My Bodyguard Is My Boyfriend
Di Sebuah Pasar Tradisional Kota Dubai
“PENCURRRIIIII!” Teriak seorang pedagang roti ke seorang anak remaja mungkin berusia 13-14 tahun yang lari membawa dua buah roti
Dua orang polisi itu pun mendengar teriakan pedagang roti itu dan segera mengejar remaja pria tadi. Dengan gesit, remaja itu berhasil meninggalkan pasar dan bergegas menuju ke sebuah daerah pekerja kasar yang berupa rumah-rumah tidak layak huni, sangat berbeda jauh dengan Dubai yang dikenal banyak orang sebagai tempat yang megah dan mewah. Tidak ferguso, tidak semua orang hidup bergelimang harta. Remaja pria itu pun masuk ke sebuah bangunan bobrok tinggal menunggu ambruknya tapi mau bagaimana lagi, hanya itu yang dipunyainya.
“Kamu sudah datang nak?” Tanya seorang pria renta yang tiduran di atas dipan lusuh.
“Sudah abah. Ini aku bawakan roti…” remaja itu pun memberikan dua buah roti kepada pria itu.
“Kamu mencuri nak?”
Remaja itu hanya menunduk.
“Ya Allah, jangan diulangi ya nak. Dosa karena kamu memberikan makanan dari perbuatan haram…”
“Uang dari kerja belum turun abah dan aku melihat abah kelaparan…”
“Apapun, jangan sampai mencuri.” Netra tua itu tersenyum lembut. “Ya sudah, kita makan roti ini tapi besok jangan diulang lagi ya.”
Remaja itu pun mengangguk.
***
Keesokan harinya remaja itu mendatangi ke sebuah proyek pembangunan apartemen baru dan mulai bekerja sebagai buruh kasar. Meskipun dia masih berusia 14 tahun tapi tubuhnya yang cukup bongsor membuatnya seperti berusia 17-18 tahun. Remaja itu bekerja tanpa mengeluh untuk mengaduk pasir dan semen ataupun mengangkut sak, karena yang di benaknya hanya bagaimana mendapatkan upah demi makan untuk dirinya dan kakeknya.
Menjelang sore, semua buruh mendapatkan bayarannya dan remaja itu menerima upahnya dengan bersyukur tidak ada pengurangan. Semua buruh di sini tahu bahwa pengusaha perusahaan kontraktor ini sangat ketat dengan aturan upah para buruh. Saat remaja itu baru sebulan bekerja, ternyata sang mandor berbuat curang dengan menilap upah para buruh. Entah dari mana sang pemimpin perusahaan itu tahu, dia mengirim pengawalnya dan memecat mandor itu tanpa ampun serta langsung mendeportasi keluar Dubai karena dia bukan warga negara UAE.
Usai mendapatkan upah, remaja itu pun bergegas pulang dan membelikan bahan makanan untuk dimasaknya di rumah. Sedikit kecewa karena pasar tradisional sudah tutup, akhirnya dia membelikan makanan matang yang harganya murah untuk dimakannya bersama. Ketika hendak sampai di gubuknya, ternyata sudah banyak orang. Remaja itu berlari menuju gubuknya dan ternyata kakek yang selama ini merawatnya sudah meninggal dunia. Remaja itu berteriak histeris karena harus kehilangan orang tua yang menyayanginya hingga harus ditarik oleh beberapa tetangganya. Malam itu juga, kakeknya pun dimakamkan secara sederhana di pemakaman umum bagi kaum miskin. Tidak ada nisan, tidak ada karangan bunga, hanya gundukan tanah berpasir.
Remaja itu menangis sendirian di dalam gubuk repotnya karena sekarang dirinya benar-benar sendirian tanpa ada orang yang tinggal bersamanya.
***
Dua Minggu sudah kakeknya meninggalkan dirinya dan sejak itu, dia tidak pernah mencuri demi makanan karena teringat pesan almarhum. Remaja itu pun sudah bisa mengikhlaskan kepergian kakeknya, yang meskipun bukan kakek kandung tapi beliau lah yang menyelamatkan nyawanya waktu kecil.
Nama remaja itu adalah Gabriel Luna, berdarah campuran Brasil dan Amerika Serikat. Di usianya yang ke 12 tahun, dia bersama dengan kedua orangtuanya berlibur ke Dubai. Gabriel tidak terlalu mengingat dengan jelas tapi yang dia tahu, kedua orangtuanya dibunuh di hadapannya dan saat pembunuh itu hendak membunuhnya, seorang kakek datang menyelamatkan dan membawanya pergi dari tempat kejadian. Bukanlah hal yang mudah bagi Gabriel kecil melupakan traumanya melihat bagaimana kedua orangtuanya dibunuh di depan mata. Dirinya hanya membawa backpack yang berisikan pasport miliknya, beberapa pakaian dan tiket pesawat menuju Miami, tempat tinggalnya. Namun dengan kejadian ini, dirinya hanya bisa tergantung dengan kakek Ahmed, yang dengan telaten mengasuhnya meskipun penuh kekurangan.
Selama tinggal dengan kakek Ahmed, Gabriel mulai bekerja kasar bahkan menjadi kuli pasar seperti kakeknya. Meskipun pada awalnya dirinya tidak terbiasa apalagi bahasanya dia tidak paham karena dia hanya menguasai bahasa Inggris dan Spanyol, bahasa ayahnya. Kakek Ahmed lah yang mengajari bahasa Arab dan memperkenalkan agama Islam pada Gabriel yang kemudian memeluk agama sang kakek bahkan mengikuti aturan khitan.
Dan kini Gabriel bertekad mencari uang yang banyak agar bisa menyelidiki kematian ayah dan ibunya yang dia tahu entah kapan dia bisa mengumpulkan uang sebanyak itu tapi setidaknya sekarang dia memiliki waktu luang untuk bisa mencari informasi kasus pembunuhan pasangan suami isteri itu dua tahun lalu.
***
Malam ini Gabriel berjalan ke sebuah distrik yang diingatnya sebagai lokasi kedua orangtuanya yang dibunuh. Setelah sekian lama, dirinya baru sekarang memberanikan diri kembali ke lokasi kejadian memilukan itu. Remaja itu bersyukur dirinya dikaruniai tubuh bongsor hingga orang tidak mengira bahwa dirinya baru berusia 14 tahun.
Mata coklatnya menyapu lingkungan yang dikenal lingkungan tidak elite karena hanya berjarak beberapa ratus meter saja ke sebuah komplek apartemen tipe sederhana. Gabriel mulai bertanya ke beberapa orang yang memiliki usaha disana. Ada yang ingat peristiwa itu dan ada yang tidak. Buat yang mengingat, Gabriel menyimpan semua informasi di otaknya yang dia bersyukur dikaruniai otak cerdas dan termasuk mudah mengingat. Hanya saat kedua orangtuanya dibunuh, dia tidak bisa mengingat wajah pembunuhnya.
Merasa sudah cukup mendapat informasi yang harus pelan-pelan dia gali, Gabriel memutuskan untuk makan di sebuah restauran cepat saji. Ketika sedang menga tri, dirinya melihat seorang anak berusia mungkin sekitar sepuluh tahun, masuk bersama dengan seorang pria yang memakai baju gamis putih. Gabriel tidak bisa mengalihkan pandangannya dari anak laki-laki yang memiliki mata biru yang sangat terang. Wajahnya tidak menunjukkan memiliki darah Arab dan gerak geriknya tampak percaya diri.
"Tuanku, apa anda ingin mendahului antrian?" Tanya si pengawal itu.
"No. Kita mengantri saja" jawab anak itu dengan tegas.
"Baik tuanku."
"Hei..." Sapa anak laki-laki itu ke Gabriel.
"Hei."
"Apa kamu sudah mengantri lama?"
"Lumayan. Kamu lihat sendiri kan ibu itu memesan banyak burger. Mungkin keluarganya banyak" jawab Gabriel sambil menunjuk seorang ibu yang membawa beberapa kantong berisikan burger.
"Bisa jadi. Kamu sendirian?"
"Iya. Kenapa?"
"Kemana orang tuamu?"
"Sudah meninggal."
"Oh, maaf aku tidak tahu."
"Tidak apa. Aku Gabriel by the way" ucap Gabriel sambil mengulurkan tangannya.
"Gasendra."
"Nice to meet you, Gasendra."
***
Yuhuuu Up Malam Yaaaa
Akhirnya malah duluan dari jadwal soalnya aku sudah dapat wangsit meskipun ngetiknya sambil di mobil bareng pak suami ...
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
susi lowati
another version paporit my family's haluku.. hehehe baru baca👍👍👍😘♥️
2023-05-14
1
diyah
mulai membaca... maaf, baru baca sekarang ya author... biar bisa baca lama😁✌
2023-02-01
1
ellyana imutz
br nemu ni kk...t masukin k rak ben ora ilang...semangat wangsit brubul langsung cuuss ketik..
2022-12-04
1