[Sebenarnya kamu itu tampan, Dion. Banyak wanita diluar sana yang pasti tergila-gila padamu. Gajimu juga besar, tapi sayang malah punya istri yang tak terurus seperti itu.] Pesan masuk dari Kak Sinta, cukup membuat emosiku menjadi meningkat.
Memang Mas Rino menikah dengan Sinta ketika mereka baru kenal beberapa bulan. Karena Mas Rino saat itu tak mau di langkahi, karena mas Dion akan menikah denganku. Setelah mereka menikah, barulah kami menyusul.
Ingin sekali kuberikan hadiah di wajahnya yang mulus, tapi hasil utang dengan suami orang.
Apa coba maksud dia berkata seperti itu pada suamiku? Apa dia tak punya rasa malu sama sekali? Sedangkan untuk makan saja, mereka sekeluarga seringkali meminta padaku. Cuih! Dasar benalu!
[Kamu itu tampan Dion? Tajir pula. Andai aja, aku lebih dulu yang bertemu dengan kamu. Mungkin aku yang akan menikah dengan kamu, bukan si Rasti.]. Sontak mataku langsung melotot. Berusaha menahan rasa kesal yang semakin membuncah di hati ini.
Jadi selama ini Kak Sinta menyukai suamiku? Pantas saja dia selalu bersikap manis di depan Dion. Terkadang dia juga sering mencuri perhatian pada suamiku. Dasar manusia sampah!
Mas Dion memang belum membaca pesan masuk dari Kak Sinta. Entah apa yang ada di dalam pikiran Mas Dion, jika sampai membaca pesan tak pantas seperti ini? Apa mungkin dia juga menyimpan perasaan yang sama dengan Kak Sinta?
Kini aku baru menyadari, menjadi seorang istri yang bersikap baik dan penurut, itu bukan sebuah jaminan untuk kita mendapatkan kembali perlakuan yang baik dari suami. Terkadang wanita itu memang harus punya penghasilan sendiri, agak tak direndahkan oleh pasangan, maupun keluarganya.
Aku menghembuskan nafas gusar. Membuang segala rasa sesak yang ada di dalam dada ini. Benar-benar rumah tanggaku sedang diuji oleh manusia benalu dan tak tahu malu.
[Oh iya, boleh nggak kalau Kak Sinta pinjam uang kamu lagi, Dion? Soalnya Mas Rino belum bayar cicilan motor.] Aku tersenyum sinis saat membaca semua isi pesan dari manusia benalu ini. Berusaha setegar mungkin, walau kenyataannya memang perih sekali. Tapi, aku harus kuat.
Perlahan semua akan berubah. Semua akan berakhir bahagia. Aku yakin.
Mas Dion sudah keluar dari kamar mandi, sedangkan aku masih duduk di tepi ranjang. Ingin bertanya langsung padanya. Tapi, kutahan sebisa mungkin. Aku ingin tahu, apakah dia akan jujur padaku, atau tidak.
Suamiku itu langsung berjalan ke arah lemari, mengambil baju yang paling bagus, lalu memakainya.
Dan aku masih terus memperhatikannya, dia sama sekali tidak menoleh ke arahku, bahkan terkesan cuek dan seperti orang yang tak peduli sama sekali. Mungkin saja dia masih marah hanya karena soal cincin itu.
Kini, Mas Dion sudah memakai pakaian yang rapi. Mau ke mana dia sebenarnya? Seketika hati ini sudah tak sabar lagi ingin bertanya langsung padanya.
"Kamu mau kemana, Mas?" Tegurku langsung.
"Bukan urusanmu." Lalu, Mas Dion pun langsung pergi dengan angkuhnya.
Sekali lagi ku kuatkan diri ini untuk sebisa mungkin bersabar atas segala cobaan yang menerpa rumah tangga kami saat ini.
[Yeay, nyobain mobil baru with my family.] Kuintip status adik iparku, yaitu Gita. Seketika jantung ini berdebar lebih kencang.
Mobil baru? Mobil siapa? Siapa yang membeli mobil?
Berbagai macam pertanyaan kini bergelayut di dalam kepalaku.
