02 Bencana!

Memandang pantulan air hujan yang terus jatuh dengan bosan. Mata emas indah itu mengalihkan kembali tatapan matanya pada guru wali kelas yang tengah menjelaskan beberapa hal di depannya penuh semangat. Seolah hujan deras sama sekali tidak mengganggunya.

Arlana mengehela nafas panjang menatap pada baju olah raga yang ia kenakan. Untung saja ia membawa baju olah raga miliknya, jika tidak ia mungkin akan tetap menggunakan baju seragamnya yang telah basah dan kotor karena ulah lelaki sial4n yang tadi menabraknya.

Jemari tangan Arlana memutar bolpoin miliknya dengan tidak beraturan. Gadis itu menopang dagunya dengan tangan yang lain. Di lihat dari wajahnya, Ia benar-benar terlihat bosan hingga tampak akan sekarat.

RINGG!!!!

Bunyi bel berakhirnya pelajaran hari ini terdengar renyah menyelamatkan Arlana dari rasa bosan yang hampir membunuhnya!

"Setelah libur Akhir semester kalian akan naik ke kelas 12. Bapak harap kalian akan belajar dengan giat dan masuk ke Universitas yang kalian inginkan!" Mengakhiri penjelasannya, wali kelas yang di panggil Guru Mark itu mengucapkan kalimat terakhir miliknya sebelum meninggalkan kelas

"Ahhhh... Akhirnya liburan tiba, aku punya banyak hal untuk di lakukan saat liburan!" Seorang gadis berseru riang seraya memasukkan semua buku pelajaran miliknya

"Tapi setelah itu kita akan pindah kelas ke kelas 12 dan akan ada ujian panjang yang melelahkan!"

"Baik, itu cukup! Jangan bahas tentang ujian di masa depan dan merusak liburan musim panas ini. Aku benar-benar tidak akan membiarkan siapa pun merusak suasana hatiku!"

Satu per satu siswa dan siswi saling berbicara dengan semangat dan meninggalkan ruang kelas seolah telah terbebas dari neraka.

Arlana terdiam di tempatnya terduduk tanpa bergerak sedikit pun. Ia mendesah panjang mengingat bahwa akan ada hari libur yang datang. Ia melupakan itu. Hari libur! Wanita menyebalkan itu pasti akan mengganggunya dan memintanya untuk ketempatnya.

"Sangat menyebalkan!" Kepala Arlana merosot jatuh tepat kearah meja penuh penyesalan "Lebih baik aku menghabiskan hari ini di perpustakaan sebelum pulang!"

....

Bola basket memantul ringan di udara menghantam lantai sebelum kembali kesebuah tangan yang membimbingnya. Setelah bola itu berputar dan memantul, pemilik tangan yang bermain dengan bola basket melemparkan bola tersebut ke dalam Ring dengan ringan membuatnya masuk kedalam jaring tipis dan mencetak angka 3 di papan.

"Arrrhhhh!!!... Zale, kau begitu tampan hari ini!!! Sangat keren!!!" Teriakan demi teriakan memekakan telinga terdengar dari bibir merah setiap remaja wanita

Mereka memandang dan berteriak tepat kearah pemuda tampan seumuran yang tengah bermain basket di lapangan.

Mata hitam Zale yang begitu serius menatap lawan di depannya, di tambahkan hidung tinggi indah dan senyuman menawan. Seolah itu tidak cukup, rambut hitamnya yang basah berkibar terkena angin menutupi dahinya yang halus. Hanya ada satu kalimat yang dapat di ucapkan, Tampan!

Tidak peduli bagaimana buruk dan konyolnya sikap yang dimiliki oleh Zale Godwin, ia tetaplah seorang remaja tampan yang sangat mempesona dan berkharisma. Maka tidak heran jika banyaknya siswi wanita yang akan jatuh hati dan berbondong-bondong datang menontonnya bermain basket.

"Lihatlah semua teriakan gila itu!" Glen menyindir kearah Zale yang tengah berjalan di sisinya. Mereka keluar dari lapangan bersama setelah kemenangan yang di peroleh oleh tim Zale.

"Yahh, kurasa aku akan memilih satu untuk bersenang-senang hari ini!"

Glen meninju dada Zale dengan ringan seraya terkekeh pelan "Akan ada Matahari yang terbit dari barat jika kau benar-benar bisa membawa satu gadis dan tahan dengan mereka selama 1 jam saja!"

"Mereka terlalu merepotkan!" Zale menghela nafas lirih seraya membawa tas miliknya untuk pergi "Jika saja mereka tidak terlalu cerewet dan menjijikkan mungkin aku akan mampu bertahan 1 jam bersama!"

Glen tertawa semakin lebar, ia memang sangat tahu sekali jika temannya Zale tidak terlalu tertarik untuk berhubungan dengan wanita. Hal itu dikarenakan Zale tidak percaya pada Cinta, ia juga tidak mempercayai perasaan wanita. Tapi, walaupun begitu tidak di pungkiri ia akan tetap bermain-main dengan para wanita dan meninggalkan mereka semua tidak kurang dari 1 jam. Hingga disitulah keburukan sikap Zale pada wanita menjadi sangat di kenal.

Dan yang lebih menariknya lagi, walaupun kelakuan Zale sangat di kenal. Ia tidak di benci oleh para wanita, malahan ia di gilai oleh mereka semua karena wajah tampan dan kekayaannya.

Zale dan Glen terus berjalan beriringan dengan banyak usaha untuk menghindari para wanita yang berkeliaran seolah akan menerkam.

