Eps 04 : Hampir diusik

...Happy reading 🧡...

......................

Dewi menaiki tangga menuju kamarnya, ia berjalan ke arah kamarnya sebelum Eni menyapa nya, sekaligus ia akan mengembalikan barang barang milik Eni yang ia pinjam tadi.

"Permisi, Eni... " panggil Dewi.

Tak lama pintu dibuka, Eni yang tampak rapi kemudian membuka pintu kamarnya.

"Oh Dewi, gimana? " tanya Eni.

"Saya ingin mengembalikan barang milik kamu, Ni, terimakasih sebelumnya. " ucap Dewi.

"Iya, eh itu apaan yang baru dibeliin sama om Gusti? " tanya Eni.

Dewi menunjukkan barang barang yang telah diberikan oleh Gusti, sementara Eni melihat barang barang Dewi dengan tatapan kagum.

"Wih, kayaknya habis jalan jalan sama si om ya, Wi? " tanya Eni.

"Iya, cuma temenin dia ketemu sama temannya, saya malah berhenti di toko yang paling besar kemudian dibelanjakan oleh om Gusti barang barang ini. " jawab Dewi.

"Baguslah, nanti juga kamu bakal tau tingkatan sugar baby, ini mah baru dasarnya aja. " ucap Eni.

"Sugar baby? Maksudnya apa ya, Eni? " tanya Dewi.

"Ya, berarti kamu tuh temennya om Gusti, lebih tepatnya sih kayak itu... " jawab Eni setengah.

Dewi juga tidak terlalu ngeh, malah ia cuma menganggukan kepalanya, cukup hanya jawaban Eni sebatas teman sudah membuatnya mengerti, tak perlu dijelaskan lebih lanjut.

"Ya sudah, kalau begitu saya kembali ke kamar saya dulu ya Ni, saya mau berangkat ke minimarket. "

Eni mengerutkan keningnya, kemudian menatap sinis.

"Masih kepikiran kerja di minimarket kecil itu? Kok betah aja kerja disana kamu, Wi? " tanya Eni.

"Bagaimana lagi, tempat pertama saya bekerja juga disana, Eni, sebagai tambahan saya setelah menemani om Gusti. " jawab Dewi.

"Tapi, bisa dibandingin nggak gaji mana yang menurut kamu tuh besar? Kalau aku jadi kamu sih, tinggal nunggu panggilan aja dari om om kita, terus tinggal temenin, mudah dan cepat bukan? " tanya Eni.

"Mau bagaimanapun, saya masih punya tanggungjawab dengan pekerjaan kita, Eni. " jawab Dewi.

"Ya, terserah kamu sendiri lah, yaudah, aku mau berangkat, adios... "

Eni meninggalkan Dewi, kemudian Dewi bergegas untuk kembali bekerja di minimarket, karena saat hari libur ia akan dapat shift siang hari.

Dewi menaruh barang barangnya, kemudian mengganti bajunya, ia menutup pintu kamarnya dan segera pergi ke minimarket.

......................

Cuaca panas, ditambah lagi melihat kemacetan dimana mana, Dewi sambil berjalan melihat kemacetan tersebut, pemandangan yang tidak pernah ia lihat saat di desa, tak lama langkahnya sampai menuju ke minimarket.

"Sampe juga nih anak baru, nih, susun di sana. "

Baru sampai di minimarket, Dewi sudah diperintah oleh seniornya untuk menyusun barang yang akan diletakkan di rak barang, satu persatu ia mencocokkan tempat dari produk tersebut ke rak yang sesuai tertera di depan rak.

Sepanjang di minimarket, Dewi selalu diambil bagian kasirnya, karena seniornya yang terlalu menggebu-gebu untuk bisa melayani pelanggan laki-laki muda, bagian Dewi selalu saja direbut dan pastinya itu akan mempengaruhi kinerjanya sebagai kasir, dan biasanya ia akan mendapatkan jatah membereskan barang yang baru sampai ataupun yang berada di gudang untuk diisikan di rak yang dibutuhkan.

Waktu untuk Dewi bekerja sudah habis, ia memutuskan untuk langsung pulang, dengan membawa tas yang berisi barang barangnya ia kemudian bergegas untuk pulang ke kosannya, tujuannya juga agar tidak akan ada penindasan seperti kemarin.