[Jalan-jalan dengan keluarga besar suami, sekalian makan malam check... sekalian nyobain mobil balu, hehehe.] Tak jauh berbeda. dengan Gita, status Kak Sinta juga sama. Kali ini dia mengirimkan foto Mas Dion yang sedang menyetir mobil, disebelahnya ada Mas Rino, dan juga di tengah ada Ibu, Kak Sinta dan juga Gita.
Sedangkan anak-anak mereka di kursi paling belakang.
Apa mungkin Mas Dion yang membeli mobil? Karena rasanya tak mungkin kalau Mas Rino yang membeli mobil. Mereka saja masih menjadi benalu di dalam rumah tanggaku.
Segera kutelepon Mas Dion untuk memastikan semuanya. Dan kalau benar itu mobil milik suamiku. Kenapa dia tak memberitahuku sama sekali? Kenapa dia juga tak mengajak aku dan juga Della?
Kenapa dia setega itu pada kami berdua? Dan masih banyak pertanyaan lagi di dalam hati ini.
Ttuutt... tttuuutt... berulangkali kutelepon, tapi tak ada respon. Benar-benar keterlaluan!
Kak Sinta dan juga Gita, memang tak akan tau kalau aku telah melihat status story mereka. Karena aku sengaja memakai mode mengintip. Karena pasti mereka juga sepertinya memang sengaja untuk memanas-manasi ku. Awas saja kalian! Kalian akan merasakan yang lebih perih dari ini.
Selesai membereskan barang-barang untuk keperluanku pulang kampung. Aku pun beristirahat sejenak. Sedangkan Della sudah tertidur sejak tadi.
Hari ini entah mengapa terasa sunyi dan sepi sekali. Hati ini juga merasa sedih dan kecewa. Kecewa dengan semua keadaan yang ada.
Aku memang memutuskan untuk mengajak Della ikut pulang ke kampung. Karena sudah lama juga nenek dan kakeknya tak bertemu dengan cucu kesayangannya. Karena jika aku ingin mengunjungi orang tuaku, pasti saja Mas Dion selalu banyak alasan.
Mas Dion belum juga pulang. Entah sedang dimana lelaki itu? Panggilan dariku juga tak ditanggapinya sama sekali.
Kubuka lagi pesan whatsapp, dan mencari tau lagi status terbaru adik dan kakak iparku itu. Karena mereka berdua. memang selalu up to date. Bergaya bak orang kaya, padahal bukan dari hasil kerja keras mereka.
[Dinner time] status Gita menunjukkan sebuah makanan mewah yang aku sendiri saja belum pernah menyicipinya.
Ada beberapa gambar makanan yang enak dan lezat yang sedang terhidang di meja besar di sebuah restoran dan mungkin saja harganya mahal.
Karena masih penasaran, segera aku beralih ke status Kak Sinta. Karena ingin tau juga status terbarunya saat ini.
Story pertama menampilkan mereka sekeluarga yang sedang tersenyum sumringah, sambil berpose di depan meja besar yang di atasnya terhidang makanan-makanan yang lezat.
...****************...
Story kedua, menampilkan sebuah video mereka sekeluarga yang sedang tertawa lepas sambil bercengkrama. Senang sekali mereka rasanya. Apalagi raut wajah ibu mertua. Sedangkan aku dan Della disini? Menyedihkan.
Aku tersenyum getir. Berusaha menyenangkan diri sendiri. Mas Dion benar-benar tega, dan tak memikirkan perasaanku sama sekali. Tak usah perasaanku, tapi perasaan Della juga.
Lihat saja nanti, Mas! Kamu akan merasakan semua kepahitan ini.
Akan kubuat kamu menyesal karena telah menyia-nyiakan aku selama ini.
Niatku nanti, setelah selesai bertransaksi dengan si pembeli lahan. Aku ingin membuka usaha di bidang kuliner dan juga salon. Karena itu semua memang hobiku selama ini.
Sekalian membeli rumah dan mengajak bapak dan ibu untuk tinggal bersamaku dan juga Della bersama-sama. Urusan Mas Dion, lihat saja nanti. Aku tak mau memusingkan hal itu dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments