Bab 5 Siapa yang membunuhnya

Pagi hari Tuan Ahmet ditemukan tidak bernafas. Suasana di dalam istana lalu menjadi gaduh dan mencekam.

Arga masuk kedalam kamar Tuan Ahmet, ketika seorang pelayan berteriak histeris.

"Panglima Arga! Tuan...Tuan Ahmet...." Sang pelayan menabrak Arga dan mengatakan hal yang membuat Arga kaget.

"Ada apa? Katakan? Kenapa dengan Tuan Ahmet?" Arga pura-pura panik. Wajahnya sangat serius dan sorot matanya mencekam tajam.

"Tuan Ahmet, dikamarnya...tapi dia... tak bergerak," Sang pelayan gemetar dan sangat panik.

"Apa!? Aku akan segera kesana. Dan jangan menyebarkan berita apapun sampai aku memberi perintah!" Tegas Arga lalu bergegas ke istana.

Sang pelayan berurai air mata karena ketakutan. Dia yang pertama kali melihat jasadnya. Maka itu bukanlah hal yang mudah karena dia akan saksi disidang istana andai kata sang raja meninggal secara tidak wajar.

Dan tanpa sengaja menabrak pelayan Almira, gadis cantik namun sangat licik dan berhati jahat. Semua pelayan tahu siapa dia, penjilat nomor satu di istana ini. Tidak ada yang menyukainya dan berteman dengannya.

"Kenapa dengan wajahmu? Kau nampak pucat pasi? Kau melihat hantu?" Almira berkata dengan nada sinis pada semua orang.

"Ti...tidak....aku...." Pelayan itu segera teringat jika dia tidak boleh mengatakan apapun pada orang lain sampai panglima Arga memberi perintah.

"Katakan. Kau seperti menyembunyikan sesuatu dariku," kata Almira yang sangat cerdik dan bisa membaca mimik wajah orang yang ada dihadapannya.

"Tidak. Aku tidak menyembunyikan apapun darimu," sang pelayan ketakutan. Dia ingin menghindar tapi tangan Almira mencengkeram pergelangan tangannya dengan kuat dan menyeretnya lalu memepetnya ke tembok.

"Katakan....kau tahu siapa aku? Atau kau akan mengalami seperti yang dialami pelayan lain karena tidak patuh padaku," kata Almira yang sekarang melayani Pangeran Aslan dan menjadi orang kepercayaannya.

"Ba....baiklah. Akan saya katakan," Pelayan itu nampak ketakutan. Dia tidak mau dikurung di kamar bawah tanah dalam gelap oleh Almira. Karena kekuasaan yang diberikan padanya dan kedekatannya pada Pangeran Aslan membuatnya bertindak semena-mena pada pelayan lainnya. Seakan suatu saat dia akan menjadi ratu di istana ini.

"Cepat katakan. Aku tidak punya banyak waktu!" Ancam Almira tegas dan menekan leher pelayan itu.

"Lepaskan tanganmu. Akan aku katakan," kata pelayan itu yang merasa kesakitan karena tekanan di lehernya.

"Cepat!"

"Tuan Ahmet....Tuan Ahmet...tidak bergerak,"

"Apa maksudmu tidak bergerak? Katakan dengan jelas!"

"Dia...dia tidak bernafas...." Pelayan itu tertunduk karena ketakutan. Jelas sekali terlihat dia gemetar hingga ke kakinya.

"Apa!? Kau yakin?" Almira sangat terkejut sekaligus senang. Entah apa yang di pikirkan didalam hatinya seakan dia malah senang dengan berita ini.

Artinya, pangeran Aslan akan naik tahta, dan aku akan menjadi ratunya. Aku harus segera bertindak dan menjadi istri pangeran Aslan. Bagaimana pun caranya. Dia harus tidur denganku dan membuat aku hamil.

Sang pelayan menatap senyum tipis di bibir Almira dan membatin, dasar gadis licik! Apa yang dia pikirkan? Bukannya sedih dia malah tersenyum....

"Apa? Kenapa melihatku seperti itu?" Almira menatap tajam wajah pelayan itu.

"Ti tidak. Aku tidak menatapmu...."