Hanya dengan berjalan kaki, Dewi sudah menghemat biaya transportasi yang biasa dipakai, kosannya juga terbilang tidak jauh dari minimarket tempat ia bekerja.

Sesampainya di kosan, ia memberi sapaan dengan penjaga kosan, kemudian menaiki tangga menuju ke atas.

Tak lama ia pulang, dari belakangnya terlihat Eni yang juga baru pulang, membawa kantong plastik besar, seperti barang barang.

"Eni, baru pulang? " tanya Dewi.

"Iya, wah kebetulan ini, kamu main ke kamarku ya, kita makan steamboat sama sama yuk di kamarku. " ajak Eni.

"Maksud kamu kita makan sama sama? " tanya Dewi.

"Iya, ayuk ikut aku. "

Dewi mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam kamarnya, ia menerima tawaran dari Eni untuk menghargai Eni yang sudah menawarinya makan bersama.

......................

Di dalam kamar, aroma masakan tercium harum, bahkan Dewi sampai keroncongan mencium aroma makanan tersebut, bau makanan tersebut adalah bau yang tak pernah ia cium selama ini.

"Ini dipanggang ya? "

"Iyap, udah dibalur bumbu juga dari restorannya. Nih, aku ambilin, mana piring kamu. "

Eni memberikan daging yang sudah dipanggang olehnya, Dewi menyambutnya dan mencari sendok atau garpu untuk ia suapkan daging tersebut ke mulutnya.

"Eni, tidak ada sendok atau garpu? " tanya Dewi.

"Coba pakai sumpit yang ada disebelah mu, Wi, anggap aja kamu pernah makan mie bungkus waktu masih SD. " ucap Eni sambil memanggang daging.

Dewi menganggukan kepalanya, ia mengambil sumpit yang ada di sebelah, walaupun ukurannya tidak seperti tusuk sate yang sering digunakan saat makan mie bungkus, ia mencoba untuk memegang sumpit tersebut hingga akhir berhasil.

Dewi menyuapkan daging tersebut ke mulutnya, rasa yang tidak pernah ia rasakan, bahkan ia bergumam kagum dengan makanan yang ia makan dan kunyah itu.

"Enak sekali...! " girang Dewi.

Eni tersenyum, kemudian melanjutkan menyendokkan steamboat yang baru saja matang.

"Nih, sebagai kuah kuahan nya. " serah Eni.

Dewi melanjutkan memakan daging, ia terus saja bergumam, mungkin sangat menikmati daging tersebut yang ia makan.

"Dagingnya enak sekali, saya suka, Eni. " puji Dewi.

"Tentu saja, daging babi sih. "

Mendengar daging yang ia makan adalah daging babi, Dewi terkejut dan memuntahkan makanannya di tisu.

"Eni, saya tidak salah dengar? Daging babi? " tanya Dewi.

Eni tertawa terbahak-bahak, Dewi mudah tertipu dengannya, padahal daging tersebut yang jelas adalah daging sapi yang dibuat tipis seperti bacon.

"Nggak ah, itu daging sapi, kamu lanjutin makannya, aku cuma main main tadi. " ucap Eni.

"Eni, saya hampir jantungan saat kamu mengatakan itu. " ucap Dewi.

Dewi melanjutkan makannya, diikuti oleh Eni juga yang ikut memakan daging dan steamboat yang sudah disajikan.

"Cuma kamu teman ku di kosan ini, lainnya sok sibuk sama urusan, bahkan teguran aja nggak, pada sibuk sama kerjaannya sih. " ucap Eni.

"Benarkah? Saya teman pertama kamu? " tanya Dewi.

"Yap, of course, cuma kamu aja sih temenku di sini, mungkin bawaan kamu dari desa yang nggak tau apa apa, kebetulan mau kenalan sama aku. " jawab Eni.

Dewi terharu, ia mengucapkan terimakasih dengan Eni, karena ia adalah teman pertamanya Eni.

"Terimakasih Ni, saya senang mendengar nya. "

"Hm, sama sama. Yaudah, lanjut makan gih, nanti aku ajarin kamu pake laptop. " ucap Eni.

"Laptop? Untuk apa? " tanya Dewi.

"Dewina, kuliah tuh perlu banget pake laptop, kamu memangnya mau nulis laporan pakai kertas sama pena doang? Yang ada dua tahun kamu baru selesai bikin laporan. " jawab Eni.

