Gabriel mendorong anak itu hingga terhuyung ke belakang membuat tiga temannya merasa takut dengan anak remaja itu lalu melepaskan Gasendra.
"Masih kecil saja sudah sok jagoan tapi pengecut!" umpat Gabriel.
Gasendra menghampiri si pelaku utama. "Kalau mau mengalahkan aku, gunakan jalan yang benar bukan jalur preman! Kasihan sekali orang tuamu yang aslinya baik tapi anaknya kelakuan macam setan cilik!"
"Kamu!"
"Maju kalau berani! Satu lawan satu!" balas Gasendra dengan gagah. Dalam benaknya, pantang mundur jika bertemu dengan orang reseh macam temannya ini.
Gabriel hanya bersedekap melihat dua anak kecil itu saling menatap judes. Dan akhirnya yang dikhawatirkan terjadi. Anak itu maju memukul Gasendra tapi dirinya sudah siap dan mulai menangkis. Dalam sekejap Gasendra bisa memiting tangan anak itu ke belakang punggungnya.
"Sa...sakit Sendra!" teriak anak itu.
"Sakit? Kasihaaannn... Sudah kapok? Sudah kapok belum!" bentak Gasendra.
"Kapok aku! Maaf!"
Gasendra melepaskan pitingan nya dan anak itu mengusap-usap bahunya yang nyeri. Gabriel melongo melihat bagaimana Gasendra ternyata menguasai bela diri meskipun belum terlalu terasah tapi basic sudah kuat.
"Tuan Schumacher..." panggil Thoriq yang melihat tuan mudanya berkelahi.
"Mati aku" bisik Gasendra yang terdengar oleh Gabriel.
Tiga orang guru datang bersama dengan pria Arab memakai qafayeh dan jas mahal. Gasendra hanya nyengir ke arah pria Arab yang menggelengkan kepalanya.
Keempat anak yang mengeroyok Gasendra pun dibawa oleh para guru untuk kembali ke sekolah.
"Anda tidak apa-apa?" tanya Thoriq panik.
"Tidak apa-apa. Mari kita pulang." Gasendra menoleh ke arah Gabriel. "Ayo, kamu ikut aku!"
"Hah?"
"Ayo Gabriel." Gasendra melihat asisten ayahnya, Abdulah. "Paman Abdulah, tolong diurus ya?" pinta Gasendra ke pria Arab tampan itu. "Dia marah karena kalah nilai ujian jadi emosinya begitu."
"Tuan Gasendra akan bertemu Tuan Emir?"
"Iya paman, biar aku yang menjelaskan pada papa." Gasendra memberikan kode kepada Gabriel untuk ikut dengannya masuk ke dalam mobil Range Rover hitamnya.
***
Istana Al Jordan Dubai UAE
Gabriel melongo melihat istana megah itu dan Gasendra pun mengajaknya masuk. Remaja berusia 14 tahun itu tampak tidak percaya bahwa anak laki-laki yang beda usia empat tahun itu adalah putra salah seorang Emir di Dubai yang terkenal.
Pantas dia sangat percaya diri dan tutur katanya tampak begitu tertata serta terdidik baik. Gabriel melihat beberapa foto keluarga dan melihat keluarga Gasendra. Pantas kakak dan adiknya cantik, Gasendra sendiri juga tampan.
"Kamu tunggu dulu disini. Aku akan menghadap papa dulu." Gasendra mengetuk pintu besar itu lalu masuk. Gabriel memilih duduk di sofa besar yang empuk sembari melihat sekelilingnya.
"Siapa kamu?"
Gabriel mendongak dan tampak seorang gadis cantik berambut hitam tebal menatapnya tajam.
"Eh maaf, saya bersama dengan Gasendra... Nama saya Gabriel."
Gadis itu memicingkan matanya. "Bukankah kamu terlalu tua menjadi teman Dik Sendra?"
Dik? Bahasa apa itu?
"Kamu bukan orang Arab ya?"
"Eh bukan. Saya bukan orang Arab..."
"Mbak Zee! Jangan main interogasi dong!" protes Gasendra yang baru keluar dari ruang kerja Ayrton.
"Mbak Zee hanya penasaran ada orang asing di rumah" jawab Zinnia Hadiyanto Schumacher, kakak Gasendra.
"Mbak Zee sukanya gitu deh. Gabriel itu kakakku namanya Zinnia tapi biasa dipanggil Zee. Ayo, kamu masuk. Ditanyain papa." Gasendra mengajak Gabriel ke ruang kerja ayahnya.
"Permisi nona Zinnia" pamit Gabriel sopan.
Zinnia menatap kepergian Gabriel mengikuti Gasendra. Setidaknya dia punya sopan santun.
***
Ruang Kerja Ayrton Al Jordan Schumacher
Gabriel melihat seorang pria berwajah keras dengan rahang tegas ciri khas Jerman itu menatap dirinya tajam seolah ingin memindai dirinya luar dalam.
