...Happy reading 🧡...
......................
"Perlu dibelikan laptop sepertinya sekarang. "
Taufik dan Warsita berdiskusi, mereka baru sadar, bahwa anaknya sangat membutuhkan laptop saat ini, apalagi mendengar cerita dari orang-orang yang anaknya kuliah di kota bahwa saat kuliah rata rata akan memerlukan laptop.
"Berapa harganya pak? " tanya Warsita.
"Kalau tidak salah 4-5 jutaan, bu, sementara kita saja sedang menunggu panen sebulan lagi. " jawab Taufik.
Kedua orangtua tersebut merenung, mereka tampak kebingungan, memikirkan bagaimana anaknya di kota, dengan fasilitas seadanya bahkan memikirkan bagaimana biaya kedepannya untuk anak semata wayang mereka.
"Kalau bisa dikatakan, biayanya cukup besar ya, pak? " lirih Warsita.
Taufik merasa itu bukan saatnya mereka mengeluh, ia menggenggam tangan istrinya dan mengelusnya.
"Tidak apa apa bu, ada saja nanti rezeki untuk Dewi, kita berusaha saja, bapak yakin, pasti ada jalan untuk kita bisa bahagiakan anak kita. " ucap Taufik.
Warsita hanya mengangguk, mungkin ucapan tersebut belum bisa membuatnya tenang, ia seakan merasa bahwa ia dan suaminya bukanlah orangtua yang baik, karena tidak bisa memenuhi kebutuhan anak tunggal nya sendiri.
Warsita berjalan di realita kehidupan, bahwa bermimpi juga harus berusaha, tetapi suaminya tetap memberikan semangat kepada diri sendiri dan dirinya.
"Ya sudah pak, ibu mau ke dapur dulu, soalnya kita belum masak. " ucap Warsita.
......................
"Terimakasih sudah meminjamkan saya laptop, Eni, saya sekarang cukup memahami cara menggunakan laptop. "
Dewi mengembalikan laptop milik Eni, sebelumnya ia meminjam laptop milik temannya itu untuk belajar, Eni memberikan izin pada Dewi untuk meminjam laptop miliknya untuk bisa menjadi tempat Dewi belajar menggunakan laptop.
"Iya, sama sama. Eh, kamu udah lihat lihat belum laptop yang mau kamu beli? " tanya Eni.
Dewi bergumam, ia menggelengkan kepalanya, ia tidak tahu pilihan untuk memiliki laptop.
"Belum sama sekali, Ni, saya saja baru belajar menggunakan handphone yang kemarin dibelikan oleh om Gusti kemarin. " jawab Dewi.
"Begitu, kalau kayak gitu, baiknya kamu minta biaya beli laptop sama om Gusti deh, apalagi sekarang butuh. Kalau dia minta apapun, kamu harus nurut, biar dia nggak sungkan ngasih kamu laptop kayak yang aku tunjukin tadi. " saran Eni.
"Jadi, saya harus nurutin apa yang om Gusti inginkan? " tanya Dewi.
"Yap, of course, kamu tuh harus nurutin apa aja yang om Gusti inginkan, tapi boleh menghindar kalau rasanya agak aneh kalau sama dia. " jawab Eni.
Dewi menganggukkan kepalanya, sekarang ia harus memikirkan nya terlebih dahulu, bagaimana cara untuk bisa melayani Gusti dengan baik.
"Ya sudah Ni, saya mau berangkat dahulu, sudah mau terlambat. "
Dewi mengambil tasnya, ia ingin berangkat ke kampus, sedangkan Eni berangkat ke tempat lain, sepertinya sedang mengurus hal lain yang pastinya sudah diketahui oleh Dewi sendiri.
Dewi mengotak atik handphone miliknya, masih terasa asing baginya, hanya beberapa aplikasi atau fitur lainnya saja yang bisa ia buka, termasuk aplikasi belanja online yang diajarkan Eni tadi.
Dewi menatap harga yang ditampilkan di barang yang sedang ia lihat itu, sebuah laptop yang disarankan oleh Eni yang menurutnya bagus, tetapi ia masih memikirkan harga tersebut, sebuah harga yang tidak murah baginya.
"Apa om Gusti mau ya kasih aku uang sebanyak ini untuk membeli laptop? " gumam Dewi bertanya pada diri sendiri.
......................
Sepanjang mata kuliah, Dewi masih terpikir dengan laptop yang barusan ia lihat, dan memikirkan cara untuk bisa melayani Gusti agar keinginannya bisa di penuhi.
Saat siang hari Dewi mendapatkan kesempatan oleh Eni, karena Eni mengikuti organisasi di kampus dan ia dapat diberi pinjaman laptop oleh Eni, Dewi belajar menggunakan laptop saat ia sedang duduk santai di taman kampus.
"Eni, terimakasih ya, saya mau pulang, mau balik kerja ke minimarket. "
Dewi mengembalikan laptop milik Eni, ia segera berangkat ke minimarket untuk kembali bekerja.
Hari itu kakak seniornya yang sering mengerjai nya tidak masuk, rasanya agak aneh baginya, jarang jarang sekali kakak seniornya tidak masuk, saat bertanya dengan karyawan lain, dijelaskan bahwa Novi sepertinya sedang sakit.
"Si Novi kayaknya lagi sakit deh, makanya dia kaga masuk kerja. " ucap karyawan lain.
"Oh iya, keknya lagi sakit, baguslah, nggak ada lagi tukang nindas seharian ini. "
Ternyata Novi sangat tidak disukai oleh karyawan dan karyawati lainnya, sama halnya dengan Dewi, tetapi Dewi lebih baik memilih untuk diam, biarkan hatinya saja yang mengumpat.
Sepanjang pekerjaan, handphone Dewi berbunyi, notifikasi handphone nya terdengar keras hingga ia diprotes oleh karyawan lainnya.
"Dewi, handphone lo baiknya di silent deh suaranya, ganggu! " tegur karyawan lain.
Dewi meminta maaf, kemudian menghidupkan handphone nya untuk mematikan suara notifikasi handphone nya.
Di layar utama handphone nya, Dewi melihat pesan dari Gusti, ia melihat pesan tersebut dan membacanya, Gusti ingin memintanya untuk menemaninya.
"Dewi, jangan main handphone jam kerja! " tegur karyawan lain.
"Iya, sebentar, saya mau balas pesan dahulu. "
Dewi membalas pesan dari Gusti, ia siap menemani Gusti untuk malam hari, kebetulan ia tidak ada kesibukan selain belajar menggunakan laptop dengan Eni.
Dewi kembali bekerja, karena sedaritadi ia hanya kena protes saja dengan karyawan lain.
......................
Sepulangnya bekerja, Dewi membalas pesan dari Gusti kembali, Dewi butuh bersiap siap, dengan make-up seadanya yang sudah ia beli menggunakan sisa uang pemberian itu untuk dipakai olehnya, berdandan seadanya dan ia melihat hasilnya, tidak terlalu buruk seperti hari kemarin.
Suara notifikasi handphone berbunyi kembali, Dewi melihat isi pesan tersebut, ternyata Gusti sudah menunggu nya di depan kosan, tak jauh jaraknya dari gerbang kosan.
"Maaf om, saya terlambat. "
Dewi membuka pintu mobil milik Gusti, Gusti menganggukan kepalanya dan menyuruh Dewi mengambil totebag yang berada di samping.
"Ambil totebag itu, Dewi. "
Dewi mengambilnya, ia melihat isi di dalamnya, sebuah baju setelan beserta topi, terlihat asing baginya.
"Ini untuk saya, om? " tanya Dewi.
"Yes baby, it's for you, nanti kalau sudah sampai di sana, saya minta kamu wajib untuk memakainya. " jawab Gusti.
Dewi menganggukan kepalanya, kedua lawan jenis tersebut berangkat untuk menuju ke suatu tempat.
Tempat kali ini adalah lapangan yang sangat lebar, bahkan tempat tersebut melebihi taman yang ada di kota, Dewi menatap kagum ketika melihat nya.
"Gantilah baju di sana, akan saya tunggu di dekat lobby. "
Dewi membawa totebag yang berisi baju yang diberikan oleh Gusti, ia mencari ruang ganti baju, sebelumnya ia bertanya dengan resepsionis yang sedang berjaga di meja depan.
"Permisi kak, di mana ya ruang ganti? " tanya Dewi.
Resepsionis tersebut menunjukkan ruang ganti, tak jauh dari meja awal kemudian Dewi memasuki ruang ganti.
Dewi melihat setelan baju tersebut, ia melotot, apalagi roknya yang terlihat sangat pendek, bisa dikatakan sudah diatas lutut, tetapi ia bersyukur di dalam rok tersebut masih ada celana pendek untuk dalaman rok tersebut.
Dewi melihat dirinya yang sangat berbeda, setelan baju tersebut sangat cocok di tubuhnya, begitu pula yang ia kenakan lainnya.
Dewi keluar dari ruang ganti, ia menyusul ke tempat Gusti berada, Gusti melihatnya dengan terkesima bahkan tidak berkedip sama sekali, Dewi sangat sempurna di matanya.
"Wow, you look so beautifull, honey... " puji Gusti.
"Terimakasih om, walaupun saya kurang mengerti arti ucapan om barusan. " ucap Dewi.
"Oh iya om, sebelumnya saya bertugas apa malam ini? " sambung Dewi.
"Oh ya, saya lupa memberitahukan kamu saat di mobil. Tugas kamu malam ini, temenin saya main golf, saya akan bayar kamu berapapun kamu mau. "
Dewi mengingat toko online yang diperlihatkan oleh Eni menjual laptop sesuai dengan yang dibutuhkannya, sayang sekali harganya sangat mahal baginya.
"Saya minta 5 juta, om. " ucap Dewi.
Gusti melongo, ia kemudian tertawa, baru kali ini bayaran serendah itu diminta oleh sugar baby yang sedang ia jadikan teman.
"Oke, jika itu maunya, saya akan turuti. Ayo, ikuti saya, bawakan tas golf ini. "
Dewi membawa troli yang khusus untuk tas golf, ia mengikuti Gusti ke tempat yang sudah dituju.
......................
"Nice try! "
Semua bertepuk tangan, selain Dewi sebagian wanita muda juga ternyata ada di sana, tetapi dengan bergelayut manja dengan pria tua lainnya, hanya Gusti saja yang masih terlihat muda di sana, bisa dibilang Gusti seperti lelaki yang hot.
"Ada apa, Dewina? " tanya Gusti.
"Tidak, saya hanya penasaran dengan permainan ini, om, saya ingin ikut bermain. " jawab Dewi.
Gusti mengerti, ia meminta satu bola lagi untuk Dewi, ia akan mengajarkan sugar babynya itu dalam bermain golf.
"Pakai terlebih dahulu sarung tangannya, Dewina. "
Dewi diberikan sarung tangan, kemudian tongkat golf, ia mulai diatur posisinya oleh Gusti, sementara klien Gusti beserta Caddy lainnya melihat Dewi yang diajarkan bermain golf.
"Atur posisi kamu berdiri, lututmu ditekuk sedikit, setelah pas mulai kayuh kan tongkatnya, fokus ke bola, kemudian pukul bola nya. Kalau saya belum katakan 'pukul', fokuskan saja dahulu ke bolanya. " ajar Gustiawan.
Dewi mengambil posisinya, ia menatap bola tersebut dengan fokus, ia menunggu aba aba dari Gusti.
"Pukul! "
Satu pukulan dengan pas mengenai bola, kayuhan tongkat golf Dewi berhasil mengenai bola, hingga bola tersebut terlempar jauh, tetapi masih jauh dari hole golf.
"Baru sebentar saja kamu kecanduan untuk bermain ini, Dewi. " puji Gusti.
"Bagi saya, ini sudah seperti main kriket di desa, om. " jawab Dewi.
Gusti tertawa, ia merangkul bahu Dewi dan mencium kepala Dewi, Dewi sebenarnya risih dengan perlakuan Gusti, tetapi saat ini ia sedang disewa untuk menemani Gusti saat bermain golf bersama klien klien sugar daddy nya itu.
"Gusti beruntung banget, perasaan pernah dapat simpanan yang satu lumayan manis, tapi dia dapat lagi yang seksi aduhai kayak sekarang. " ucap kagum orang-orang yang ada di tempat golf tersebut.
"Jadi kami tidak menarik, om? " tanya Caddy lainnya.
