2

"Kau telah membuatku marah!! Aku tanya baik -baik tapi kau mengabaikan aku!! Tentu aku tidak bisa melepaskanmu lagi. Wanita yang datang ke klub ini sama saja, pasti wanita murah dan wanita yang bisa di pakai kapan saja dan oleh siapa saja!!" ucap David lantang.

"Kau sudah gila. Aku pekerja di sini. Bukan wanita malam dan wanita panggilan. Jaga ucapanmu, tuan!! Aku tidak se -murah itu?" jawab Tiwi kesal. Tiwi paling tidak suka di rendahkan.

"Oh ya? Buktikan dong, kalau kamu bukan wanita sembarangan," ucap David mulai bergairah melihat pakaian Tiwi yang terbuka sedikit dan menampakkan pakaian dalam berwarna merah. Pakaian dalam atas yang di pakai Tiwi pun agak turun sedikit hingga benda kenyal berwarna kemerahan itu sedikit terlihat akibat guncangan saat ia di lempar di atas kasur.

Kamar VIP ini sangat kecil sekali, hanya muat tempat tidur dan kamar mandi saja. Dinding kamar ini juga kedap suara. Mau berteriak se -keras apapun, maka tidak akan ada orang yang mendengarnya.

David naik ke atas ranjang dan melepaskan ikat pinggangnya. Ia sudah sangat bergairah dan berhasrat dengan gadis mungil itu.

"Kau benar -benar membuatku bergairah. Lihat, semudah ini aku menginginkan kamu," ucap David pelan dan lirih. Napasnya mulai memburu karena sudah tidak sabar menerkam gadis mungil yang ada di depannya.

"Jangan!!" teriak Tiwi ketakutan. Tubuhnya sudah berada di paling pojok. Punggungnya sudah menabrak dinding. Tiwi tidak akan bisa lari lagi.

David berdiri di atas ranjang dan membuka resleting yang sudah penuh sesak. Bagian intimnya sudah ingin kleuar dari tempat persembunyiannya. Celana panjang itu sudah di lempar ke sembarang arah juga. Tingga satu lagi yang masih menutup bagian intumnya.

Tiwi semakin panik. Ia terlihat bingung dan mencari cara untuk keluar.

"Jangan coba berpikir lari dariku. Atau mau kabur dari tempat ini? Coba saja kalau bisa?" tawa David semakin terlihat sempurna.

Wanita mana yang tidak tergugah hasratnya melihat David, tapi tidak dengan Tiwi.

Tubuh mungil Tiwi berhasil menyelinap dan turun dari ranjang. Ia berusaha menggapi pintu kamar VIP itu dan terus mencoba membukanya. Tapi zonk. Semua itu tak dapat ia lakukan.

David semakin murka. Ia mersa di permainkan oleh wanita mungil ini.

Tubuh Tiwi berbalik. David sudah ada berdiri di depannya. Tangan david lagsung membungkam mulut Tiwi.

"Semakin kau lari, semakin aku gemas untuk cepat menikmati ini, ini, dan ini," ucap David bergairah. Ia menunjukkan satu per satu bagian tubuh Tiwi yang ingin di nikmati.

TIwi hanya bisa memejamkan kedua matanya dan menangis.

"Nangis? Kau pikir dengan nagis, aku akan kasihan padamu? Oh ... Sama sekali tidak, cantik. Aku malah akan lebih mmebuatmu menangis, tapi tangisan bahagia, tangisan kenikmatan dan tangisan yang tak akan kamu lupa seumur hidup kamu," ucap David sinis. Ia tertawa puas. Tawanannya hanya bisa diam dan pasrah.

Rambut kepang Tiwi di pegang lembut oleh David, ia merasakan kelembutan rambut gadis mungil. Lalu jari jemarinya mulai berjalan ke arah leher dan naik ke wajahnya.

Suhu kamar itu sangat dingin, tapi tetap saja gadis itu berkeringat dan terasa sesak.

Makin lama bibir David semakin mendekat dan menyentuh bibir tipis Tiwi. Tangan Tiwi tak bisa bergerak, David sudah memegangnya erat.

Dengan rakus dan bergairah bibir itu tak lepas dari terkaman bibir David. Tiwi kepayahan dan tak bisa mengimbangi. rasanya sesak dan ia mulai kesulitan bernapas. David tahu itu tapi ia tak peduli. Ini salah satu hukuman karena telah mengabaikannya.

