Hujan deras terus turun menghantam bumi dengan airnya yang lebat. Seolah suara hujan itu begitu nyaring dan pekat, suara itu tampak akan meredam semua suara lainnya.
Namun, di sebuah ruang perpustakaan yang sunyi. Dengan hujan deras dan suaranya yang berisik, ruangan itu tampak senyap dan bahkan seseorang dapat mendengar air ludah yang di telan.
Mata cokelat ke emasan Arlana menatap tepat ke dalam mata hitam indah Zale cukup lama. Mereka berdua berdiri dengan tangan Zale yang mencengkram lengan Arlana. Suasana yang begitu tegang dan canggung, itulah yang akan di lihat oleh mata para pengamat.
Arlana menarik sudut bibir merahnya untuk tersenyum tipis, itu hampir tampak seperti senyuman sinis "Tertarik? Apa kau semacam layang-layang dan aku adalah benang yang menarikmu? Itu lucu!"
Mendengarkan balasan yang tidak terduga, mata hitam Zale tampak lebih berpijar menarik. Ia mempererat cengkraman tangan miliknya dan menarik Arlana kearahnya.
Jika meja perpustakaan tidak berada di antara mereka, mungkin tubuh Arlana akan jatuh ke dalam pelukan Zale dengan sangat manis.
"Aku menjadi sangat tertarik kepadamu! Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?"
Mata keemasan Arlana melotot kaget menatap wajah Zale yang berada tepat di hadapan wajahnya. Bahkan saat pria itu berbicara, Arlana dapat merasakan hembusan nafasnya yang hangat. Hal yang mungkin membuat wanita manapun itu jatuh Hati malah membuat Arlana tampak jijik dan merasakan dingin di punggung.
Arlana menarik lengannya dengan kesusahan akibat cengkraman erat Zale. Wajah gadis itu tampak putih dan gelap, "Bersiaplah menangis, karena aku tidak tertarik padamu. Atau mungkin kau perlu pergi ke paranormal untuk membuatku tertarik padamu!"
Dengan kalimat itu, Arlana menyeret tas miliknya dan pergi berlalu. Ia meninggalkan Zale yang tertawa tanpa menahan diri di belakangnya hingga di tegur oleh guru penjaga perpustakaan.
"Apakah sudah selesai?" Setelah merasa terlalu banyak tertawa, Zale akhirnya berhenti dan menatap Resepsionis yang melotot ke arahnya
"Kau bisa pergi sekarang!" Resepsionis itu berbicara dingin kearah Zale,
Mengangguk ringan dengan acuh, Zale berhambur keluar dari perpustakaan untuk mengejar Arlana yang telah mendahulinya.
Kaki jenjang Zale berjalan cukup cepat hingga melihat punggung Arlana di depannya. Ia berfikir sifatnya hari ini sedikit patuh, jika ia yang biasanya mungkin Zale akan pergi keluar dari perpustakaan tanpa meperdulikan buku dan guru yang memeriksa bukunya. Jadi apakah ini karena Arlana?
Memiliki pemikiran aneh seperti ini di benaknya, Zale menggeleng pelan dan kembali fokus untuk menggoda gadis yang membuatnya banyak tertawa hari ini.
"Jadi bagaimana kau akan pulang?" Zale bertanya seraya berjalan disisi Arlana yang hanya terdiam "Hujan cukup deras di luar! Apa kau ingin orang tampan ini untuk mengantarmu pulang dengan mobil mewah?"
Arlana menghentikan langkah kakinya dan menatap kearah Zale disisinya yang juga terhenti "Kau terdengar seperti Om-om mesum yang sedang mencari mangsa!"
"Begitukah?" Zale tersenyum ringan menampakan deretan gigi putihnya yang rapi "Lalu, apakah adik cantik ini ingin agar Om mengantarmu pulang hari ini?"
Merasakan tenggorokannya kering, Arlana mulai kembali berjalan dan mengabaikan pria bodoh yang terus mengekorinya. Ia merasa sial dan buruk hari ini! Kenapa ia harus bertemu dan berurusan dengan pria terburuk di sekolah? Tidak peduli seberapa kasar dan jahatnya kata-kata yang keluar dari mulutnya, ia tidak dapat menyingkirkan nyamuk yang terus terbang di sisinya. Malahan kata-kata pedas Arlana mendapatkan respon yang membuat Arlana terdiam dan kehabisan kata.
Jangan bilang ia harus berurusan dengan pria ini kedepannya?
Tidak mungkin!
Apakah Tuhan ingin melihat Arlana melompat dari Tebing lalu membakar dirinya sendiri?
Itu benar-benar terlalu banyak!
Untung saja hari libur tiba, jadi mungkin pria ini akan berhenti saat kembali sekolah. Yah, baru kali ini Arlana sangat Bersyukur dengan datangnya hari libur.
Menatap Arlana yang hanya terdiam dan terus berjalan disisinya, Zale mengerutkan kening. Kebanyakan setiap kali ia bersama seorang gadis, mereka akan sangat cerewet dan mengganggunya. Hanya kali ini ia melihat gadis yang begitu diam dengan pikirannya sendiri dan mengabaikannya. Benar-benar membuat kertertarikan Zale bertambah.
"Zale, kenapa kau tidak menjawab telpon dariku?" Suara seorang gadis terdengar membuyarkan keheningan antara Zale dan Arlana
Mendengar suara yang sangat familiar, Zale mendengus kesal sebelum mengalihkan pandangan matanya "Apa yang kau lakukan disini?"
"Tentu saja aku mencarimu?"
Melihat Arlana yang akan terus berjalan meninggalkannya, ia menarik lengannya untuk berada tepat disisi tubuhnya.
Zale mengabaikan tatapan tajam Arlana dan menjawab "Aku sudah bilang bukan, aku tidak tertarik padamu! Lihat, dia adalah kekasih baruku. Namanya Arlana!"
"Ha??? Apa-?"
Zale mendekap mulut Arlana dan memeluk pinggang gadis itu dengan lengannya yang kekar. Ia tersenyum manis pada gadis di hadapan mereka yang tampak marah dan akan menangis.
"Aku tidak peduli, sudah kukatakan bukan? Aku tidak akan menyerah walaupun kau memiliki kekasih!"
"Em- em!!.-"
"Baiklah terserah kau saja!" Zale kembali bersuara acuh seraya menarik tubuh Arlana untuk pergi
"B4b1!!! Kenapa aku harus menjadi kekasih seorang b4b1!!" Arlana mengumpat kesal setelah tangan Zale terlepas dari mulutnya, Ia mendorong tubuh Zale yang mendekapnya dengan kasar
"Ayolah, kau seharusnya merasa senang untuk menjadi kekasihku!"
Merasakan lelah yang sangat buruk, Arlana hanya mendesah pelan mengabaikan Zale dan mengambil sebuah payung di dalam tas miliknya. Ia membuka payung itu dan berhambur masuk kedalam guyuran air hujan meninggalkan pria bodoh yang mematung menatapnya.
Zale melotot kaget melihat Arlana yang dengan bodohnya masuk kedalam hujan lebat dengan sebuah payung.
Bukankah itu percuma?
Bukankah ia akan tetap basah pada akhirnya nanti?
Walau begitu Zale tetap berteriak kearahnya "Hei! Kau tidak akan membawaku? Kau akan meninggalkanku disini? Sendirian?"
Gadis yang tadinya menghentikan langkah Zale mengikuti di belakang dan kembali berbicara "Zale, aku kemari untuk pulang bersamamu, jika hanya itu seharusnya akan baik-baik saja kan?"
"Gadis ini merepotkan!" Zale mendengus kesal. Ia mendesah dan tersenyum kemudian setelah mendapatkan sebuah ide gila diotaknya "Aku bersama kekasihku, kau hanya menghalangi kami bermesraan!"
Zale berlari kencang untuk mengapai Arlana dan masuk kedalam payung sempit miliknya. Ia tersenyum bodoh menatap Arlana yang melotot kaget kearahnya.
"Apa yang kau lakukan?"
"Aku?" Zale tersenyum seraya menunjuk dirinya sendiri, sudut matanya menoleh sedikit untuk menatap gadis yang mengejarnya "Ini yang akan aku lakukan!"
Payung di tangan Arlana jatuh ketanah, Air hujan jatuh dengan deras membasahi tubuh Arlana dan Zale dengan sangat cepat. Mata Arlana melotot kaget menatap mata hitam Zale yang tengah tertutup tepat di wajahnya.
Hujan itu dingin, basah dan sangat berat. Namun, bibir merah Arlana begitu lembut dan hangat bersatu dengan bibir merah Zale yang lembab. Ciuman itu singkat dan sangat tidak dalam, itu hanya menempel dan pergi. Tapi entah kenapa detak Jantung kedua orang itu seolah sama cepatnya dengan hujan yang terus jatuh.
Jemari tangan Zale di antara leher Arlana merenggang, ia menarik diri dan tersenyum tipis "itu bagus dia sudah pergi dan tidak mengangguku sekarang!"
Melihat gadis yang mengejarnya telah hilang Zale tersenyum bahagia.
Ia kembali berbicara dan menoleh untuk melihat Arlana "Tapi kita basah sekarang-?"
Kata-kata Zale tersedak di tenggorokannya saat mata hitam indah miliknya menatap wajah Arlana yang begitu merah dan mematung. Hujan seharusnya membuat wajahnya membiru karena dingin, namun itu tidak. Wajah Arlana merah padam!
Mata kecoklatan emas Arlana terlihat bening ditengah hujan tanpa kacamata, bibir merahnya bergetar karena rasa dingin. Wajahnya memerah padam dengan pipi dan hidungnya yang telihat manis.
Zale menelan air ludahnya seraya menatap kembali pada bibir Arlana. Senyuman konyol Zale benar-benar lenyap dari bibirnya, ia terhanyut!
Seolah hujan lebat menghanyutkan pikirannya, jemari tangan Zale di leher Arlana meremas rambut basah yang terikat. Ia menarik kembali kepala Arlana untuk mendekat dan mendongak kearahnya lalu mencium bibir merah itu kembali lebih dalam dalam guyuran air hujan seolah kehilangan kendali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Lilis Ferdinan
hehe,,,, adegannya kyak drama Korea,,, sukaaa,,, lanjut, 😘
2021-05-18
1
chybie abi moetziy
❤❤
2020-11-07
1
xk_ekga
anak sekolahan 😆
2020-10-27
1