Tokk.. Tokk.. Tokk...
Ketukan pada pintu mengalihkan perhatian Ellena. Tampak suster Mirah melangkahkan kakinya memasuki ruangan tersebut. Dia menghampiri Ellena sambil membawa dua cup kopi yang salah satunya diberikan pada dokter cantik itu.
"Terimakasih, Mir."
"Ell, kau terlalu memaksakan diri, sebaiknya pikirkan mengenai kesehatanmu juga. Lihatlah lingkaran hitam di matamu yang tampak mengerikan itu. Anak kecil bisa takut dan mengira kau adalah Zombi."
Alih-alih marah dan tersinggung. Ellena malah terkekeh geli mendengar ucapan Mirah. Ia sudah terbiasa dengan cibiran suster satu ini, Mirah memang sering mengatainya ini dan itu.
"Mau bagaimana lagi, Mir. Memangnya apa yang bisa dilakukan oleh Dokter biasa seperti diriku?! Bisaku cuma ini, mengerjakan apa yang diperintahkan oleh dokter senior."
Mirah mendesah berat. "Kadang aku kasihan padamu. Kau ini dokter, tapi kenapa mereka malah memperlakukanmu seperti pembantu?! Seharusnya tugas dokter itu merawat dan mengurus pasien, bukannya terus berkutat dengan dokumen." Ujar Mirah.
Ellena mengangkat bahunya. "Aku sih tidak masalah, asalkan aku mendapatkan gaji setiap bulannya itu sudah cukup."
"Dasar kau ini!! Sebaiknya segera minum kopinya, selagi masih hangat. Aku kembali bekerja dulu." Ellena mengangguk.
Ellena melepas kaca matanya dan mendesah berat. Jika bukan karena terpaksa, dia juga tidak akan Sudi bekerja seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, semua ini dia lakukan demi menutupi jati dirinya yang sebenarnya.
Membiarkan orang lain tidak tau siapa dirinya itu malah lebih baik, Ellena ingin agar orang lain tetap mengenalnya sebagai dokter tanpa marga.
Dibandingkan menjadi Nona besar keluarga ternama, Ellena lebih menikmati hidupnya sebagai orang biasa. Karena dengan begitu dia bisa menemukan jati diri yang sebenarnya. Ellena sangat yakin pada dirinya sendiri. Dan dia akan membuktikan pada sang ayah meskipun tanpa embel-elmbel marga besarnya, Ellena juga bisa mencapai kesuksesan.
Gadis itu bangkit dari duduknya dan melenggang keluar. Rencananya Ellena akan menemui pria yang dia operasi kemarin siang. Orang itu meminta untuk bertemu dengannya. Meskipun tidak ingin, tapi dia tidak memiliki pilihan lain.
🌺
🌺
Kevin terus menatap ke luar jendela. Pikirannya melayang entah kemana. Saat dia tak sadarkan diri tadi. Tiba-tiba dia melihat sekelebat bayangan seorang gadis yang sedang tersenyum hangat padanya. Tapi sayangnya dia tidak bisa melihat dengan jelas seperti apa wajah gadis itu.
Kevin mencoba untuk mengingatnya. Kapan dan dimana dia pernah bertemu dengan seorang gadis yang selalu muncul dalam mimpi-mimpinya itu. Kevin sudah berusaha mengingatnya tapi tetap tidak bisa.
Seluruh atensi pria berusia 28 tahun itu tersita oleh sosok jelita yang saat ini sedang berbincang dengan seorang perawat. Kamar inap Kevin ada di lantai dua, jadi dia bisa melihat aktifitas dibawah sana.
Tatapannya tak lolos dari sosok perempuan berambut coklat itu. Wajahnya terlihat familiar, Kevin merasa pernah melihatnya tapi dia lupa dimana pernah melihat dan bertemu dengannya.
"Apa yang sedang kau pikirkan, Adik?" Tegur Sean yang entah sejak kapan sudah ada di ruangan Kevin.
Lantas Kevin menoleh dan mendapati sang kakak berjalan menghampirinya. Pria itu menggeleng. "Tidak ada. Aku ingin bertemu dengan dokter yang menyelamatkanku, kira-kira kapan dia akan datang menemui ku?"
"Sore ini. Dia sudah setuju untuk bertemu denganmu."
"Lalu bagaimana dengan penyelidikan mu? Apa kau sudah menemukan siapa dalang di balik penyerangan malam itu? Aku ingin semua pelakunya segera di temukan dan diberikan pelajaran yang setimpal!!"