Dewi ikut kepikiran, ia kemudian menganggukan kepalanya dan melanjutkan makannya, lahap sekali saat itu ia makan, mungkin saja efek dari ia yang merasa lapar setelah seharian bekerja.

Selesainya makan, Dewi membantu Eni untuk berberes, ia merasa kurang nyaman dengan keadaan kamar temannya yang terbilang berantakan itu, karena ia tidak suka jika kamar kosan yang berantakan dan membuat susah untuk bergerak bebas di ruangan tersebut.

"Part paling males, nyuci piring. " keluh Eni.

"Ya sudah, biar saya yang bereskan peralatan makan, kamu membereskan barang yang ada di luar saja, Eni. " ucap Dewi.

Setelah beberapa jam membereskan kamar milik Eni, akhirnya suasana yang tidak pernah dilihat Eni saat itu berbeda, semua baju, tas dan sepatu disusun rapi, waktu yang tepat untuk Eni mulai mengajarkan Dewi untuk menggunakan laptop.

"Ketik ini, terus operasikan yang ini. "

Semalaman Eni mengajarkan Dewi untuk menggunakan laptop, tak butuh waktu lama Dewi mengerti, tetapi ia masih akan tetap memerlukan waktu lagi untuk belajar, sementara sang guru yaitu Eni sudah merasakan kantuk.

"Wi, besok lanjut lagi ya, udah ngantuk soalnya. " ucap Eni.

"Boleh kasih waktunya sebentar saja? Saya masih ingin belajar lagi, Ni? " mohon Dewi.

Karena itu adalah permintaan, Eni akhirnya menganggukan kepalanya, ia memberikan izin pada Dewi untuk menggunakan laptop untuk belajar, sementara ia harus tidur terlebih dahulu.

......................

Pagi hari telah tiba, Eni menguap dan terbangun dari tidurnya, ia mencari keberadaan Dewi dan menemukan Dewi tertidur di depan laptopnya, syukur saja Dewi tidak tidur di atas laptop miliknya.

"Wi, Dewi. "

Eni menggoyangkan badan Dewi, Dewi terbangun dan melihat ke arah Eni, ia merenggangkan tubuhnya kemudian bangkit dari tidurnya.

"Kamu seriusan belajar laptop aku semalaman, Wi? Gimana? " tanya Eni.

"Laptop nya mati sendiri, Ni, sepertinya baterainya habis. " jawab Dewi.

Eni bangkit dari tempat tidur, kemudian ia mencari charger laptop nya, syukur saja hari ini ia masuk sore hari, pastinya laptopnya akan terisi penuh jika sampai sore hari tiba.

"Kamu nggak kuliah, Wi? " tanya Eni.

Dewi baru ingat, bahwa hari ini adalah hari ia kuliah, ia segera bergegas ke kamarnya dan berterimakasih dengan Eni, karena semalam sudah diajak makan dan diajarkan menggunakan laptop.

Kamar Dewi tidak terlalu berantakan, tidak perlu membereskan kamarnya seperti kamar temannya tadi, karena ia tidak ada dikamarnya semalaman.

Butuh waktu 20 menit untuk sampai di kampus, Dewi dengan barang barangnya kemudian masuk ke dalam kelasnya, mengikuti mata kuliah dan mempelajari kembali materi yang sudah dijelaskan.

Siang hari baru Dewi bisa bertemu dengan Eni, karena pasalnya ia masih ingin meminjam laptop milik Eni, sayang sekali saat itu Eni tidak bisa, karena ia akan memasuki mata kuliah yang pasti memerlukan laptop nya itu sendiri.

Dewi tidak bisa apa apa lagi selain membaca buku, karena tidak ada tugas lain selain itu saja, ia tidak bisa seperti gadis lainnya, dengan menggunakan handphone layar sentuh dan berselfie ria bersama yang lainnya.

Dewi memang punya handphone yang sekelas dengan para gadis gadis tersebut, tetapi ia hanya bisa sedikit mengerti untuk mengoperasikan handphone tersebut.

Saat sedang membaca buku, Dewi kedatangan dengan beberapa gadis modis, terlihat bahwa itu seperti kakak tingkat nya.

"Lo Dewi kan? " tanya gadis tersebut.

"Eh, iya, saya Dewi kak. " jawab Dewi.

"Lo ani ani baru ya di kampus ini? "

Baru kali itu Dewi dihampiri oleh gadis lain, ia tidak mengerti arti dari ucapan gadis tersebut.

