Saat kembali ke mushola tempatnya mengajar ngaji, anak-anak masih sibuk deres atau belajar satu sama lainnya. Dengan cara saling mengingatkan.
Tapi dari sekian banyak anak-anak yang ada, pak Moh tidak menemukan anaknya sendiri.
"Kemana Nada?" tanya pak Moh pada anak-anak yang lain.
"Mbak Nada..."
"Hush diem!"
"Jangan bilang-bilang."
Anak-anak saling bersahutan tapi tidak ada yang menjawab pertanyaan dari pak Moh.
"Kemana Nada?" tanya pak Moh sekali lagi.
Semuanya terlihat saling pandang satu sama lain. Tapi tetap tidak ada yang menjawab pertanyaan dari pak Moh. Mungkin mereka takut jika menjawabnya, maka besoknya akan didiamkan oleh Nada.
Siti Taskiyatun Nada Abdullah, atau biasa disebut Nada. Dia adalah anak pertama Pak Moh dengan istrinya, Siti Aminah.
Nada yang masih berumur kurang dari delapan tahun, sangat senang jika bermain ke sungai. Kadang-kadang pergi ke kebun atau alas, untuk memanjat pohon jambu dan mencari buah salam yang matang. Untuk dimakan dan dibagi-bagi dengan teman-temannya yang lain. Dia anak perempuan, tapi berkelakuan mirip anak laki-laki.
Nada Lebih suka memakai celana, dari pada rok seperti layaknya anak-anak perempuan yang lain. Jika anak-anak seusianya lebih suka main boneka dan masak-masakan, Nada lebih suka main kelereng, layangan maupun memancing ke sungai. Bahkan dia sering meminta ikut pak Moh jika pergi nyuloh. Yaitu mencari ikan pada malam hari di sungai, atau belut di sawah yang berair.
Pak Moh sudah sering melarang, tapi Nada selalu punya cara untuk bisa ikut tanpa perlu meminta ijin. Dia selalu bisa membuat pak Moh untuk menganggukkan kepala, untuk setiap permintaannya, dari pada mengeleng untuk menolaknya.
Itulah sebabnya banyak anak-anak yang segan dan terkesan takut padanya. Padahal sebenarnya Nada tidak pernah marah. Dia hanya akan marah jika ada yang memanggil dirinya Ning. Nada juga sama seperti bapaknya sewaktu muda, tidak suka dipanggil Gus, dan lebih suka dipanggil mbak atau Nada tanpa embel-embel lain.
"Tidak ada yang mau menjawab?" tanya pak Moh sekali lagi.
Anak-anak terlihat mengeleng dengan kompaknya. Mereka semua diam dan tidak mengatakan ke mana Nada pergi. Tapi pak Moh sepertinya tahu, di mana anaknya itu sekarang berada.
"Ya sudah, kita lanjutkan mengaji saja. Tapi karena waktunya sudah mendekati magrib, kita ngajinya barengan. Menghafal surat-surat pendek saja ya," kata pak Moh mengusulkan.
Anak-anak mengangguk setuju. Sebab waktu magrib memang sebentar lagi. Mereka juga lebih senang jika ngaji bareng, jadi yang bacaannya tidak begitu lancar, tidak ketahuan. Mungkin begitu pikir mereka.
Usai mengajar ngaji dan waktu magrib tinggal menunggu waktunya, pak Moh pulang terlebih dahulu untuk mencari Nada. Siapa tahu sudah pulang dan ada di rumah, karena takut kembali ke mushola.
"Assalamualaikum Warahmatullah..." Pak Moh mengucap salam sebelum masuk ke dalam rumah.
"Waallaikumsalam Warahmatullah," jawab istrinya, yang sedang mengendong anaknya yang paling kecil. Siti Najwa Abdullah, biasa dipanggil Najwa atau Wawa. Dia masih berusia satu tahun.
Ada satu lagi anaknya yang berusia empat tahunan, Siti Anisa Abdullah, biasa dipanggil Nisa. Sekarang ini Nisa sedang duduk di bale-bale dekat ibunya, yang sedang mengendong Wawa.
Jadi anak-anak pak Moh ada tiga dan semuanya adalah perempuan. Tapi pak Moh sudah sangat bahagia, sebagaimana sebuah hadits menyebutkan jika, di memiliki anak perempuan itu juga mendatangkan kebahagiaan dan pintu masuk surga. Bukan hanya keutamaan anak laki-laki saja.