"Pergilah dan tutup mulutmu! Mengerti?!"

"I...iya," Pelayan itu segera pergi dalam ketakutannya.

Dan Almira segera ke kamar pangeran Aslan. Dia harus berbuat sesuatu. Dia tidak suka dengan Benazir sejak pertama kali gadis itu datang ke istana.

Dia sangat cantik dan molek. Wajahnya lugu dan manis tapi dia juga bukan gadis penakut. Almira merasa jika Benazir adalah ancaman bagi keberadaan dirinya. Almira khawatir sang pangeran jatuh cinta pada Benazir.

Aku harus menyingkirkan dirinya. Aku benci gadis itu. Dia datang ke istana ini dan membuat gaduh semua orang. Semua orang membicarakan kecantikannya juga keberaniannya. Aku benci pada wanita itu. Dia adalah ancaman terbesar untukku.

Almira lalu pergi kekamar Pangeran Aslan yang baru saja bangun.

"Pangeran!" Almira berteriak dengan histeris.

"Ada apa?" Pangeran kaget melihat Almira berurai air mata dan tanganya gemetar.

"Tuan Ahmet..Tuan Ahmet meninggal. Dan orang yang terakhir dia temui adalah Benazir. Sudah ku duga dia seorang mata-mata," Almira sangat lihai dan cerdas juga licik. Dia tahu kapan harus menghujamkan pedang pada lawannya tanpa mengeluarkan darah.

Yaitu tipu muslihat. Dan pangeran yang sedang panik pasti akan segera menghukum Benazir, itu yang dipikirkan oleh Almira. Dia ingin Benazir di habisi hari ini juga dalam kemarahan Pangeran Aslan.

Dan hanya Almira yang memahami apa yang bisa di lakukan Pangeran Aslan dalam kemarahanya. Dia tidak bisa mengendalikan amarahnya dan itulah yang sedang dimanfaatkan oleh Almira.

"Apa? Kau sudah tidak waras? Kau bilang ayahanda meninggal dunia? Bagaimana mungkin?"

"Seorang pelayan melihatnya sendiri. Tuan Ahmet sudah tidak bernafas. Dan Benazir adalah orang yang terakhir dia temui. Semalam mereka bersama di kamar Tuan Ahmet," Almira sungguh cerdik dan licik.

Pangeran menatap tajam pada ruang hampa didepannya. Antara cemburu ketika mendengar Benazir menghabiskan malam bersama ayahnya juga marah karena dia sudah membunuh ayahnya dan di curigai sebagai mata-mata.

Sling!

"Benaziiiiiir!" Pangeran Aslan langsung keluar dengan mengepalkan tangan dan mencabut pedangnya.

Pangeran berkata dengan tekanan disetiap suku kata dan kemarahan yang terdekat di tenggorokan.

Braakkkkkkk!

Mendobrak pintu kamar Benazir. Sang putri baru saja mandi dan sedang menyisir rambutnya.

Sangat terkejut ketika melihat sang pangeran datang dengan pedang di tangannya.

Sang putri melihat wajah sang pangeran sangat menakutkan hingga membuat kakinya gemetar.

Putri Benazir lalu berdiri dan menunduk hormat pada sang pangeran.

"Katakan! Kau sudah membunuh ayahanda!?"

"Apa!?" Dituduh dengan kejam telah melenyapkan orang lain membuat Benazir ter belalak.

"Aku tidak membunuh Tuan Ahmet. Memang apa yang terjadi? Aku tidak mengerti...." Benazir masih bingung dengan apa yang dikatakan Sang Pangeran.

"Tidak usah berpura-pura. Kau sudah membunuhnya. Kau seorang mata-mata," tanpa berpikir panjang sang pangeran menuduh sang putri dalam kemarahanya dan pengaruh ucapan dari Almira yang sudah membakar hatinya dalam api cemburu.

"Tidak! Aku tidak membunuh siapapun. Jangan menuduhku sembarangan!"

"Jangan pura-pura lagi. Kau adalah gadis mata-mata. Kau akan dipenggal kepalanya di hadapan seluruh rakyat di istana ini. Agar mereka tahu dengan siapa mereka berhadapan!"

"Tidak! Kau sudah menuduhku tanpa bukti! Aku bersumpah aku tidak melakukan...."

Benazir ketakutan dan gemetar. Dia adalah orang terakhir yang bertemu dengan Tuan Ahmet. Tapi dia belum sempat membunuhnya. Racunnya bahkan tertinggal di kamarnya.

Astaga, racunnya.....Benazir semakin ketakutan jika saja sampai ada yang menemukan racun yang dia simpan dikamarnya.

"Tangkap dia!" Beberapa prajurit mendekati Benazir dan akan menangkapnya. Sementara Almira sudah berada di pintu kamar Benazir dan menyaksikan semuanya. Dia juga yang datang membawa prajurit untuk menangkapnya.

Almira menyebarkan berita di istana jika Benazir yang membunuh Tuan Ahmet. Arga juga terkejut ketika mendengar Benazir menjadi pembicaraan seluruh orang di istana itu.

Aku harus cuci tangan dan tidak boleh terlibat dengan kasus ini. Gadis itu sangat ceroboh! Batin Arga.

Semua menuduh jika Benazir adalah pembunuhnya. Namun Benazir bersumpah jika dia tidak melakukannya.

Siapa yang sudah membunuh Tuan Ahmet?

Arga segera mengumumkan jika Tuan Ahmet meninggal dunia dan akan di makamkan hari ini juga.

Sang Pangeran sangat marah lalu menyeret Benazir dari kamarnya dan merantai layaknya seorang penjahat.

"Semua bukti menunjukkan jika kau yang sudah membunuhnya!" Pangeran Aslan sangat marah karena meskipun dia ingin agar kekuasaan berpindah ke tangannya namun dia tidak ingin ayahnya meninggal dengan cara seperti ini.

"Ini buktinya," Almira menunjukkan anting yang dia temukan dikamar Tuan Ahmet.

Sang Pangeran semakin marah ketika melihat satu anting Benazir tidak ada. Dan dia hanya memakai satu anting saja.

"Sudah kuduga! Kau pasti pelakunya!"

Almira tersenyum tipis dan menatap sinis wajah benazir. Dan ketika itu Benazir melihat senyum diwajahnya. Benazir segera tahu jika Almira adalah gadis yang sudah membuat Pangeran Aslan menuduhnya.

Pelayan ini ternyata sangat licik! Dia menghasut semua orang dan juga Pangeran Aslan. Kurang ajar! Tapi... bagaimana aku bisa selamat? Apakah aku akan mati di istana ini? Siapakah yang bisa menyelamatkan aku? Arga? Apakah dia juga ikut dalam konspirasi ini? Bagaimana ini? Aku ingin menyelamatkan kedua orang tuaku yang terkurung di istana ini. Entah dimana mereka. Tapi aku justru akan mati karena tuduhan ini. Bagaimana aku harus menyelamatkan diri?

Sang Pangeran sangat kesal karena semua berjalan di luar dugaannya. Ayahnya meninggal sebelum membuat wasiat untuknya.

Karena pasukannya akan terpecah belah. Antara mengikutinya dan mengikuti orang lain yang akan memanfaatkan peristiwa mengejutkan ini.

Mata Benazir berkilat. Dia sangat marah karena dituduh telah membunuh Tuan Ahmet. Dia tidak melakukannya. Tapi tidak ada yang percaya padanya. Semua bukti menunjuk pada dirinya. Ada salah satu anting di tempat tidur Tuan Ahmet. Padahal Benazir hanya menemaninya makan malam saja dan tidak melakukan apapun diranjang itu.

Lalu bagaimana salah satu antingnya bisa tertinggal disana?

Siapa yang sudah menjebakku?

"Siapkan pasukan dan kita akan menguburnya hari ini juga. Semua lampu dimatikan dan kita hanya akan menggunakan lentera selama tujuh hari tujuh malam. Sebagai bentuk penghormatan terakhir pada Tuan Ahmet," kata Arga dengan lantang.

"Baik Panglima!"

Arga tersenyum simpul dan menatap semua pasukan yang saat ini berbaris di hadapannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!