"Ani ani maksudnya apa ya, kak? " tanya Dewi.

Gadis tersebut mengerutkan keningnya, ia tersenyum remeh dengan menatap Dewi.

"Lo nggak ngerti ani ani? Omg, lo itu ani ani tau, siapa om yang lo kenal itu? Semalam gua lihat lo tau! " tanya gadis tersebut.

"Gustiawan, itu om yang saya kenal, yang kasih saya uang kemarin. " jawab Dewi.

"Kayaknya dia sugar baby pemula deh, lihat tuh, arti ani ani aja nggak ngerti. "

"Yaudah, lo sebagai ani ani pemula harus belajar lagi, jangan terlalu polos, ntar lu nyesel sendiri karena terlalu polos. "

Sekumpulan gadis modis tersebut meninggalkan Dewi, sementara Dewi bingung dengan maksud ucapan dari kakak tingkat nya, kata kata tersebut masih asing di telinganya.

"Harus tanya sama Eni, apa arti dari ani ani yang disebutkan sama kakak tingkat tadi. "

Dewi memutuskan untuk pulang, ia akan segera pergi ke minimarket lagi untuk bekerja, nanti saja ia akan menanyakan hal tersebut pada teman sekamar nya itu sendiri.

......................

Hari ini hampir saja Dewi terlambat, tetapi ia masih selamat, karena perjalanan menuju ke minimarket terhalang dengan orang yang sedang menebang pohon di pinggir jalan.

"Permisi."

Para kasir kemudian melihat ke arah pintu, Dewi yang baru sampai, bagi mereka jarang sekali Dewi bisa secepat itu untuk datang ke minimarket.

"Tumben anak baru nggak telat, mana si Novi? " tanya karyawan lainnya.

Dewi hanya menaikkan bahunya, tak lama orang yang dimaksud oleh karyawan lain datang, kebetulan ada bos toko mereka yang menunggu satu karyawan yang belum masuk.

"Permisi pak, maaf terlambat. " ucap Novi.

"Sudah saya bilang dari awal, jadilah orang yang disiplin! Saya tidak suka jika ada karyawan saya yang sengaja terlambat di depan mata saya. Apa biasanya kamu juga seperti ini saat jam kerja lainnya, Novi?! " tanya pemilik toko dengan tegas.

"Kali ini gaji kamu bakal saya potong, itu peringatan satu kali saja! "

Pemilik toko tersebut pergi meninggalkan karyawan karyawan lainnya, Novi menatap sinis ke arah Dewi, kenapa Dewi tidak ikut dimarahi sepertinya.

Saat bekerja, Dewi masih penasaran dengan ucapan dari kakak senior kampusnya, kebetulan di dekatnya ada Novi, mungkin bertanya dengan Novi bisa membuatnya tau arti dari ani ani.

"Kak, permisi... "

Novi menatap Dewi, dengan tatapan sinis menatap Dewi seolah musuh.

"Kenapa? " tanya Novi.

"Kak, saya boleh bertanya sedikit, kakak tau tidak arti dari ani ani? Saya tidak tahu sama sekali. "

Novi menatap sinis kembali, tatapan sinis bercampur dengan tatapan menjijikan.

"Ngapain lo nanya kayak gitu sama gua? Mau jadi itu lo? " ketus Novi.

Jawabannya ketus menandakan bukan jalan keluar, Dewi lebih baik diam daripada berbasa-basi dengan seniornya, ia kembali membereskan barang barang yang akan dipajang di rak depan kasir.

......................

Seharian penuh hingga petang tiba, akhirnya Dewi selesai bekerja, ia mengganti bajunya di ruang karyawan kemudian pulang dengan membawa barang barang lainnya, ia juga sudah merasa gerah dan lelah setelah hampir seharian bekerja.

Jalanan seperti biasa, di penuhi kendaraan yang membuat macet, bagi Dewi itu menjadi pelengkap jalan yang dilewatinya, tanpa kendaraan tersebut maka ia akan merasa sendirian berjalan di atas trotoar.

Sesampainya di kosan, pintu gerbang ditutup, karena seperti biasa jika saat petang tiba akan ditutup, dan akan dikunci jika lewat dari jam 12 malam.

Baru sekarang Dewi dapat melihat pemilik kosan lain beraktivitas di luar kamar, mereka berjalan di sekitar kosan, mengangkut baju dari tempat cuci baju, dan mengambil makanan yang dititipkan di pos satpam.

