Bab 3 : Mendadak Jadi Istri

Sabrina terlihat merenggangkan otot tangannya usai menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Evan selaku atasannya yang rese dan sok kecakepan.

Sore ini Sabrina harus pulang ke rumah orang tuanya di kawasan Bintaro sesuai dengan permintaan Sofie—ibunya tempo hari.

Entah ada hal apa lagi yang akan disampaikan oleh ibunya nanti ketika ia tiba di rumah. Karena menurut yang sudah-sudah, Sofie kalau menyuruh Sabrina pulang ke rumah pasti ada-ada saja hal yang mengejutkan yang akan Sabrina hadapi.

"Semoga saja Ibu gak aneh-aneh kali ini," ucap Sabrina sambil merapikan kerjanya.

Sementara di dalam ruangan Bosnya masih belum ada pergerakan sama sekali. Entah penghuni ruangan itu molor atau masih bekerja. Yang jelas Sabrina mau pulang sekarang juga karena takut kemalaman tiba di kediaman orang tuanya.

Tidak terasa juga sudah dua pekan sejak kejadian batalnya pernikahannya yang sudah di depan mata.

Sabrina tau kalau kedua orang tuanya pasti sedih saat mengetahui fakta itu. Apalagi hal yang sama sampai berulang tiga kali.

Rasanya Sabrina ini bagai wanita yang tidak memiliki standar kualifikasi yang mumpuni untuk dijadikan istri seseorang.

Padahal kalau dari segi fisik apalagi wajah, dia tidak jelek-jelek amat. Masih bisa lah dibawa arisan, tidak malu-maluin.

Sabrina bangkit dari duduknya kemudian berjalan ke arah pintu ruangan Evan yang masih tertutup.

Saat wanita itu menjulurkan tangannya untuk mengetuk pintu, Sabrina sudah lebih dulu muncul di hadapannya dan membuka pintu.

"Eh, maaf. Saya baru mau ngetuk," ucap Sabrina—hampir saja menyentuh wajah Evan dengan punggung tangannya yang siap mengetuk pintu.

"Kamu sudah mau pulang?" tanya Evan.

"Iya, Pak. Ini sudah jam pulang saya. Bisa?" kata Sabrina.

"Silakan," jawab Evan singkat.

Sabrina pun mengangguk paham kemudian langsung pamit dari hadapan Bosnya yang tampak aneh sore ini. Biasanya pria itu akan menyuruhnya mengerjakan banyak hal sebelum pulang. Tapi kali ini, Evan bersikap seperti atasan idaman dan baik hati.

Namun Sabrina tidak ambil pusing. Malah bagus kalau begitu, ia jadi bisa segera berangkat ke tempat orang tuanya.

Sabrina hanya berharap semoga saja sikap Evan yang barusan akan terus berlanjut ke depannya. Capek juga kalau setiap hari pria itu selalu saja mencari-cari celah untuk menindasnya meskipun dengan dalih kalau Sabrina harus dites kemampuannya selama bulan pertama bekerja sebagai sekretaris.

Selang empat puluh menit lamanya, Sabrina sudah tiba di depan rumah kedua orang tuanya.

Tapi ada yang aneh dengan keadaan di sana. Ada sanak keluarga Sabrina, juga beberapa sepupunya yang datang.

"Ada apa ya?" gumam Sabrina seraya mengayun langkah masuk rumah usai turun dari mobil.

Di sana sudah ada Sofie sang ibu yang menyambut kedatangan Sabrina dengan senyum merekah. "Akhirnya anak Ibu yang cantik dan manis ini datang. Lama banget sih?" ujar wanita paruh baya itu.

Sofie langsung menggandeng tangan Sabrina masuk rumah, menuju kamar tidur sang putri.

Sabrina jadi bertanya-tanya dalam hati, ada apa dengan ibunya. Dan... mengapa di rumah orang tuanya ada banyak orang?

Sebenarnya ada acara apa?

"Bu, ini kenapa jadi rame banget sih?" tanya Sabrina yang tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.

Namun Sofie malah tersenyum simpul lalu segera membuka pintu kamar tidur putrinya dan mengkode Sabrina untuk masuk.