***
Sebuah kisah menyebutkan jika, Jabir ibn Abdullah melaporkan bahwa Nabi Muhammad SAW kembali bersabda: "Siapa pun yang memiliki tiga anak perempuan dan dia mengakomodasi mereka, menunjukkan belas kasihan kepada mereka, dan mendukung mereka, surga pasti dijamin untuknya."
Ini bukan hanya untuk tiga anak perempuan, tapi dua atau satu sama saja. Asalkan cara mendidiknya benar menurut ajaran Islam.
Salah satu peran ayah menurut islam untuk anak perempuan, adalah menjadi panutan yang memiliki kasih sayang.
Ayah dan ibu memiliki peran penting masing-masih dalam tumbuh kembang anak-anaknya. Bila ayah menunjukkan dunia, ibu akan memberikan cara bagaimana untuk hidup di dunia. Jika ibu tampil dengan sosok lembut, ayah biasanya akan tampak memiliki karakter yang bijaksana dan penyayang.
Dalam islam, ayah memiliki peran khusus untuk anak perempuan. Di sinilah perlu kedekatan spiritual, emosi, dan juga fisik dengan seorang ayah. Idealnya, ayah selalu dekat dengan anak perempuan sehingga anak merasa aman, nyaman, dan bisa berkomunikasi dengan harmonis. Seorang gadis akan terarah kehidupan akhirat dan dunianya, ketika ayahnya selalu dekat di hatinya.
Syaikh Abdul Mun’im Ibrahim dalam kitabnya Tarbiyatul Banaat fil Islam mengatakan, salah satu cara orang tua memenuhi kebutuhan emosional anak perempuan, adalah seperti yang dicontohkan langsung oleh Rasulullah. Yaitu memberikan keyakinan kepada anak perempuan, bahwa dirinya adalah bagian dari sang ayah.
Ketika si anak marah karena sesuatu yang benar, maka sang ayah juga akan mendukungnya, jika si anak bahagia, maka sang ayah juga akan merasa bahagia. Begitu seterusnya.
Itulah kenapa, seorang anak perempuan juga bisa menjadikan jalan menuju surga bagi kedua orang tuanya kelak pada hari akhir.
***
"Nada kemana Bu?" tanya pak Moh begitu melihat-lihat seisi rumah, tapi tidak terlihat juga anaknya yang besar.
"Lho, tadi kan pergi ngaji Pak," jawab istrinya bingung.
"Berarti tidak ada di rumah ya?" tanya pak Moh lagi, tanpa meminta penjelasan lebih.
"Ya sudah. Aku mau cari Nada dulu, Assalamualaikum Warahmatullah," pamit pak Moh, kemudian melangkah keluar rumah lagi.
"Waallaikumsalam Warahmatullah," jawab ibu Aminah dengan mengelengkan kepalanya. Dia tahu jika Nada pasti berbuat ulah, dan tidak datang ke musholla untuk ikut mengaji.
"Ke sungai apa kebun ya? Atau ke sawah?" pak Moh bingung, harus mencari ke mana dulu anaknya itu.
Dia ingin pergi ke sawah, tapi itu terlalu jauh. Jadi dia putuskan untuk pergi ke kebun kelapa miliknya. Di sana banyak tumbuh pohon salam yang sedang berbuah. Mungkin saja Nada pergi naik pohon salam, untuk mengambil buahnya yang sudah matang dan memerah dengan sempurna. Sungguh mengiurkan Nada pastinya.
Sesampainya di kebun kelapa, pak Moh mengedarkan pandangannya ke atas. Di antara pohon salam, yang banyak tumbuh dengan lebatnya.
Ternyata memang ada Nada di atas sana. Dia asyik memetik buah salam, dan dimasukkan kedalam kantong plastik besar yang dia bawa.
"Ada yang bisa kasih bapak buah salam?" tanya pak Moh, dengan suara yang dibuat seseram mungkin. Dia juga berlindung di balik pohon kelapa yang masih pendek, jadi tubuhnya tertutup daun kelapa, dan tidak terlihat oleh Nada dari atas sana.
Nada yang sedang asyik dengan aktivitasnya, tentu saja sangat kaget. Dia juga baru sadar jika hari sudah menjelang magrib. Dia takut jika suara yang dia dengar itu adalah suara makhluk penunggu kebun, seperti yang sering diceritakan oleh orang-orang kampung.
Dengan gerakan cepat, Nada segera turun dan berlari ke arah rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Machan
nah kan, dikerjain bapakmu kawus koe🤣🤣
2022-12-31
1
Machan
waaah, anak pak moh pasti cantik"
sayang, yang sebiji kek aku tomboi😁😁😁
2022-12-31
0
Machan
bocah nakal yo🤣🤣
2022-12-31
0