Sayang sekali tidak ada tegur sapa dan saling berinteraksi, betul kata Eni kemarin, bahwa orang orang yang ada di kosan tempatnya tinggal orang-orang nya sangat cuek dan tidak peduli, menegur pun hanya sekedar bertanya nama saja.

"Baru pulang, Wi? "

Dewi menatap ke sebelah kamarnya, terlihat Eni sedang berdiri di dekat pembatas lantai dua dan melamun, kemudian menegurnya.

"Eh, iya Ni, saya baru pulang. "

"Ohh, kamu udah makan belum? Kalau belum, makan di luar yok, biar aku traktir. " ajak Eni.

"Benarkah? Saya sangat senang menerima ajakan kamu, terimakasih. " ucap Dewi.

Dewi bergumam, ia mengingat pertanyaannya tadi, dari tadi belum menemukan jawaban dan mungkin akan tepat jika bertanya dengan Eni.

"Emmm, Eni, saya ingin nanya, boleh? " tanya Dewi.

"Ya, nanya apaan? " tanya Eni.

"Ani ani itu apa ya, Ni? " tanya Dewi.

Eni melotot, mungkin terkejut, karena baru kali itu Dewi bertanya padanya arti dari ani ani.

"Emmm, gimana ya...? Kamu dapat darimana kata kata itu? " tanya Eni.

"Saya dapat dari kakak senior di kampus, mereka terus mengatakan hal tersebut, tetapi saya tidak tahu apa artinya. " jawab Dewi.

Eni bergumam, kemudian menjelaskan arti dari pertanyaan Dewi tadi, setelah dijelaskan itu cukup membuat Dewi mengerti.

"Yaudah, yok kita makan di luar, udah laper nih soalnya. " ajak Eni.

"Boleh, ayo Eni. "

Dewi dan Eni berjalan menuju ke bawah, Eni masih terpikir dengan pertanyaan Dewi sebelumnya.

'Kakak kakak senior sialan, bagaimana jika Dewi tidak ingin bekerja gara-gara kalian? Bisa kuhabisi kalian semua, tetapi belum saja waktunya. '

...****************...

Terpopuler

Comments

Mimik Pribadi

Mimik Pribadi

Knpa sih Ani tidak jujur saja dari awal mentang2 polos dan lugu jngn smpe kamu menjerumuskan nya,toh yng mau ngejalaninnya Dewi sendiri,,,,,