Sabrina menghela napas sejenak kemudian menurut saja apa perintah ibunya.

Di dalam, rupanya ada sejumlah orang yang tampaknya sudah menunggu Sabrina.

"Lo, mereka siapa Bu?" Sabrina jadi semakin penasaran dibuat ibunya.

Pertama ada banyak orang di rumah macam orang yang akan hajatan. Padahal kan rencana hajatan yang akan digelar sudah dibatalkan dua pekan lalu.

"Udah, sana kamu mandi dulu habis itu didandani sama Mbak Ajeng. Oke anak manis?" ujar Sofie yang menggiring putrinya masuk kamar mandi yang ada di kamar.

"Tapi Bu ini—" Sabrina tidak diberi kesempatan untuk memprotes.

"Udah sana, nurut sama ibu!" seru Sofie tidak mau dibantah membuat Sabrina tidak ada pilihan lain selain menurut saja.

Sambil menunggu Sabrina bersiap, Sofie meminta Ajeng, orang yang ditugaskan untuk mendandani Sabrina untuk memungut berdua dengan asistennya di kamar sementara Sofie pamit ke depan sebentar untuk memastikan semua sudah siap.

Sekitar lima puluh menit kemudian, Sabrina yang berada di kamar sudah cantik dengan balutan kebaya putih dan hiasan rambut simpel dengan bunga melati.

Meskipun awalnya Sabrina menolak dengan tegas untuk didandani ala pengantin itu, namun pada akhirnya Sabrina kalah karena Sofie yang memintanya sampai memohon.

Kalau sudah begitu, Sabrina tidak bisa apa-apa. Meskipun ia bukan anak yang soleha amat, namun Sabrina sangat menyayangi ibu dan bapaknya. Bagi Sabrina, melihat kebahagiaan di wajah orang tuanya adalah hal yang berharga dan tidak ternilai harganya.

Diminta pulang ke rumah hanya untuk dinikahkan dengan seseorang yang sama sekali tidak dikenalnya, membuat Sabrina harus berlapang dada.

Ia tidak ada pilihan. Sabrina hanya berharap kalau pria yang dijodohkan oleh orang tuanya bukanlah bandot tua yang sudah uzur. Atau duda dengan banyak anak.

Sabrina bisa mengerti bagaimana perasaan orang tuanya. Tiga kali anak gadis mereka harus mengalami gagal menikah, tentu saja satu pukulan berat bagi Sofie dan Andri. Belum lagi cemoohan dari keluarga dan tetangga yang mulutnya pedas mengalahkan pedasnya Boncabe level sepuluh.

Sabrina bisa memahami kondisi orang tuanya. Ia berharap dengan menuruti permintaan mereka, Sabrina bisa sedikit mengurangi beban mental yang ditanggung oleh kedua orang tuanya.

Dan... di sinilah Sabrina berada. Di depan penghulu dan saksi ijab kabul yang sebentar lagi akan dilaksanakan.

"Brin, kamu jangan tegang dong, Nak. Santai saja," ucap Sofie menenangkan putrinya.

"Bagaimana aku gak tegang, Bu. Ini saja aku gak tau lo calon suamiku gimana bentukannya?" balas Sabrina dengan suara pelang agar orang di sekitarnya tidak mendengarkan percakapannya dengan Sofie.

"Tenang saja. Pokoknya pilihan ibu sama bapak kamu itu gak akan mengecewakan!" ujar Sofie kemudian menepuk pundak sang putri pelan. Setelahnya Sofie kembali ke tempatnya duduk—bergabung bersama sanak keluarga yang lain.

Beberapa saat kemudian, Andri—Bapaknya Sabrina sudah mengambil tempat duduk di sebelah penghulu.

Sabrina meremas ujung kebayanya saat mendengar sang calon mempelai pria sudah tiba dan sebentar lagi akan duduk di sebelahnya untuk melaksanakan ijab kabul.

Wanita yang tampak cantik meskipun dengan riasan sederhana saja itu tidak mau mengangkat wajahnya sedikit pun saat merasakan seseorang duduk di sebelahnya yang tidak lain adalah calon suaminya.

Sabrina pasrah saja. Apapun bentukannya, Sabrina akan ikhlas menerima.

Dan seperti berada dalam mimpi, tiba-tiba saja Sabrina mendengar seruan yang mengatakan 'SAH' di ruangan itu.

Benarkah saat ini ia sudah benar-benar menjadi istri? Apa ini bukan mimpi? Secepat dan semendadak itu dia langsung menyandang status sebagai istri?

Lalu tiba-tiba saja Sabrina baru ingat kalau ia beberapa hari lalu menandatangani kontrak kerja dengan perusahaan milik Evan yang menyebutkan bahwa ia tidak boleh punya pasangan selama masa kontrak.

'Aduh, Sabrina. Gimana ini, lu kok bisa seceroboh ini sih?" ucap Sabrina dalam hati merutuki dirinya sendiri. Bagaimana ia menjelaskan pada pria yang sudah jadi suaminya soal kontrak kerjanya?

Apa suaminya ini bersedia untuk menyembunyikan hubungan mereka selama kontrak kerja. Sabrina masih berjalan?

Wanita itu berdecak kesal. Ini semua gara-gara ibunya yang mendadak menikahkannya tanpa ada pembicaraan terlebih dahulu.

"Nah sekarang waktunya saling bertukar cincin!" Perkataan salah satu orang yang dituakan di sana membuat Sabrina kembali ke dunia nyata setelah sejak tadi ia sibuk dengan pemikirannya sendiri.

Sabrina sampai lupa kalau dia saat ini tengah berada di acara ijab kabulnya.

Namun saat Sabrina mengangkat wajahnya, betapa wanita itu tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya.

Apa belum cukup kejutan yang terjadi malam ini di rumah orang tuanya dengan memaksanya untuk menikah?

Ini... ada sosok pria yang sangat ia benci dan sama sekali tidak ada daftar pria di muka bumi ini yang akan ia jadikan pasangan.

"Ka-kamu... eh maksudnya Pak Evan kenapa bisa ada di sini?" tanya Sabrina dengan mata melotot—syok.

"Saya adalah pria yang baru saja mengucap ijab kabul di depan Bapakmu dan juga semua orang yang ada di sini. Kita suami istri sekarang," jelas pria tampan yang mengenakan jas hitam dan memakai peci hitam itu.

Sabrina langsung menganga—tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.

Pria itu bilang apa tadi? Mereka adalah suami istri sekarang? Dalam semalam ia mendadak menikah dan parahnya lagi dia menjadi istri dari Evan. Musuhnya!

Apa hidupnya se-drama ini ya?

Mendadak kepala Sabrina pusing, lalu... Sabrina pun langsung jatuh pingsan di sana.

...----------------...

...--bersambung--...

Terpopuler

Comments

martina melati

martina melati

terkejut langsung syok... akhirny jd pingsan deh... gk dsangka2...

2024-10-24

0

JR Rhna

JR Rhna

bingung deh..

2023-03-03

0

Mariam R RIa

Mariam R RIa

suka ceritanya Thor

2023-01-06

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Dunia yang Selebar Daun Kelor
2 Bab 2 : Harus Profesional
3 Bab 3 : Mendadak Jadi Istri
4 Bab 4 : Malam Pertama
5 Bab 5 : Setelah Menikah
6 Bab 6 : Hari Pertama di Rumah Evan
7 Bab 7 : Mobil untuk Sabrina
8 Bab 8 : Teman Baru
9 Bab 9 : Makan Siang dari Evan
10 Bab 10 : Bertemu Sahabat
11 Bab 11 : Berbagi Cerita
12 Bab 12 : Bertemu Mantan Dajjal
13 Bab 13 : (Hanya) Mandi Bersama
14 Bab 14 : Rasa yang Tidak Terucapkan
15 Bab 15 : Di Balik Keceriaan Sabrina
16 Bab 16: Ngedate Setelah Menikah
17 Bab 17 : Berbicara Hati ke Hati
18 Bab 18 : Kedatangan Mertua
19 Bab 19 : Masih Belum Percaya
20 Bab 20 : Cinderella Menunggangi Kuda
21 Bab 21 : Menantu Idaman
22 Bab 22 : Rencana Honeymoon
23 Bab 23 : Kerisauan yang Tersembunyi
24 Bab 24 : Modusnya Evan
25 Bab 25 : Karena Mimpi Buruk
26 Bab 26 : Yang Dirahasiakan Evan
27 Bab 27 : Kecewa
28 Bab 28 : Upaya Evan
29 Bab 29 : Kena Mental
30 Bab 30 : Jahilnya Evan
31 Bab 31 : Salah Paham
32 Bab 32 : Belum Percaya Sepenuhnya
33 Bab 33 : Menjenguk Riana
34 Bab 34 : Dugaan
35 Bab 35 : Evan yang Seperti Bunglon
36 Bab 36 : Lu, Gua Sudah End!
37 Bab 37 : Didekati Mantan
38 Bab 38 : Gara-gara Chat Riana
39 Bab 39 : Kesalnya Riana
40 Bab 40 : Pertengkaran
41 Bab 41 : Keputusan Evan
42 Bab 42 : Gagal Bertemu Riana
43 Bab 43 : Penebusan Salah
44 Bab 44 : Memanjakan Istri
45 Bab 45 : Nekatnya Riana
46 Bab 46 : Ke Rumah Riana
47 Bab 47 : Bijaknya Sabrina
48 Bab 48 : Rahasia yang Disimpan Evan
49 Bab 49 : Curhat dengan Delisa
50 Bab 50 : Uneg-uneg Sabrina
51 Bab 51 : Gangguan Mantan
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Bab 1 : Dunia yang Selebar Daun Kelor
2
Bab 2 : Harus Profesional
3
Bab 3 : Mendadak Jadi Istri
4
Bab 4 : Malam Pertama
5
Bab 5 : Setelah Menikah
6
Bab 6 : Hari Pertama di Rumah Evan
7
Bab 7 : Mobil untuk Sabrina
8
Bab 8 : Teman Baru
9
Bab 9 : Makan Siang dari Evan
10
Bab 10 : Bertemu Sahabat
11
Bab 11 : Berbagi Cerita
12
Bab 12 : Bertemu Mantan Dajjal
13
Bab 13 : (Hanya) Mandi Bersama
14
Bab 14 : Rasa yang Tidak Terucapkan
15
Bab 15 : Di Balik Keceriaan Sabrina
16
Bab 16: Ngedate Setelah Menikah
17
Bab 17 : Berbicara Hati ke Hati
18
Bab 18 : Kedatangan Mertua
19
Bab 19 : Masih Belum Percaya
20
Bab 20 : Cinderella Menunggangi Kuda
21
Bab 21 : Menantu Idaman
22
Bab 22 : Rencana Honeymoon
23
Bab 23 : Kerisauan yang Tersembunyi
24
Bab 24 : Modusnya Evan
25
Bab 25 : Karena Mimpi Buruk
26
Bab 26 : Yang Dirahasiakan Evan
27
Bab 27 : Kecewa
28
Bab 28 : Upaya Evan
29
Bab 29 : Kena Mental
30
Bab 30 : Jahilnya Evan
31
Bab 31 : Salah Paham
32
Bab 32 : Belum Percaya Sepenuhnya
33
Bab 33 : Menjenguk Riana
34
Bab 34 : Dugaan
35
Bab 35 : Evan yang Seperti Bunglon
36
Bab 36 : Lu, Gua Sudah End!
37
Bab 37 : Didekati Mantan
38
Bab 38 : Gara-gara Chat Riana
39
Bab 39 : Kesalnya Riana
40
Bab 40 : Pertengkaran
41
Bab 41 : Keputusan Evan
42
Bab 42 : Gagal Bertemu Riana
43
Bab 43 : Penebusan Salah
44
Bab 44 : Memanjakan Istri
45
Bab 45 : Nekatnya Riana
46
Bab 46 : Ke Rumah Riana
47
Bab 47 : Bijaknya Sabrina
48
Bab 48 : Rahasia yang Disimpan Evan
49
Bab 49 : Curhat dengan Delisa
50
Bab 50 : Uneg-uneg Sabrina
51
Bab 51 : Gangguan Mantan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!