David mulai melepas kedua tangan Tiwi dan kini memegang kedua pipi gadis mungil itu. Ciuman itu semakin liar dan semakin dalam. tak hanya ******* bibir gadis itu, lidahnya pun ikut bergerilya di dalam mulut Tiwi untuk mendapatkan kenikmatan serta kepuasan.

Tiwi hanya bisa pasrah. Semakin ia berontak semakin habis dia nanti, atau bisa -bisa nyawanya juga ikut melayang.

Tubuh Tiwi di angkat ke kasur. Gadis mungil itu hanya bisa menahan tangis. Tak ada yang bisa ia lakukan lagi selain pasrah. Mungkin jalan takdirnya sudah harus seperti ini.

Dengan gerak cepat, David melepaskan ****** ********. Sejak tadi ia sudah tidak tahan ingin menerobos masuk ke gua milik Tiwi. Dengan lihai, David melepas bikini Tiwi yang sudh tak bertenaga lagi untuk meronta. Ia hanya diam membiarkan semua itu terjadi. Kekuatannya sangat lemah di bawah kekuatan David yang terlihat sangat liar dan buas.

Tiwi jelas melihat satu persatu pakaiannya di lepaskan oelh Dvid. Keduanya sama -sama sadar dan tidak dalam pengaruh minuma alkhohol atau obat -obatan lainnya.

"Waow ... Indah sekali tubuhmu ini." puji David pelan. Ia benar -benar sangat bernafsu melihat tubuh se -indah ini berada di depan matanya. Mungil, sekel, ranum dan mulus tentunya.

Tiwi hanya bisa menelan air ludahnya dnegan dalam. Tubuhnya sudah polos terasa sekali angin dingin dari AC itu menerpa kulitnya yang terasa begitu menusuk kulit. Sebentar lagi ia akan kehilangan keperawanannya yang ia jaga selama ini. Dan itu ia berikan kepada orang yang tak ia kenal dan daam keadaa di paksa.

"Siapa namamu tadi?," tanya David lirih saat tubuhnya mulai mengungkung tubuh Tiwi dan kini sudah mulai berada di atas Tiwi.

'Tiwi ...." jawab Tiwi lirih. Kedua matanya memejam tak berani membuka. Tiwi hanya mulai merasakan sakit di area intimnya. Bibir tipisnya di gidit karena menahan sakit dan perih.

David memelankan putaran bokongnya. Ia merasakan agak kesulitan untuk masuk ke dalam, tidak sama seperti wanita -wanita yang biasa ia tiduri. tapi, DAvid merasa penasaran. Ia terus memaksa untuk masuk dan suara teriakan Tiwi pun lolos begitu saja.

"Argh ...." teriakan yang di sertai hembusan napas karena merasakan sakit dan menahan pedih.

"Kamu masih virgin?" tanya Favid tiba -tiba. David merasa seperti bersalah pada gadis mungil ini.

Tiwi hanya terdiam, dan bulir kristal di pelupuk matanya adalah jawaban dari pertanyaan David. Tiwi hanya menangis.

"Maafkan aku," ucap David pelan. tapi David sudah kalap, nafsu dan hasratnya sudah tak terbendung lagi. Ia terus menjamah dan bergerilya di seluruh tubuh mungil Tiwi. Tidak ada satu inchi pun yang terlewatkan di sana.

Sudah berkali-kali ia terpuaskan, tapi David belum juga merasa puas semalam bersama Tiwi.

"Maafkan aku," ucap David lirih.

Tubuhnya masih santai berda di atas tubuh Tiwi. Gadis itu membuang mukanya dan menatap ke arah lain. Ia benci kepada david dan berharap tidak akan pernah bertemu lagi dengan lelaki ini.

"Kau tidak ingin menjawabnya?' tanya David melamah. Suaranya berubah sangat lembut.

Tiwi menatapnya tajam.

"Sudah puas? Biarkan aku pergi sekarang," ucap Tiwi menggertak.

"Tidak akan!!" ucap David keras.

Terpopuler

Comments

Rini Shop

Rini Shop

hadeuh bentar LG buka Thor si David bikin hareudang

2023-04-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!