"No, honey, kalian juga menarik, itu hanya pujian semata saja, tetap kalian menjadi caddy tercantik kami. "
Semuanya kembali menatap Gusti dan Dewi, mereka secara bergantian berganti bola ataupun bergiliran untuk memukul bola.
"Ini bayaran saya, setelah ini kamu ikut saya lagi. " ucap Gusti.
"Terimakasih om, sesuai dengan keinginan saya tadi. Tapi, saya ikut kemana lagi, om? " tanya Dewi.
Gusti menggenggam tangan Dewi, mereka akan pergi di suatu tempat, Dewi hanya menuruti Gusti, selama itu tidak aneh aneh, maka Dewi akan ikut saja.
......................
"Pilihlah sesukamu, Dewina. "
Dewi dibawa ke store tempat barang-barang branded, ia berkeliling di dalam store tersebut, Gusti mengikutinya dari belakang, itu untuk Dewi agar gadis itu tidak kebingungan di dalam store yang sangat sepi pengunjung tersebut.
"Sepertinya ini bagus untuk mu, Dewina. "
Gusti mengambil salah satu tas berwarna merah, terlihat sekali bentuk dari tas tersebut sangat berkualitas, bahkan staff yang menjaga juga ikut menjelaskan kualitas dan jenis-jenis tas yang ada di rak masing-masing.
Gusti menganggukan kepalanya, apa yang dipegang oleh Dewi siap ia bayar, sementara Dewi terkejut dengan harga semua barang yang akan dibayar oleh Gusti.
"Om, ini barang barangnya mahal. "
"Kecil untuk saya, sekarang pilihlah salah satu lagi, kamu perlu terlihat modis dengan pemberian saya. Saya ingin kamu bisa pakai pakaian ataupun asesoris branded, kamu cukup pantas memakainya. " ucap Gusti.
"Saya rasa cukup, om, saya suka hanya ini saja terlebih dahulu, nanti jika ada yang lainnya, saya akan katakan pada om. " ucap Dewi.
Gusti membayar semua barang barang tersebut, kemudian mengajak Dewi untuk pulang, karena hari sudah malam.
Sepanjang perjalanan Dewi tak henti hentinya mengucapkan terimakasih pada Gusti, mungkin telinga Gusti telah tebal mendengar ucapan terimakasih dari Dewi, hari ini ia benar-benar memanjakan sugar babynya.
"Hati hati dijalan, om. "
Dewi membawa barang barangnya, totebag yang berisi barang barang mahal ia dapatkan semalam saja, di dalam hatinya dan pikirannya sangat memuji Gusti, laki-laki itu sangat baik dengannya walaupun perlakuan dari Gusti itu membuatnya risih sedari menemani bermain golf.
Di depan kamar, Dewi terkejut, karena ia melihat Eni yang sedang bersender di depan kamar, bahkan Dewi sampai mengecek keadaan Eni.
"Ni, Eni... " panggil Dewi.
Eni yang menutup wajahnya dengan lutut kemudian merespon panggilan Dewi, ia berdiri dan menguap, tercium bau yang tidak mengenakkan di tubuh Eni.
"Eh Dewi, malam ini boleh nggak numpang di kamar kamu? " tanya Eni.
"Loh, ada apa sama kamar kamu, Eni? " tanya balik Dewi.
"Kunci kamarku ketinggalan di kamar om ku, pas pulang baru sadar kalau kunci kamarku ketinggalan di kamarnya si omku. " jawab Eni.
Dewi merasa kasihan, ia menganggukan kepalanya, dan mengajak Eni untuk masuk ke kamar miliknya.
Totebag dan sebagainya ditaruh oleh Dewi di bawah, ia mengajak Eni untuk ikut membuka berbagai barang yang telah diberikan oleh Gusti.
"Wih, nggak salah kamu sama om Gusti, Wi, barang barang yang dikasih mahal semua ini. " puji Eni.
"Barangnya mahal mahal semua yang dikasih, saya jadi senang menerima nya. " jawab Dewi.
"Good girl, lanjutkan sampai om Gusti trobos kamu, Wi! " ucap Eni penuh dukungan.
"Makasih, eh, trobos? "
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments