TOBATNYA PRIA SEJATI

TOBATNYA PRIA SEJATI

1

Dentuman suara musik DJ dari sebuah klub sudah terdengar tak asing di telinga David. Hampir setiap malam ia menghabiskan waktu di klub ini hingga pagi nanti. Mabuk -mabukkkan, bersenang -senang dengan perempuan malam sudah menjadi bagian dari kehidupannya.

David memang terkenal seorang playboy yang tak pernah setia dengan satu wanita. Pacarnya sangat banyak, dan semua hanya ia permainkan sesuka hatinya. Kalau sudah bosan ya ia tinggalkan begitu saja, dan mencari yang lain.

Hidupnya terlalu bebas dan tak punya beban, hingga David merasa tak punya tanggung jawab.

"Hai Bro ... Tumben masih sore sudah datang?" tanya Ben salah satu barista terkenal di klub itu.

"Bosan di rumah. Lebih baik kita bersenang -senang di sini," ucap David santai.

"Mau minum apa? Biasa?" tanya Ben dengan suara keras. Ia takut suaranya tenggelam dnegan suara musik DJ.

david hanya mengangguk kecil Pandangannya mulai mengedar. Ia sengaja tak menelepon pacar -pacarnya, ia sedang bosan dan ingin mencari wanita baru yang bisa di ajak bersennag -senang.

Ben meletakkan satu gelas koktail pesanan David.

"Ada DJ baru Bro. Cantik dan sexy," ucap Ben berbisik sambil menunjukkan David ke arah gadis itu berada.

David menatap ke arah yang di tunjukkan Ben. Seorng gadis mungil, dengan rambut di kepang dua dan memakai topi hitam. Pakaiannya memang sangat sexy. Di tempat seperti ini ia hanya memakai bikini dan rok super duper pendek sekali. Semua mata telanjang para lelaki hidung belang sudh mengincar gadis ini. Namun, belum ada berhasil.

"Wuidih ... Cantik banget. Virgin?" tanay David pelan.

Ini salah satu ciri khas David, selalu menginginkan yang virgin dan bukan barang bekas memangnya sumur umum, bisa di pakai bersama -sama. Tapi selama ini, memang belum ada wanita virgin yang ia temui.

"Ya. Dia masih virgin. Kemarin Bos besar Seto menginginkan dia, berani bayar satu milyar tapi di tolak. Dia bilang, kau kira aku wanita murahan yang mudah di ajak tidur?" tawa Ben keras mengikuti ucapan gadis itu semalam.

"Tadi malam sudah ada? Aku tak melihatnya?" tanya David pelan dengan pandangan tak lepas pada wajah cantik milik gadis mungil tersebut.

"Ada. Kau kan sibuk dengan siapa? Bella atau Merry? Aku lupa," tanya Ben tertawa. Ia tak hapal satu pe satu wanita milik David. Karena memang sangat banyak, dan semua perempuan itu berharap untuk di aak serius oleh lelaki tampan ahli waris dari Baskoro group.

Tatapan David tajam ke arah Ben.

"Aku bersama Maura tadi malam," jawab DAvid singkat.

"Ah ... Ya, Maura. Apa resepnya bisa banyak wanita seeprti itu. Aku saja satu, tak habis -habis," ucap Ben tertawa kembali.

Bukan tak mau menjadi seorang David yang bisa membayar semuanya dengan uang yang ia miliki. Tapi, bagi Ben kesetiaan dan ketulusan itu sangat penting.

"Uang. Semua perempuan suka bau uang. Kita kasih uang, mereka pasti nurut. Apapun permintaan kita pun dia mau, asala ada uang," ucap David dengan sedikit sombong.

"Taruhan untuk Tiwi. Dia wanita yang sama atau tidak, seperti wanita -wanitamu lainnya. Mau taruhan?" tanya Ben kepada David.

David melirik kembali ke arah Tiwi, gadis mungil DJ baru itu.

"Mobil sport buat kamu, kalau sampai yang namanya David tidak bisa meluluhkan gadis itu. Jangan panggil David!!" tawa David semakin sombong.

Semua wanita yang di dekati olehnya selalu luluh, tentu wanita mungil yang berprofesi DJ itu juga akan mudah di dapatkannya.

"Satu bulan. Dia di sini hanya di kontrak satu bulan. Kau bisa?" tanya Ben memastikan.

"Bisa. Itu gampang sekali. Apalagi hanya satu bulan. Habis di pakai tentu tak akan ketemu lagi, apalagi minta tanggung jawab," tawa David semakin keras menggelegar.

"Main cantik dong Bro. Jangan tanam benih dimana -mana," ucap Ben mengingatkan.

"Bedebah ... Biarkan saja, aku menikmati, mereka pun puas menikmati," jawabnya santai.

"Bukan itu. Kau tidak berpikir jauh? Jika suatu hari beberapa wanita mu ternyata mengandung anakmu dan melahirkan, lalu apa yang akan kau lakukan? Jika mereka meminta pertanggung jawabanmu?" tanya Ben pelan.

David melotot. Ia paling tak suka ada yang menasehatinya. Apalagi soal hidup. Jangan ada yang berani memberikan apapun bentuk nasehatnya.

David segera berdiri dan berjalan ke arah Tiwi. Usianya memang masih terlihat belia di bandngkn dirinya yang sudah menginjak usia kepala tiga.

Dengan santai David duduk di sebelah Tiwi yang sibuk memainkan ponsel. Kacamata hitamnya sedikit ia turunkan untuk melihat perempuan yang ada di sebelahnya.

"Namaku David," ucap David pelan sambil memesan minuman lagi.

Tiwi diam dan tetap fokus pada ponselnya.

"Mau pesan minum? Aku yang traktir," tanya David kembali. Ia terus mencari celah untuk bisa berkenalan dan lebih dekat dengan Tiwi.

Lagi -lagi gadis mungil itu hanya diam. David yang arogan merasa di abaikan. Ia paling tak suka di abaikan oleh siapa pun, mau pria atau wanita.

Ponsel Tiwi di rebut dan di banting ke lntai. Nafsu amarah David sudah tak terbendung lagi. Gadis itu melirik ke arah David dan tersenyum kecut.

"Beraninya sama perempuan? Gak punya malu!!" ucap Tiwi ketus.

"Jaga mulutmu Nona. Aku sudah baik -baik bicara padamu, tapi kau mengabaikan aku. Kau tidak kenal siapa aku?' teriak David mulai lantang.

David bangkit berdiri dari duduknya dan menunjukk kesal ke arah Tiwi.

"Apa peduli ku? Aku tidak pernah tahu siapa kamu?" ucap Tiwi ketus.

Tiwi bangkit berdiri dan akan pergi dari tempat itu menuju ruangan DJnya. Tangan Tiwi di tarik oleh David danTiwi berusaha menghempaskan tangan kekar itu. Tiwi berontak tapi tidak berteriak.

Percuma saj teriak, ini klub, tidak akan ada yang membantunya walaupu mereka thu Tiwi seorang DJ.

Dengan cepat, David menggendong gadis mungil itu ala bridal style. Ia hanya memberikan kode pada pegawai klub untuk menyiapkan kamar VIP yang biasa di pakainya.

Tiwi terus memukul dada David, tapi kekuatannya tidak penuh, paling hanya lima puluh persen dari ketahanan tubuh David.

Sesampai di kamar VIP. David melempar tubuh Tiwi ke atas kasur yang empuk. Pintu kamar sudah terkunci otomatis.

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Tiwi dengan suara keras.

"Aku ingin tubuhmu!!" jawab David singkat. David sudah membuka kancing kemejanya dan di lempar ke sembarang arah. Lalu kaos dalamnya pun sudah terlepas dari tubuh kerennya. Bulu -bulu dadanya yang tipis membuat tubuh kekar itu semakin terlihat macho.

"Berhenti!! Jangan macam -macam!!" teriak Tiwi yang mulai cemas. Dirinya tentu dalam bahaya saat ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!