3. Keramasin Istri

Ben sedang merapikan tempat tidur ketika ia menemui Dea sudah keluar dari kamar mandi. Ia berkacak pinggang memperhatikan perempuan itu dengan bibir menipis seolah sedang sibuk berpikir tentang tampilan Dea pagi ini.

"Kenapa, liat-liat?" sentak Dea dengan pertanyaannya.

Ben menggeleng beberapa kali, disertai decakan takjub yang bercampur frustrasi. Ia lalu melangkah tenang pada Dea yang menatapnya penuh waspada.

"Masuk lagi ke dalam, De!" kata Ben, sembari mendorong-dorong tubuh Dea memasuki kamar mandi.

Dea tampak kebingungan, bahkan menatap tajam ke arah Ben. Ia mencoba bertahan dengan meletakkan tangannya ke dinding.

"Basahin rambut, De."

"Saya nggak biasa keramas pagi-pagi!" balas Dea tegas, berbanding terbalik dengan kelembutan dalam permintaan Ben sebelumnya.

"Oke, Dea maksa saya buat lakuin ini."

Ben hanya perlu sedikit membungkuk untuk meletakkan kedua tangan pada masing-masing di bawah punggung dan bawah lutut sang istri. Dalam kilatan waktu, tubuh Dea sudah kehilangan pijakannya, dan telah berada di antara kedua lengan Ben.

"Ayo, saya ajarin gimana para pengantin baru di pagi hari, De." Ben memberitahu, tanpa lupa memamerkan sebuah senyum lembut di bibirnya. "Jangan protes. Saya juga nggak bakalan ngomong gini, selain buat bikin Pak Kahar tenang sama pernikahan kita." Ben melanjutkan ucapannya ketika Dea sudah membuka mulut hendak memaki.

Ben menurunkan sang istri di bawah shower. Masih dalam balutan handuk putih yang tebal, Ben membiarkan istrinya itu terkena air shower. Ketika Dea ingin keluar dari pancuran air, Ben segera mencegah, dengan menahan bahunya.

"Di situ aja, De. Sebentar doang," kata Ben.

Dea menatapnya tajam, dengan gigi yang saling menekan kuat, tetapi tidak mengurangi pertahanan Ben, bahkan lelaki itu menikmatinya. Tambahan serangan yang dilancarkan Dea ke tubuh Ben, membuat lelaki itu terkekeh pelan.

"Serang aja terus, De," kata Ben dengan nada santai, tetapi langsung memancing amarah Dea. "Kamu mirip kucing sekarang, jadi saya udah biasa."

Dea langsung merapatkan bibirnya yang mengerucut kesal. Ia masih menatap tajam pada suaminya, tetapi tidak ada perlawanan apa pun sekarang. Sampai Ben puas, mematikan shower, kemudian menarik perempuan itu agar keluar dari sekitaran shower.

Ben mengambil bathrobe-nya yang sudah terlipat rapi, dipersiapkan beberapa pasang kemarin. Ia awalnya ingin memberikan perhatian lebih dengan menarik tali bathrobe Dea, tetapi tangannya dipukul kuat sehingga terlepas.

"Keluar sana!" usir Dea dengan kasar.

Ben segera mematuhinya. Ia keluar sambil tersenyum puas. Sebelum menutup pintu kamar mandi, Ben masih sempat menoleh sebentar pada sang istri.

"Nanti, pas keringin rambut, jangan sampai terlalu kering ya, De. Biar kamu dikira abis mandi junub," kata Ben memberitahu, tanpa lupa memberikan kedipan pada sang istri, yang dibalas tunjukan kepalan tangan dari Dea.

...*...

Meski kesal dengan semua perlakuan Ben dari kemarin malam, Dea tetap mematuhi suaminya kali ini. Keluar dari kamar dengan rambut terurai sepunggung, dalam kondisi setengah basah. Dea berjalan menuju dapur, untuk membantu ibunya menyiapkan sarapan—sesuatu yang jarang dilakukan sejak semakin sibuk bekerja. Mumpung cuti, jadi digunakan sebaik mungkin untuk family time.

