Pergi ke taman

Pagi ini Dira dan Desi sudah sibuk menyiapkan sarapan untuk mereka bertiga. Mega sendiri belum bangun tidur, pada hal semalam dia yang paling sibuk ingin liburan tapi sekarang ia yang malah masih anteng di kasur.

"Kak, apa gak lebih baik kita liburannya ke pantai aja ya? Atau ke taman yang dua tahu lalu di resmikan itu, di sana ada danau buatannya. Bawa bekel trus nanti gelar tiker di deket danau. Makan siang di sana sekalian ngadem, kan lebih seru," ucap Desi mengeluarkan apa yang ada di hatinya.

Sudah lama ia ingin ke taman yang baru dua tahun di bangun itu. Banyak warga yang menghabiskan waktu akhir pekan di sana, bahkan ada taman bermain untuk anak-anaknya.

Ada spot olah raga, jalan untuk pesepeda dan pejalan kaki ada sendiri. Bahkan tempat parkir di jamin aman karena memang ada petugas yang selalu berjaga di sana untuk memastikan keamanan dan kebersihan taman itu.

Desi sudah lama ingin ke tempat itu, namun apalah daya ia yang selalu sibuk bekerja di warung bersama Dira dan Mega. Kalaupun waktu mereka libur pasti akan lebih menghabiskan waktu untuk malas-malasan saja.

Kini Desi memberanikan diri untuk mengatakan keinginannya yang sudah lama ia pendam.

"Kakak sih ayo ayo aja, coba tanya Mega. Kalo dia mau, sekalian kita siapin bekal untuk di sana," kata Dira sembari menggerakkan spatula menyampur sayuran di wajan.

"Beneran kak? Kita mau pergi kesana?" Girang Desi yang merasa mendapatkan angin segar dari Dira.

"Iya, bilang sama Mega dulu sana. Nanti sore pulang dari taman baru kita singgah ke mall."

Dengan kecepatan penuh, Desi bergerak meninggalkan dapur menuju lantai dua di mana kamar mereka dan segala kebutuhan pribdai mereka berada.

Dira yang melihat semangat Desi yang sangat menggebu karena keinginannya terkabul hanya geleng kepala saja. Kembali ia menyibukkan diri dengan kegiatannya.

"Kalo ke taman enaknya sambil makan puding susu biar lebih seger, untuk cemilan tambahannya apa ya? Biskuit aja lah biar cepet."

Dira mendekati lemari di mana beberapa bahan-bahan yang di butuhkannya di simpan.

Tidak lama Desi dan Mega datang ke dapur bersamaan. Bahkan penampilan Mega masih terlihat acak-acakan baru bangun tidur.

Dira menoleh saat merasakan ada yang mendekat ke dapur.

"Kamu belum mandi Meg?" Tanya Dira menghentikan kegiatannya sejenak kala melihat penampilan Mega.

"Jangankan mandi, cuci muka aja gak." Bukan Mega yang menjawab melainkan Desi.

"Astaga Mega, tumbenan kamu baru bangun tidur. Biasanya walaupun gak buka warung kamu selalu bangun cepat," kata Dira.

"Walaupun tetep rebahan sambil main ponsel ya kak." Desi sedikit menyinggung kebiasaan Mega yang kalau bangun tidur selalu pegang ponsel yang utama.

"Magerrrr." Mega buka suara setelah menguap.

"Kita mau ke taman dulu nih jadinya, sorean baru ke mall." Dira mengutarakan apa yang baru saja mereka rencanakan.

"Buat lah buat, aku sih is ok wae," sahut Mega sembari mengangkat jempolnya dengan tangan yang berada di atas meja.

"Ya udah mandi kamu sana, nanti jam 9 kita berangkat supaya bisa santai lebih lama. Sebentar lagi kita sarapan," ucap dira kembali sibuk dengan kegiatan yang sempat terhenti tadi.

Mega berdiri dengan malasnya bahkan wajahnya terlihat masih mengantuk. Tapi tidak mungkin ia tidak pergi mandi dan bersiap juga.

Setelah beberapa saat mereka bertiga sarapan bersama dan kemudian mulai kembali menyiapkan bekal yang akan di bawa untuk ke taman.

pukul sepuluh kurang semua persiapan mereka selesai. Kini giliran Dira yang bersiap berganti pakaian. Tidak mungkin ia mengenakan pakaian yang tadi karena sudah bau segala bumbu dapur dan terkena tepung saat membuat biskuit tadi.