"Kamu bertemu dimana dengan Gasendra?" tanya pria itu tanpa basa basi.
"Saya bertemu di McDonald's."
"Apa saat itu kamu baru pulang latihan, Sendra?" Pria itu menoleh ke arah Gasendra.
"Iya papa."
"Gasendra, bisa kamu tinggalkan kami berdua. Papa mau bicara empat mata dengan Gabriel."
Gasendra pun berdiri dari duduknya dan mengangguk ke arah papanya. "Jangan dihajar lho pa" kekeh Gasendra sebelum keluar ruang kerja ayahnya.
Setelah Gasendra keluar, pria itu memberikan kode kepada Gabriel untuk duduk di hadapannya.
"Apakah kamu tahu siapa saya?"
Gabriel menggelengkan kepalanya. "Saya tidak tahu tuan."
"Saya adalah Ayrton Al Jordan Schumacher, Emir Al Jordan, salah satu CEO AJ Corp."
Gabriel melongo. Aku bekerja sebagai buruh di pembuatan apartemennya.
"Gabriel Luna. Saya tahu kamu bukan orang asli Dubai. Saya ingin tahu apa yang kamu lakukan di Dubai. Dimana orang tua kamu?"
Gabriel hanya menunduk.
"Gabriel, ceritakan semuanya pada saya, tanpa ada yang ditutupi karena saya lebih menghargai kejujuran daripada melakukan white lies yang nantinya akan ditambah kebohongan lainnya."
"Tapi tuan Emir... Saya sendiri tidak tahu kenapa itu bisa terjadi pada saya..." Gabriel menatap Ayrton sedikit takut. Apakah aku akan dideportasi? Apakah aku akan kembali ke Miami tanpa apapun?
"Ceritakan semuanya pada saya, dan saya akan memikirkan langkah apa yang harus saya ambil. Oke? Ceritakan dari awal siapa dirimu."
Gabriel menghela nafas panjang berulang kali dan memantapkan diri bercerita dari awal.
***
"Nama saya adalah Gabriel Eduardo Luna. Ayah saya adalah seorang pria berdarah Brazil yang sudah menjadi warga negara Amerika Serikat bernama Juan Pablo Luna. Ibu saya adalah wanita Amerika Serikat asli bernama Stephanie James. Ayah saya, seingat saya, adalah seorang programmer di Microsoft sedangkan ibu saya adalah seorang guru SD dimana saya dulu bersekolah disana. Kami tinggal di Miami karena ibu saya tidak kuat hawa dingin..."
Gabriel menjeda ceritanya dan Ayrton menunggu penjelasan remaja itu.
"Ketika saya lulus SD, kedua orang tua saya mengajak jalan-jalan kemari, ke Dubai karena ayah saya memang sudah lama ingin kemari. Kami baru menghabiskan waktu tiga hari dari seminggu rencana kami berlibur. Hari ketiga malam hari, kami pergi ke sebuah daerah yang baru saya ketahui itu termasuk distrik merah. Tiba-tiba seperti cerita Bruce Wayne, entah dari mana muncul seorang pria dengan baju gamis hitam dan hanya terlihat matanya menodong kami."
Gabriel menghela nafas nya.
"Dan dia menembak kedua orang tua saya. Disaat dia hendak menembak saya, entah dari mana datang kakek Ahmed berusaha menyelamatkan saya apalagi setelahnya orang-orang pada datang. Kakek Ahmed tahu resikonya saya bisa dideportasi memilih membawa saya yang sedang shock ke rumahnya. Butuh waktu lama bagi saya untuk menghilangkan trauma itu. Dan tiba-tiba saja saya harus bekerja keras menjadi buruh bahkan mencuri roti di pasar."
"Kata Gasendra, kakekmu sudah meninggal?"
"Hampir tiga bulan lalu Tuan Emir."
"Dan selama ini kamu bekerja sebagai buruh di tempat pembangunan apartemen AJ Corp?"
"Benar tuan Emir."
"Apakah kamu masih menyelidiki kematian orang tua kamu?"
"Saya bertanya di sekitar lokasi. Ada yang ingat, ada yang tidak. Sedangkan kakek Ahmed tidak bercerita sedikit pun. Mereka menganggap itu perampokan yang menjadi pembunuhan tapi pelakunya tidak tertangkap."
Ayrton menatap Gabriel. "Apakah kamu ingin bersekolah lagi?"
"Apa maksud anda, tuan?"
Ayrton tersenyum smirk.
***
Yuhuuuu Up Pagi Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Asngadah Baruharjo
keren thoorrr 👍👍👍
2023-11-01
1
ellyana imutz
ada udang d balik gimbal y ay...?? smg cpt terungkap rahasia kematian ortu u gab
2022-12-05
2
shinta
ayo semangat Gab.... tenang mereka orang-orang baik.
2022-12-05
2