...Happy reading 🧡...
......................
"Iya, kamunya aku tanya dulu, kamu mau nggak? "
Dewi mendengar tawaran tersebut pastinya menganggukan kepalanya, siapa yang tidak ingin uang, apalagi jumlah yang disebutkan oleh Eni tidak sedikit.
"Kamu tidak berbohong kan, Eni? " tanya Dewi meyakinkan.
"Astaga naga, Dewi, aku nih ngomong yang beneran ya, nggak mungkin bo'ong, kamu kira aku dapat perawatan tuh darimana coba selain dari kerja yang aku tawarin sama kamu tadi? " tanya Eni.
Dewi ikut berpikir, benar juga ucapan Eni, darimana sumber uang selain bekerja dengan tawaran dari Eni tadi, tidak ada salahnya untuk mencoba.
"Oke, Ni, saya mau kerjanya seperti kamu. " ucap Dewi.
Eni tersenyum, kemudian ia mengajak Dewi untuk masuk ke ruangan.
......................
Sepulang dari kuliah, Dewi segera berangkat ke minimarket tempat ia bekerja, karena ini adalah pertama kalinya ia bekerja, maka ia tidak boleh membuat pemilik minimarket kesal dengannya karena tidak profesional dalam mengambil keputusan pekerjaan.
Dewi menyempatkan diri mengganti bajunya di toilet kampus, karena ia segera untuk langsung bekerja ketika sudah sampai di minimarket.
"Saya tidak terlambat kan, kak? "
Dewi ditatapi sinis oleh seniornya, hanya saja Dewi tidak bisa melawannya.
"Nggak, nggak salah lagi, cepat ke sana, ambil shift kamu! "
Dewi segera menempati meja kasir, bersamaan dengan seniornya, ia melayani para pembeli, itupun bervariatif tingkah lakunya.
Senior Dewi merasa iri, karena para laki-laki muda yang lumayan tampan banyak ingin menempati meja kasir Dewi, ia berencana untuk membalas Dewi, yaitu akan melabrak Dewi di ruang istirahat karyawan.
Jam istirahat sore akhirnya tiba, itu adalah pergantian shift oleh karyawan lain, Dewi bersama karyawan lainnya mulai makan ataupun ganti baju di ruangan.
"Heh kamu. "
Dewi yang sedang minum kemudian merespon panggilan dari kakak seniornya, tak lama air minumnya diambil dan dituangkan ke kepalanya, semua karyawan hanya bisa menatap Dewi yang ditindas oleh senior itu.
"Lo anak baru kok bisa ya narik pelanggan? Lo pake pelet ya? "
Dewi terkejut, ia dituduh sebagai penarik perhatian dengan menggunakan pelet.
"Tidak, saya tidak pernah memakai pelet sama sekali, kak, saya memang begini adanya. " jawab Dewi.
"Bohong! Lo kira kecantikan langsung turun dari langit?! Bilang aja lu jadi simpenan om om tua kan?! "
Para karyawan lain akhirnya membantu, itupun karena mereka tidak ingin ada keributan, jika ada keributan maka semuanya akan kena imbas yaitu gaji yang akan dipotong.
Dewi pulang dengan dalaman pakaiannya yang basah, sehingga saat ganti baju ********** yang basah merembes hingga ke bajunya yang baru saja diganti, hingga naik angkot saja ia harus menutupi dadanya yang basah dan membentuk sesuai dadanya.
Dewi telah sampai di kosannya, harinya buruk, karena baru masuk kerja saja ia ditindas oleh seniornya sendiri.
"Eni sudah pulang belum ya? "
Dewi berjalan ke samping kamarnya, tak lama Eni keluar, Eni dalam keadaan kacau ia keluar dan berjumpa dengan Dewi.
"Eh Dewi, baru pulang kamu? " tanya Eni.
"Iya, saya habis pulang dari minimarket, syukur saja saya ambil jam siang, jadinya saya tidak kemalaman untuk pulang. " jawab Dewi.
"Begitu ya, oke... "
Dewi mengingat tawaran Eni tadi siang, ia mulai berdiskusi dengan temannya dan bertanya-tanya tentang pekerjaan yang ditawarkan tersebut.
"Kamu keliatan nya pengen banget deh, Wi? " tanya Eni.
"Saya pastinya mau, apalagi kamu mengatakan bahwa gajinya lumayan besar, jadinya saya tertarik untuk tau pekerjaannya itu apa saja. " jawab Dewi.
Eni menganggukkan kepalanya, ia mengajak Dewi untuk masuk ke kamarnya, sepertinya mereka akan berdiskusi terlebih dahulu.
......................
Di dalam kamar Eni, terlihat barang barang mewah terletak di atas lemari, bahkan baju yang mahal saja digantung sesuka hati oleh Eni, Dewi saja sampai kagum melihat barang barang milik Eni.
"Ini benar dari hasil kamu bekerja, Eni? "
Eni yang sedang merogoh sesuatu kemudian menganggukan kepalanya, Dewi menganggukan kepalanya dan ia dipanggil oleh Eni untuk mendekat.
"Sini, Dewi. " panggil Eni.
Dewi mendekat, berbagai botol ataupun kotak berisi warna warna, alias make-up ia lihat di depan mata. Eni melihat wajah Dewi, wajah biasa tanpa polesan itu yang sekarang ia lihat, baginya tidak ada daya tarik jika Dewi hanya seperti itu.
"Apa kamu bisa pakai ini semua, Dewi? " tanya Eni.
"Saya tidak mengerti, Eni, ini seperti peralatan yang saya lihat pertama kali, apalagi botol ini. " jawab Dewi sambil menunjukkan botol spray glitter.
"Tidak mengapa, ini kamu gunakan di wajah, semampu mu aja dulu. " ucap Eni.
Baru memegang satu, yaitu lipstik, akhirnya patah, banyak peralatan make-up Eni terbuang sia-sia karena ketidaktahuan Dewi, dan hasil make-up dari Dewi seperti seorang badut.
"Baiknya kamu belajar make up deh, Wi. " saran Eni.
"Apa itu make up? " tanya Dewi.
'Duh lupa, Dewi ini kan orang desa, mana ngerti dia sama make up, kecuali bersolek bahasa dia. ' ucap Eni dalam hati.
"Baik, make-up itu adalah alat tata rias untuk mempoles ataupun mengubah penampilan di wajah kamu, dan yang sedang kamu pakai, gunakan dan kamu pegang itu adalah make up, mengerti? "
Dewi menatap ke arah make-up yang sudah ia pakai, ternyata yang ia pakai tadi adalah make-up, sebuah peralatan rias yang tidak pernah ia pakai atau gunakan saat di desa, hanya bedak tabur yang akan ia gunakan.
"Baik, untuk sekali ini aku akan ajarkan kamu cara pake make-up, fashion atau baju, dan manner atau perilaku kamu selama nanti bertemu dengan seseorang. " ucap Eni.
Dewi menuruti ucapan Eni, bahkan saat dirias saja ia diam terlebih dahulu, satu persatu keperluan untuk mempercantik diri dipasangkan di diri Dewi.
"Astaga, berbeda sekali kamu, Dewi. "
Dewi membuka matanya, ia melihat dirinya di depan kaca, berbeda dari sebelumnya, ia seperti melihat dirinya yang berbeda di depan kaca.
"Ini saya, Eni? "
"Benar, nah, sekarang aku bakal pinjamin tas ku buat kamu pakai. Nanti setelah berhasil bertemu sama seseorang, kamu beli sendiri pakaian ataupun make-up untuk diri kamu sendiri. " ucap Eni.
Dewi menganggukan kepalanya, kemudian ia mengikuti Eni, karena Eni akan mengajaknya untuk bertemu seseorang, dan meyakinkan dirinya untuk bekerja.
......................
"Eni, ini apa tidak terbuka ya bajunya? " tanya Dewi.
"Kamu ini, kamu mau nggak sih? Kalau nggak mau, kita pulang aja. " ucap Eni.
"Eh, jangan, saya mau kok, Eni. " ucap Dewi.
Eni mengajak Dewi ke dalam ruangan, itu suatu gedung yang terlihat megah namun terlihat privasi.
"Selamat datang di kehidupan baru, Dewi! " sambut Eni.
Dewi masih ragu, ia menatap tempat yang dituju bersama temannya, tempat se ekslusif itu ia tempati bersama temannya, entah apa isi dalam nya selain pria tua dan sekumpulan wanita muda, tepatnya para gadis.
Berhenti di suatu meja, terlihat seorang pria yang sedang duduk dan menikmati minuman, Eni dan Dewi berhenti di depan meja.
"Halo om. " sapa Eni.
Laki-laki itu merespon sapaan Eni, kemudian tatapannya mengarah ke arah Dewi.
"Ini yang kamu pengen kenalin sama saya, Eni? " tanya laki-laki tersebut.
"Yap om, kenalin nih, Dewina namanya, persis yang om cari kan ini? " tanya Eni.
Laki-laki tersebut berdiri dan mendekati Dewi, Dewi pastinya canggung, kemudian tangan laki-laki tersebut disodorkan padanya.
"Kenalkan, saya Khairul Gustiawan. "
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Mimik Pribadi
Dewi pdhl gak tau hrs kerja apa,saking polosnya asal mau2 ditawarin kerja yng duitnya bnyk,,,,
2023-10-12
0
Qorie Izraini
Menjadi Sugar baby...
2023-07-24
0