"Mama lagi masak apa?" tanya Dea ketika tiba di dapur.

Diana—sang mama—menoleh pada putrinya sebentar, dan langsung tersenyum melihat tampilan Dea pagi ini. Senyum bahagia, haru, dan puas.

"Kemarin abis makan daging banyak, jadi Mama cuman mau masak nasi goreng aja hari ini, De," kata Diana. "Kamu seharusnya nggak usah turun. Tungguin Ben gitu. Mama udah biasa selesaiin ini sendiri, kok."

Dea tidak langsung mengutarakan ketidaksukaannya pada Ben, tetapi ekspresi malasnya tidak bisa berbohong. Dea memilih bersandar pada kabinet bawah, sembari melipat tangan depan dada, hanya memperhatikan Diana memasak nasi goreng dalam jumlah yang lebih banyak dari biasanya. Tidak ada suara dalam ruangan, hanya pertemuan alat masak yang mengisi.

Sampai tiba kedatangan seseorang yang menyebabkan riuh dalam dapur karena bersatu dengan ruang makan.

"Ecie ... yang abis wik—"

Pendaratan sempurna telah dilakukan oleh sandal rumahan Dea ke wajah sang adik. Memotong ucapan Dika begitu saja.

"Belum kapok kamu, jajannya Mbak potong? Mau dipotong lagi?!" ucap Dea tegas, dengan mata melotot.

"Astaga, tuh sifat sama suara, redam dikit kek. Congek si Ben tiap hari dengerin kamu, Mbak."

Dea menggeram rendah sembari menunjukkan kepalan tangannya. Ia bahkan melotot, hanya bisa menyembunyikan segala amarah dalam diri. Tidak mungkin baginya memberitahu keluarga bahwa Ben lah yang membuat telinga Dea selalu berdenging karena terlalu banyak bicara.

Ben masuk ke ruang makan tidak lama kemudian, hampir bersamaan dengan selesaikan masakan. Dea kebagian tugas menyajikan makanan, dan terpaksa harus melayani Ben juga. Ketika Dea memberikan piring untuk suaminya, Dika langsung berdeham kiat seolah tersedak tulang.

Dea segera menyelinap di antara kursi Ben dan Dika, lalu dengan sekali dorongan ke belakang, kepalanya bisa bertemu dengan kepala sang adik. Meski keduanya yang kesakitan, hanya Dika yang meringis sakit sebab dapat tambahan bonus berupa jatuh dari kursi. Dea mengibaskan rambut, merasa penuh kemenangan.

Ben terkekeh pelan, bahkan menunduk melihat bagaimana sikap kakak dan adik itu.

"Dika," panggil Diana. "Panggil Papa sama Mas-mu sana!"

Sembari mengusap keningnya, Dika langsung menuruti perintah sang mama. Dea juga baru saja ingin beranjak ke kursinya yang bersebelahan dengan Dion, tetapi Diana mencegah.

"Di kursinya Dika aja mulai sekarang, De," kata Diana. "Nanti Dika yang duduk di kursi kamu."

"Ma ...." Dea melayangkan protes, tetapi tangannya segera ditarik kuat oleh Ben untuk mengikuti perintah Diana tadi. Alhasil, pria itu—entah sudah berapa kali—mendapatkan pelototan lagi dari sang istri.

"Kamu tiga-satu beneran, De?" tanya Ben. Ia hampir mendapatkan geplakan dari sang istri, tetapi berhasil dicegah oleh Ben. "Kok kayak anak umur 3 setengah tahun?"

Dea semakin melotot.

"Imut, lucu, cantik ... istri aku."

Perempuan itu semakin melebarkan mata, jadi Ben segera mengarahkan telapak tangannya ke depan mata Dea, sampai kelopak istrinya tertutup.

"Nah, gitu, De," ucap Ben setelah menurunkan tangannya.

Ben sudah menutup obrolannya. Entah karena sudah datang anggota keluarga lain, atau sebab ingatan larangan dari sang istri semalam. Lelaki itu menjadi wakil Dea ketika mendapat pertanyaan mengenai sifat perempuan itu.

"Kok nanyain gitu doang, Pa?" Dion bertanya tidak suka. "Dea nyaman abis nikah sama Ben? Gimana sama sifatnya?" Dion memberikan pertanyaan pada sang adik, tetapi hanya dijawab gelengan pelan.

"Nggak papa, Mas," kata Dea dengan lemah.

"Tapi Dea murung—" Ucapan Dion terhenti ketika disenggol kecil oleh Kahar.

"Dia capek, kekurangan tidur semalam. Kamu jangan recoki lagi," kata Kahar.

Dea baru saja akan menggeleng, tetapi Kahar sudah menyodorkan sesuatu ke atas meja.

"Tiket, bulan madu kalian," ucap Kahar dengan senyum puas. "Bilang makasih sama Mas-mu, karena dia yang beliin."

Dea langsung melirik heran pada Dion yang tampak malas. Si sulung langsung makan tanpa memedulikan yang lain.

"Terima kasih, Pak," kata Ben. Ia menerima tiket, dan mengamankannya di atas pangkuan.

Dea melirik sinis pada suaminya, dan dibalas lembut oleh Ben.

"Nanti pasti," kata Ben, seolah ingin menantang sang istri, "Kami bawain oleh-oleh berupa calon cucu."

Terpopuler

Comments

RATNA RACHMAN

RATNA RACHMAN

jangan menyerah ya Ben..entar juga Dea bakaln bucin banget..ya.kan author 🤭😁😁

2023-03-30

0

Sita Kirana

Sita Kirana

ben gemoy banget ya pepet terus ben sampek dea klepek2

2023-03-08

0

💖Yanti Amira 💖

💖Yanti Amira 💖

lanjut thorrr masih penasaran dengan cerita

2023-02-20

0

lihat semua
Episodes
1 1. Mbak Bos
2 2. Beda Jiwa
3 3. Keramasin Istri
4 4. Awal Peperangan
5 5. Janji Teriakan Malam Hari
6 6. Pamer ke Mantan
7 7. Kesempatan dalam Kasur Sempit
8 8. Garansi Jaminan Enak
9 9. Kasur Ambruk
10 10. Intimidasi Dion
11 11. Dijemput Paksa
12 12. Dua Amarah Berbeda
13 13. Sidang Keluarga
14 14. Ulat vs Benalu
15 15. Pemuda Random
16 16. Beda Depan-Belakang
17 17. Tawaran Mantan
18 18. Jebakan Perjanjian Nikah
19 19. Bayaran Suami Kontrak
20 20. Gelisah Pemicu Masalah
21 21. Dinner Suami-Istri
22 22. Efek cemburu dan Kopi
23 23. Sakit Sana-Sini
24 24. Ben Selingkuh!
25 25. Kissmark Antah-berantah
26 26. Mulai Mencari Tahu
27 27. Dalam Lilitan Selimut
28 28. Ajakan yang Sulit Ditolak
29 29. Tentang Dipermalukan
30 30. Menu Istimewa
31 31. Rencana Pensiun
32 32. Kebetulan yang Mencurigakan
33 33. Penyelidikan Gantung
34 34. Cibiran dalam Hati
35 35. Di Pangkuan Ben
36 36. Kecelakaan yang Disengaja
37 37. Calon Penerus Usaha
38 38. Ketidakmampuan Ben
39 39. Perubahan yang Ditakutkan
40 40. Rencana Setelah Perceraian
41 41. Sebuah Jalan Sesat
42 42. Takut Rusak
43 43. Pengakuan Dion
44 44. Pilihan Sulit
45 45. Demi Dea
46 46. Kepergian Ben
47 47. Tentang Peluang
48 48. Valentine yang Terlambat
49 49. Persiapan Dari Awal
50 50. Empat Belas Menit
51 51. Sisi Lain Dea
52 52. Rencana Keguguran
53 53. Perubahan Sikap
54 54. Asumsi Menyebalkan
55 55. Menjalankan Rencana
56 56. Dea Bahagia, Dion Murka
57 57. Di Dua Tempat Berbeda
58 58. Penasaran Berujung Penyelidikan
59 59. Akhir Perdebatan
60 60. Suasana Dramatis
61 61. Mengikuti Ben
62 62. Kesempatan Dion
63 63. Ketidaksabaran Pebinor
64 64. Efek Samping Informasi
65 65. Pikiran Manusia vs Realitas Kehidupan
66 66. Sebelum Penyesalan Mendalam
67 67. Obrolan di Atas Ranjang
68 68. Keputusasaan Dua Manusia
69 69. Tawaran Dea
70 70. Perubahan Sikap
71 71. Putus Asa
72 72. Bukan Pelet Tubuh
73 73. Rencana Kebablasan
74 74. Ketakutan Semua Pihak
75 75. Karakter Asli
76 76. Teman Spesial
77 77. Suasana yang Berbeda
78 78. Kabar Buruk
79 79. Hari penuh Luka
Episodes

Updated 79 Episodes

1
1. Mbak Bos
2
2. Beda Jiwa
3
3. Keramasin Istri
4
4. Awal Peperangan
5
5. Janji Teriakan Malam Hari
6
6. Pamer ke Mantan
7
7. Kesempatan dalam Kasur Sempit
8
8. Garansi Jaminan Enak
9
9. Kasur Ambruk
10
10. Intimidasi Dion
11
11. Dijemput Paksa
12
12. Dua Amarah Berbeda
13
13. Sidang Keluarga
14
14. Ulat vs Benalu
15
15. Pemuda Random
16
16. Beda Depan-Belakang
17
17. Tawaran Mantan
18
18. Jebakan Perjanjian Nikah
19
19. Bayaran Suami Kontrak
20
20. Gelisah Pemicu Masalah
21
21. Dinner Suami-Istri
22
22. Efek cemburu dan Kopi
23
23. Sakit Sana-Sini
24
24. Ben Selingkuh!
25
25. Kissmark Antah-berantah
26
26. Mulai Mencari Tahu
27
27. Dalam Lilitan Selimut
28
28. Ajakan yang Sulit Ditolak
29
29. Tentang Dipermalukan
30
30. Menu Istimewa
31
31. Rencana Pensiun
32
32. Kebetulan yang Mencurigakan
33
33. Penyelidikan Gantung
34
34. Cibiran dalam Hati
35
35. Di Pangkuan Ben
36
36. Kecelakaan yang Disengaja
37
37. Calon Penerus Usaha
38
38. Ketidakmampuan Ben
39
39. Perubahan yang Ditakutkan
40
40. Rencana Setelah Perceraian
41
41. Sebuah Jalan Sesat
42
42. Takut Rusak
43
43. Pengakuan Dion
44
44. Pilihan Sulit
45
45. Demi Dea
46
46. Kepergian Ben
47
47. Tentang Peluang
48
48. Valentine yang Terlambat
49
49. Persiapan Dari Awal
50
50. Empat Belas Menit
51
51. Sisi Lain Dea
52
52. Rencana Keguguran
53
53. Perubahan Sikap
54
54. Asumsi Menyebalkan
55
55. Menjalankan Rencana
56
56. Dea Bahagia, Dion Murka
57
57. Di Dua Tempat Berbeda
58
58. Penasaran Berujung Penyelidikan
59
59. Akhir Perdebatan
60
60. Suasana Dramatis
61
61. Mengikuti Ben
62
62. Kesempatan Dion
63
63. Ketidaksabaran Pebinor
64
64. Efek Samping Informasi
65
65. Pikiran Manusia vs Realitas Kehidupan
66
66. Sebelum Penyesalan Mendalam
67
67. Obrolan di Atas Ranjang
68
68. Keputusasaan Dua Manusia
69
69. Tawaran Dea
70
70. Perubahan Sikap
71
71. Putus Asa
72
72. Bukan Pelet Tubuh
73
73. Rencana Kebablasan
74
74. Ketakutan Semua Pihak
75
75. Karakter Asli
76
76. Teman Spesial
77
77. Suasana yang Berbeda
78
78. Kabar Buruk
79
79. Hari penuh Luka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!