunya adalah Asia.

Ellena tidak tau apa yang terjadi pada pria ini. Karena semalam saat bertemu dengannya, dia masih baik-baik saja.

Selama operasi berlangsung. Ellena tidak bisa bekerja dengan fokus, beberapa kali dia melakukan kesalahan sehingga operasi diambil alih oleh Dokter lain yang kebetulan juga tidak sibuk.

Dokter itu meminta Ellena untuk beristirahat karena mengira jika dokter cantik itu sedang kelelahan.

Dan setelah menenangkan dirinya selama beberapa saat. Ellena mengambil alih kembali operasi tersebut. Dan kali ini dia bisa melakukan tugasnya dengan baik, meskipun hatinya dalam keadaan berkecambuk hebat.

3 jam waktu yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan operasi tersebut. Dan berkat usaha keras para tim medis, nyawa pria bermarga Xi itu pun akhirnya berhasil di selamatkan.

Ellena bersama Mirah keluar dari ruang operasi dan menghampiri dua pria yang sedari tadi menunggu dengan cemas. Salah satu dari kedua pria itu kemudian bangkit dari duduknya.

"Dokter, bagaimana operasinya? Apakah nyawa adik saya berhasil di selamatkan?" Tanya pria itu memastikan.

Ellena melepas maskernya dan membuat pria itu terkejut begitu pula dengan Ellena. Meskipun Ellena memakai kaca mata, tapi dia mengenali siapa gadis di depannya. Mimik wajah Ellena berubah dingin.

"Anda tenang saja, Tuan. Nyawa Tuan Xi berhasil kami selamatkan, dan beliau juga sudah melewati masa kritisnya. Anda bisa menemuinya setelah beliau di pindahkan ke ruang inap. Kalau begitu saya permisi dulu." Ellena membungkuk dan pergi begitu saja.

"Ellena, tunggu!!" Namun langkahnya segera dihentikan oleh pria itu.

Ellena menyentak tangan pria itu dan menatapnya dingin. "Maaf, Tuan. Saya sedang sibuk, saya permisi dulu!!" Ellena melepaskan genggaman tangan pria itu dan melenggang pergi.

Ellena pergi dengan batin yang bekecambuk hebat. Pria yang menghentikannya itu adalah salah satu pria yang tidak pernah ingin dia temui dalam hidup ini.

Dan lagipula masih banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan. Dan dia masih memiliki beberapa pasien yang harus di periksa kondisinya. Sementara pria itu menatap kepergian Ellena dengan tatapan yang sulit dijelaskan.

-

-

Kelopak mata itu terbuka perlahan. Hal pertama yang dia lihat adalah sebuah ruangan serba putih dengan aroma khas yang sangat menyengat. Tanpa penjelasan pun, tentu saja dia tau dimana dirinya berada saat ini.

"Uhhh, sial!!" Sebuah umpatan keluar dari sela-sela bibirnya. Sebelah tangannya mencengkram kepalanya yang terasa ingin pecah.

"Kevin, kau akhirnya bangun juga!!" Seru seorang pria sambil berlari menghampiri Kevin.

Dengan dramatis, dia memeluk sang adik sambil menangis haru. "Huhuhu, akhirnya kau membuka mata juga. Apa kau tau bagaimana paniknya aku saat melihatmu terkapar dalam keadaan bersimbah darah."

"Aku pikir hari ini adalah akhir dari perjalananmu di Dunia ini. Tapi ternyata Tuhan masih menyayangimu, sehingga beliau mengirimkan seorang malaikat untuk memperpanjang hidupmu!!"

Kevin memicingkan matanya. "Seorang malaikat?" Pria itu mengangguk. "Bisa kau jelaskan, Sean?!" Kevin meminta penjelasan.

"Malaikat dalam arti yang sebenarnya. Dia adalah salah seorang dokter di rumah sakit ini. Dia yang berjasa besar dalam menyelamatkan hidupmu, berkat tangan ajaibnya, kau bisa selamat dari maut yang nyaris merenggut nyawamu!!"

"Lalu dimana dia? Bisakah kau mempertemukan aku dengannya?"

"Tentu, tapi tidak malam ini. Dia sudah pulang, mungkin besok saja, oke. Sebaiknya sekarang kau istirahat saja. Aku tidak ingin jika kau sampai pingsan lagi seperti kemarin. Lagipula kondisimu sendiri masih belum stabil. Istirahatlah, Kakak akan pergi sebentar untuk mencari makan."

Sean menepuk bahu Kevin sebelum meninggalkan sang adik sendiri di ruang inapnya. Sean merasa lapar, sejak Kevin masuk rumah sakit, dia belum makan sama sekali.

Dan bagaimana dia bisa makan dengan enak, sementara Kevin masih terbaring tak sadarkan diri di rumah sakit. Dia berjuang antara hidup dan mati setelah insiden yang menimpa ya itu. Tapi sekarang dia lega, karena Kevin baik-baik saja.

Sean tidak perlu merasa cemas dan khawatir lagi karena Kevin sudah baik-baik saja.

-

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Nor Azlin

Nor Azlin

apa yang menyebabkan Kevin terluka yah🤔🤔🤔🤔 saat bertemu dengan Ellena dia masih sihat2 aja bukan ...lanjutkan thor

2023-08-06

0

Debbie Teguh

Debbie Teguh

bingung nama2nya banyak yg sama dgn novel lain, jung hilman bukan kakeknya luna kan? apa ini prequelnya luna?

2023-03-07

0

Radya Arynda

Radya Arynda

semangaaat caaantik💪💪💪

2022-12-07

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!