Sebuah mobil mewah sudah parkir di halaman rumah besar kediaman Wijaya Baskoro, seorang pengusaha besar yang terkenal di seluruh negeri.
David selalu pulang dalam keadaan mabuk. Mulutnya selalu berbau alkhohol yang menyengat.
"Pulang malam terus!! Kamu itu sudah besar. Bukannya bantu Papah untuk mengurus perusahaan tapi malah bersenang -senang, mabuk -mabukan tidak jelas!!" ucap Wijaya dengan suara keras dan lantang.
"Arghh ... Berisik!! Masa muda itu di nikmati Pah, bukan malah di gunakan untuk bekerja. Percuma kaya kalau masih saja kerja, uangnya untuk apa?" ucap Davis dengan suara bergetar karena sedang mabuk.
Pikirannya sedang tak sinkron dnegan apa yang di ucapkan. Percuma juga, Wijaya marah -marah dengan David yang sdeang mabuk itu.
Hoek ... Hoek ...
Mendadak perutnya mual karena terlalu banyak minum.
Bruk ...
Tubuh kekar itu terjatuh di lantai. Sang Papah hanya menggelengkan kepalanya pelan. Ia tidak tahu lagi bagaimana harus mengajar anak lelakinya agar bisa menghargai hidup dan mau bekerja keras untuk masa depannya nanti.
Salahnya dari dulu, Wijaya dan istrinya selalu memanjakan David dan sellau memberika apa yang yang di inginkan anak semata wayangnya itu.
"Hari ini, kita akan kedatangan tamu istimewa. Jadi, tepat jam sepuluh pagi, kamu harus sudah siap dan turun ke bawa. Ingat david, usiamu itu tak muda. Mau sampai kapan kamu begini? Kamu itu harus mengurus perusahaan. Papah semakin tua, tidak akan mungkin mengurusnya sendiri," ucap Wijaya menasehati.
david yang mabuk pun mengahmpiri Sang Papah dan memegang lalu merapikan piyama yang sedikit beantakan. Denagn kedua mata yang mulai memudar pandangannya David terus meracau.
"Pah ... Kalau lagi nanggun itu selesaikan dulu. Jangan buru -buru di cabut. Makanya Papah marah -marah terus. Satu lagi, David itu hnaya butuh senang -senang, gak butuh kerja. Paham? Selamat malam semuanya ...." ucap David sempoyongan. Entah sadar atau tidak a[a yang di ucapkannya tadi. Tapi yang jelas semua nasihat, amarah Papah Wijaya tidak akan berarti sama sekali. David sedang tidak waras karena pengaruh alkhohol akan sulit di kendalikan.
Skip ...
Pagi itu di rumah keluarga besar Baskoro kedatangan tamu istimewa. Semua orang yang berada di rumah besar da mewah itu berkumpul menjadi satu di ruang tengah yang luas.
Dua pengacara yang sudah datang dan duduk di ruang tengah sambil mengeluarkan berkas -berkas. Papa Wijaya, Mama Alesya, dan Nadine, adik David pun sedang bersiap untuk berkumpul di ruang tengah.
Nenek Anastasia berulang kali mengetuk pintu kamar, tapi David tak juga bangun dari tidurnya.
Sudah satu tahun terakhir ini, Nenek Anastasia memakai kursi roda dan selalu termenung di kebun belakang. Ia selalu tidak mau bila di panggilkan seorang suster untuk menjaga dan mengurusnya. Beliau hanya ingin di urus oleh cucu mantunya nanti.
Dengan memutar roda di kursi roda, Nenek Ana, begitu panggilannya menghampiri David yang masih terlelap. Ruangannya masih gelap, hordeng belum terbuka dan sinar matahari belum masuk ke dalam kaca jendela kamar. Sirkulasinya menjadi sangat buruk.
"David ...." panggil Nenek Anastasia. Selimut itu di buka lebar hingga tubuh setengah telanjang David pun terbuka.
"Eunghhh ... Apa sih Nek," ucap david ketus. Lelaki itu paling benci kalau tidurnya di ganggu.
"Bangun, ada tamu di bawah. tamu ini penting untuk kamu," ucap Nenek Ana pelan.
"Bodo ah ... David itu capek Nek," ucap David pelan.
Nyawanya sepertinya belum terkumpul penuh. Kedua matanya juga mash lengket satu sama lain dan sulit sekali membuka.
"Memang habis berapa gelas tadi malam," tanya Nenek Ana memancing.
"Cuma lima gelas," jawab David jujur tk sadar.
"Terus bisa tahan berapa ronde?" tanya Nenek Ana dengan cepat.
"Tujuh ada kali," ucap David pelan.
"Apa? Tujuh kali?" tanay Nenek Ana mulai marah.
Kedua mata David langsung terbuka lebar. Suara keras itu memekakkan telinganya.
"Apa sih Nek?" tanya David pelan. Ia langsung terduduk dan bersandr pada tumpukan bantal.
"Cepat bangun. Atau semua keuangan kamu akan Nenek stop," ucap nenek Ana tak main -main.
"Iya .. Iya ... David mandi sekarang," jawab David yang selalu luluh dengan ucapan Sang Nenk.
Di rumah besar dan mewah ini ia hanya takut kepada Nenek Ana. Karena Nenek Ana, yang mnegatur semua keuangan di keluaga Baskoro.
David segera melompat dari tempat tidurnya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi. Tidak perlu menungu lama, lima menit kemudian David keluar dari kamar mandidan langsung memakai pakaian dengan rapi.
"Selesai. Ayo Nek, David dorong ke bawah," ucap David dengan patuh.
David dan Nenek Ana adalah orang terakhir yang di tunggu oleh dua pengacara penting itu.
"Semua sudah berkumpul. Saya akan memulai membacakan surat wasiat dari almarhum Bapak baskoro," ucap Sang Pengacara dnegan suara lantang.
Semua orang yang duduk di sana tentu harap -harap cemas. Pembacaan surat wasiat tentu berujung pada pembagian harta warisan.
"Bacakan sekarang," titah Nenek Ana sebagai istri dari almarhum Baskoro.
Pengacara itu mengangguk pelan dan mulai membaca poin -poin yang penting dan perlu di ketahui oleh semua orang yang duduk di sana. Tidak hanya itu saja, mereka harus mulai menyimak, apa yang menjadi milik pribadi, milik bersama dan milik orang lain.
"Semua harta milik almarhum Baskoro akan di wariskan kepada cucu lelakinya yang bernama David. Dengan catatan, David sudah berusia tiga puluh lima tahun, dan telah memiliki istri yang sesuai dengan kriteria Nenek Ana. Kriteria untuk menjadi istri David, adalah wanita baik, pintar masakaa, daan bisa merawat Nenek Ana. Itu saja isi dari wasiat yang di tinggalkan oleh Almarhum Baskoro," ucap Sang Pengacara menutup semua. berkas yang di pegangnya.
"Ada pertanyaan?" tanya pengacara kedua kepada semua orang yang terlihat tenang dan tidak kaget sama sekali.
"Saya Pak. Saya mau tanya?" tanya David penuh semangat. Ia sudah membayangkan semua uang, dan harta kekayaan serta perusahaan itu menjadi miliknya. Harta Kakek Baskoro itu sangat banyak sekali, dan tidak akan habis untuk hidup tujuh turunan sekalipun.
"Silahkan Pak," jawab pengacara itu pelan.
"Lalu? Selama usia saya belum mencapai tiga puluh lima tahun atau salah satunya? Saya minta uangnya kepada siapa?" tanya David pelan.
"Bekerja." jawab Pengacara itu santai.
"Kerja? maksudnya? Nek? Nenek pasti kasih David uang kan? Nenek tahu kan? David belum pernah bekerja. Dulu ikut Kakek juga cuma satu hari, di kantor itu membosankan," ucap David ketus.
Nenek Ana menggelengkan keepalanya pelan.
"Maaf David. Kalau itu sudah keputusan dari wasiat Kakek kamu, Nenek tidak bisa berbuat apa -apa. Toh, usia mencapai tiga puluh lima tahun hanya tinggal dua tahun lagi. carilah wanita baik -baik, wanita tulus, dan bawa ke rumah ini untuk di nilai oleh Nenek, Papa dan Mama kamu," ucap Nenek Ana menasehati.
"Gila!! Itu salah isi wasiatnya. Tidak mungkin Kakek membuaat David susah seperti ini harus bekerja dan mencari uang sendiri selama dua tahun. Kalian pengacara gila, akan ku bunuh kalian!!" teriak David dengan sikap arogansinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Tuti Almaida
rhfugh
2023-04-26
0