Semua sudah siap dan akan berangkat, bahkan taksi online pesanan mereka sudah hampir sampai. Tapi sesuatu malah membuat ke dua gadis yang sedang bersiap itu heran adalah Mega yang tiba-tiba batal ikut.

"Aku gak ikut deh kayaknya," kata Mega membuat Dira dan Desi menatapnya heran.

"Loh, kok gitu?" kedua alis Dira mengkerut heran.

"Perutku gak enak nih, kayaknya karena kebanyakan makan tadi." Dira dan Desi saling pandang tidak percaya.

Pasalnya mereka sangat tahu kalau tadi porsi makan Mega biasa saja dan normal-normal saja seperti biasanya. Jadi di mana letak banyak makannya batin kedua gadis itu.

"Kalo gitu kita gak jadi pergi aja deh." Putus Dira yang tidak ingin meninggalkan temannya yang sedang sakit.

"Kok gitu Dir? Kasihan Desi, udah lama pengen ke sana tapi malah kamu batalin." Mega mencari alasan agar teman-temannya tetap pergi tanpa dirinya.

"Tapi kamu kan sakit, gak mungkinlah kami tinggalkan." Kekeh Dira.

"Cuma gak nyaman di perut Dira, bukan sakit parah. Lihat, Desi jadi sedih." Mega berbisik pada Dira seraya melirik Desi yang sudah menunduk dengan wajah murungnya.

"Kalo kak Mega gak bisa mending lain kali aja kak. Mungkin bulan depan kita bisa ke sana setelah acara wisuda kak Dira, yang penting kak Mega sembuh dulu." Desi tersenyum tapi malah terasa menyakitkan bagi kedua gadis yang melihatnya.

Mega melotot pada Dira yang berdiri tepat di hadapannya memperingatkan gadis itu kalau ucapan Dira baru saja menghancurkan keinginan besar Desi.

"Kalian pergi aja, jangan khawatirkan sama aku. Nanti aku bisa minta tolong Yoga supaya ke sini bawain obat." Mega meyakinkan Dira agar pergi saja tanpa memikirkannya.

"Kamu yakin?" tanya Dira lagi.

"Gak pernah seyakin ini, udah sana." Mega mendorong Dira agar segera pergi.

Dira menghela napas panjang dan akhirnya pergi bersama Desi.

"Hati-hati di jalan, santai-santai aja gak usah mikirin aku. Jangan lupa kunci pintu juga." Mega melambaikan kedua tangannya pada Dira dan Desi.

Setelah kedua temannya tidak terlihat Mega buru-buru naik ke lantai dua dan masuk kamar mengintip sesuatu yang terjadi di sana.

"Untung gak ketahuan."

Mega tersenyum riang dan kembali rebahan di kamarnya sembari kembali bermain ponsel.

Sedangkan di luar, setelah menutup dan mengunci pintu ruko mereka menunggu sejenak.

"Maaf Nak, apa kalian gak buka warung?" Suara seorang mengagetkan Dira dan Desi.

"Eh, Nenek yang kemarin kan?" Seru Dira kala mengingat siapa wanita tua di hadapannya ini.

"Iya, Nenek mau makan di sini lagi. Apa kalian udah gak buka warung lagi?"

Nenek Ira yang sengaja datang cepat cukup kaget kala mendapati warung tempatnya makan sekaligus mendapatkan kandidat calon cucu mantu tutup.

"Oh enggak Nek, kami mau jalan-jalan ke taman kota. Libur sehari, besok buka lagi kok warungnya," jawab Dira seraya tersenyum manis.

"Gitu ya? Nenek kira kalian gak akan buka lagi." Lega nenek Ira.

"Kami memang terkadang tutup warung untuk istirahat walau sehari, karena butuh liburan juga Nek," jelas Dira.

"Iya ya, kalian mau ke taman mana? Nenek boleh ikut?" Nenek Ira berharap ia boleh bergabung.

"Wah boleh banget Nek, kita malah seneng kalo nenek mau ikut. Biar jadi lebih rame," kata Desi senang dan di angguki Dira.

"Ayo Nek, taksinya udah dateng." Ajak Dira kala taksi yang mereka pesan sudah tiba.

Nenek Ira ikut naik taksi tanpa ragu, meski ia memiliki mobil sendiri yang sebenarnya mengikutinya dari jarak yang lumayan aman. Dan mereka bertiga meninggalkan ruko menuju taman.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!