"Sudah, dan saat ini Felix dan Alex sedang mengintrogasi mereka. Tapi sayangnya mereka tetap tidak mau buka mulut dan mengaku siapa yang telah mengirim mereka!!"
"Kalau begitu langsung bunuh saja, jika mereka tidak bisa berguna untuk kita!!!"
"Kau gila ya, jika kita menghabisi mereka sekarang. Maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa!!"
"Aku tidak peduli!"
Kevin bukanlah orang yang suka mengulur waktu, karena baginya waktu adalah uang. Dan orang yang tidak berguna tidak ada bagusnya dipelihara terlalu lama. Dan yang paling cocok dengan mereka adalah kematian.
Kevin sendiri adalah seorang Tuan Muda yang tak di ragukan lagi kekejamannya. Banyak yang mengatakan jika Kevin adalah pria yang tidak memiliki hati. Tapi memang begitulah kenyataannya. Kevin tak segan-segan menyingkirkan siapa pun yang berani menghalangi jalannya.
Dia paling tidak suka di tentang apalagi lagi dikhianati. Dan imbalan yang setimpal bagi mereka yang berkhianat adalah kematian. Di tangan Kevin, nyawa manusia tak lebih berharga dari seekor nyamuk.
"Keluarlah, Sean. Aku mau istirahat!!"
"Dasar adik durhaka, kenapa kau selalu saja mengusirku, baiklah aku akan keluar sekarang!! Istirahatlah," pinta Sean dan pergi begitu saja.
Sean tidak tau saat mengandung dulu ibu mereka ngidam apa sampai-sampai melahirkan anak seperti Kevin. Yang bermulut tajam dan tak berperikemanusiaan. Padahal Sean mintanya adik yang manis dan imut. Tapi Tuhan tidak mengabulkan keinginannya tersebut.
🌺
🌺
Ellena berdiri di sebuah kamar inap salah satu pasiennya. Dokter cantik itu menatap pintu itu dan mendesah berat. Setelah memantapkan hatinya. Ellena membuka pintu tersebut lalu masuk ke dalam.
Sepasang Hazel nya langsung bersirobok dengan sepasang netra abu-abu milik pria yang berada di dalam ruangan itu.
Gyuttt...
Ellena mengepalkan tangannya ketika sudah berhadapan dengan bungsu Xi tersebut."Halo, selamat sore, Tuan Muda Xi. Saya dengar dari Tuan Sean, Anda ingin bertemu dengan saya!" Tanya Ellena pada pria di depannya.
Kevin menoleh. Di depannya berdiri seorang perempuan berkacamata dan rambut panjangnya yang diikat ekor kuda. "Jadi kau dokter itu, orang yang telah menyelamatkanku?"
Ellena mengangguk. "Ya, saya adalah dokter itu. Tapi bukan satu-satunya, karena ada tim medis yang membantu operasi Anda. Saya sudah di sini, bisakah Anda memberitahu kenapa ingin supaya kita bertemu?"
"Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih padamu. Sebagai imbalannya, akhir pekan ini aku mengundangmu untuk makan malam. Katakan dimana alamat rumahmu, aku akan menjemputmu."
Ellena tersenyum tipis. "Tidak perlu berlebihan, Tuan Muda. Lagipula apa yang saya lakukan adalah hal yang lumrah. Saya adalah seorang dokter, jadi sudah menjadi kewajiban menyelamatkan nyawa seorang pasien."
"Aku tidak suka di bantah apalagi ditolak, dan aku tidak memberimu pilihan untuk menolak ajakan ku. Hanya sebatas makan malam, jadi berikan kartu namamu!!"
Ellena mendengus berat. "Kenapa Anda pemaksa sekali, Tuan Muda?! Jangan Anda pikir karena Anda memiliki banyak uang, maka bisa bersikap seenaknya pada orang lain. Sepertinya hanya buang-buang waktu saja menemui mu!! Saya permisi dulu!!"
Kevin tertawa sinis. Baru kali ini ada wanita yang berani menolaknya. Dia akui, jika Ellena sangatlah luar biasa, karena dia adalah gadis pertama dan satu-satunya yang sudah menolak dirinya.
"Gadis yang menarik!!"
-
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Radya Arynda
semangaat👍👍👍👍👍👍
2022-12-08
2
sri Sumarniah
lanjut kk... makin seru cerita nya
2022-12-06
3
Sumawita
Mereka seperti Tom and Jerry
2022-12-06
5