"Apa kau akan mandi disini?" Glen bertanya seraya menatap hujan yang tidak kunjung reda "kurasa akan percuma saja, hujan hanya akan membuatmu kembali kotor!"

"Aku akan mandi di rumah, tapi sebelum itu aku harus mengembalikan sebuah buku ke perpustakaan. Kau kembalilah dulu!"

"Baiklah sampai jumpa!" Glen mengangguk ringan dan berjalan kearah yang berlawanan

Tubuh Zale berjalan melewati koridor tiap kelas dengan malas. Ada beberpa tempat yang benar-benar tidak di sukai oleh Zale. Salah satu tempat itu adalah Perpustakaan!

Jika saja guru Mei tidak memberinya buku refrensi yang begitu banyak, dia mungkin tidak harus pergi kesana. Yah, dia hanya dapat mengumpat kearah guru wanita itu yang terlalu peduli pada nilai buruknya.

Zale membuka pintu perpustakan sekolah itu secara perlahan, setelah menatap seorang petugas perpustakaan di balik meja resepsionis ia langsung berdiri di depannya dan mengeluarkan semua buku yang akan di kembalikan.

"Kami perlu memeriksanya sebelum menerima buku ini kembali!" Resepsionis atau mungkin guru magang penjaga perpustakaan itu bersuara kearah Zale seolah menyadari pria itu tengah terburu-buru

Zale mengerutkan kening tidak suka "Berapa lama?"

"Tidak akan lama! Jadi kenapa kau tidak duduk saja sebentar untuk menunggu?"

Tidak memiliki pilihan lain, Zale hanya mengangguk ringan sebelum mencari tempat duduk.

Mata hitam indahnya menatap sekeliling perpustakaan dengan ketidaksukaan yang ketara. Tidak banyak orang disini, atau lebih tepatnya memang tidak ada orang sama sekali. Ia merasa semua murid pasti hanya ingin pulang karena liburan yang akan datang.

Kerutan di dahi Zale bertambah dalam saat mata hitam indahnya menangkap sosok yang tidak ia duga. Seiring dengan kerutan di dahinya, tatapan matanya menampakkan kemilauan yang menarik.

"Itu dia?" Zale berseru lirih, ia beranjak pergi dari tempatnya berdiri untuk mendekat pada sosok gadis yang tengah terduduk sendirian di tempat yang sangat tidak mencolok

Tidak ada yang sepesial dari gadis itu, rambut hitamnya di ikat seperti buntut kuda. Ia juga menggunakan kacamata hitam yang cukup tebal, poni panjang dan lebat menutupi dahi halusnya sepenuhnya. Dia tidak cantik atau pun Jelek, tapi mungkin cukup manis jika lidahnya tidak tajam setiap terbuka.

Dan entah kenapa Zale merasa bahwa gadis ini menarik minatnya.

Zale terduduk tepat di hadapan gadis yang ia tabrak tadi siang. Gadis itu begitu fokus hingga tidak sadar akan kedatangan Zale.

Seolah tidak ingin menganggu gadis di hadapannya, Zale hanya diam mengamati.

Benar-benar mengamati!

Bibir merahnya, hidungnya yang kecil dan menjulang tinggi, mata berwarna cokelat Emas yang tertutupi oleh kacamata. Kulit pucat putih dengan sentuhan kemerahan menawan.

Semakin ia mengamati, semakin aneh pula ia merasa. Dan tanpa sadar Zale merasakan detak jantungnya mulai memburu.

"Sampai kapan kau akan melihatku dengan mata bejatmu itu?" Suara dingin gadis dihadapannya menyadarkan kebodohan Zale.

Menatap pria di hadapannya hanya mematung bodoh, gadis itu mendesah dan menatap mata Hitam Zale dengan tajam. Jika tatapan dapat mebunuh, Zale ragu jika ia masih bisa hidup sekarang karena tatapan gadis itu(?)

"Berhenti memandangku dengan mesum! Atau aku akan mencongkel mat4mu yang menjijikkan itu!"

"Haha~~ kau sadar aku melihatmu?" Zale tertawa renyah setelah benar-benar tersadar "Jika kau sadar lalu kenapa kau hanya diam? Apa kau begitu ingin melihat aku menatapmu dengan air liur yang menetes?"

"Apa kau akan meneteskan air liur untukku?" Gadis itu bertanya heran, menatap Zale yang hanya menyeringai. Ia kembali berbicara "Sayang sekali air liurmu tidak dapat di jual!"

"Lalu, jika itu dapat di jual apa kau akan menerimanya?"

"Kau menjijikkan!" Gadis itu berseru dingin sebelum menutup buku miliknya dan hendak pergi

Senyuman di bibir Zale semakin dalam, ia mencengkram lengan gadis itu dan kembali bersuara "Sepertinya aku tertarik padamu Arlana si gadis lidah beracun!"

Arlana mematung bodoh menatap pemuda tampan yang tengah mencengkram lengannya. Jantung miliknya berdenyut tidak nyaman. Pemuda di hadapannya adalah bencana! Dan jika ia mulai tertarik padanya, maka bencana itu akan mengikutinya. Ini adalah hal terburuk dari yang terburuk yang pernah menimpanya.

Terpopuler

Comments

xk_ekga

xk_ekga

ini novelx agak barat gt ya gayanya author

2020-10-27

1

🌷onty KD💗Rh's😎DF

🌷onty KD💗Rh's😎DF

kenalan ma author boleh??

2020-06-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!