2023-10-12

0

lihat semua
Episodes
1 Eps 01
2 Eps 02
3 Eps 03
4 Eps 04 : Hampir diusik
5 Eps 05 : Menemani bermain golf
6 Eps 06 : Sandwich generation
7 Eps 07: Handphone
8 Eps 08: Pekerjaanmu apa, nak?
9 Eps 09 : Laptop dan keperawanan
10 Eps 10 : Berita duka
11 Eps 11 : Pasrah
12 Eps 12 : Kudapatkan Dewi untuk semalam
13 Eps 13 : Kekecewaan Dewi
14 Eps 14 : Bertemu Gusti lagi
15 Eps 15 : Dewi dan Uang
16 Eps 16: Belajar memuaskan
17 Eps 17: Perkelahian Suami Istri
18 Eps 18 : Rencana ke Singapura
19 Eps 19 : Bertemunya Simpanan dan Sang Nyonya
20 Eps 20 : Izinkan Aku Untuk Menjauh Sementara
21 Eps 21 : Aku Tahu Selama Ini Kamu Berbohong, Dewina
22 Eps 22 : Pengalaman Baru
23 Eps 23 : Berita Buruk
24 Eps 24 : Peduli
25 Eps 25: Kabur ke Paris
26 Eps 26: Curhat dan Pengadu
27 Eps 27: Bisnis dan simpanan
28 Eps 28: Saya juga butuh kebebasan, Om!
29 Eps 29: Dihargai
30 Eps 30: Ulangtahun Gita
31 Eps 31: Kunjungan
32 Eps 32: Mengakui
33 Eps 33: Perasaan yang baru
34 Eps 34: Gusti cemburu
35 Eps 35: Menjauhlah dari Dewi
36 Eps 36: Perselingkuhan yang Tercium
37 Eps 37: Efek
38 Eps 38: Pesan dan Kecurigaan
39 Eps 39: Tanda yang terlihat
40 Eps 40: Kamu ketahuan, Gustiawan
41 Eps 41: Syarat yang harus di penuhi
42 Eps 42: Bella dan masa lalu
43 Eps 43: Sendirian
44 Eps 44: Penindasan berkedok kemenangan
45 Eps 45: Kekhawatiran Dewi
46 Eps 46: Saya butuh teman, om
47 Eps 47: Kini akan sendiri
48 Eps 48: Gusti dan Jelly
49 Eps 49: Jenguk
50 Eps 50: Rindu dan rahasia
51 Eps 51: Nasehat tak ada arti
52 Eps 52: Ungkapan hati sang Juno
53 Eps 53: Sudah muak
54 Eps 54: Mencari
55 Eps 55: Masa lalu Jelly
56 Eps 56: Celaka
57 Eps 57: 4 bulan
58 Eps 58: Bocor
59 Eps 59: Jenis kelamin
60 Eps 60: Tekanan
61 Eps 61: Refresing
62 Eps 62: Sebuah nama
63 Eps 63: Muak
64 Eps 64: Padam
65 Eps 65: Bahagia ternyata tak untuk selamanya
66 Eps 66: Kehilangan
67 Eps 67: Api cemburu
68 68: Ini bukan keajaiban
69 69: Pemulihan
70 70: Bayang bayangmu
71 71: Kakak
72 72: Berbeda
73 73: Rindu
74 74: Celah
75 75: Pertemuan Dewi
76 76: Tes
77 77: Terbongkar
78 78: Pelampiasan
79 79: Pembalasan
80 80: Sebuah Pengakuan
81 81: Akhir dari semua [END]
82 #PromosiCeritaBaru = Terik Cinta Hanna
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Eps 01
2
Eps 02
3
Eps 03
4
Eps 04 : Hampir diusik
5
Eps 05 : Menemani bermain golf
6
Eps 06 : Sandwich generation
7
Eps 07: Handphone
8
Eps 08: Pekerjaanmu apa, nak?
9
Eps 09 : Laptop dan keperawanan
10
Eps 10 : Berita duka
11
Eps 11 : Pasrah
12
Eps 12 : Kudapatkan Dewi untuk semalam
13
Eps 13 : Kekecewaan Dewi
14
Eps 14 : Bertemu Gusti lagi
15
Eps 15 : Dewi dan Uang
16
Eps 16: Belajar memuaskan
17
Eps 17: Perkelahian Suami Istri
18
Eps 18 : Rencana ke Singapura
19
Eps 19 : Bertemunya Simpanan dan Sang Nyonya
20
Eps 20 : Izinkan Aku Untuk Menjauh Sementara
21
Eps 21 : Aku Tahu Selama Ini Kamu Berbohong, Dewina
22
Eps 22 : Pengalaman Baru
23
Eps 23 : Berita Buruk
24
Eps 24 : Peduli
25
Eps 25: Kabur ke Paris
26
Eps 26: Curhat dan Pengadu
27
Eps 27: Bisnis dan simpanan
28
Eps 28: Saya juga butuh kebebasan, Om!
29
Eps 29: Dihargai
30
Eps 30: Ulangtahun Gita
31
Eps 31: Kunjungan
32
Eps 32: Mengakui
33
Eps 33: Perasaan yang baru
34
Eps 34: Gusti cemburu
35
Eps 35: Menjauhlah dari Dewi
36
Eps 36: Perselingkuhan yang Tercium
37
Eps 37: Efek
38
Eps 38: Pesan dan Kecurigaan
39
Eps 39: Tanda yang terlihat
40
Eps 40: Kamu ketahuan, Gustiawan
41
Eps 41: Syarat yang harus di penuhi
42
Eps 42: Bella dan masa lalu
43
Eps 43: Sendirian
44
Eps 44: Penindasan berkedok kemenangan
45
Eps 45: Kekhawatiran Dewi
46
Eps 46: Saya butuh teman, om
47
Eps 47: Kini akan sendiri
48
Eps 48: Gusti dan Jelly
49
Eps 49: Jenguk
50
Eps 50: Rindu dan rahasia
51
Eps 51: Nasehat tak ada arti
52
Eps 52: Ungkapan hati sang Juno
53
Eps 53: Sudah muak
54
Eps 54: Mencari
55
Eps 55: Masa lalu Jelly
56
Eps 56: Celaka
57
Eps 57: 4 bulan
58
Eps 58: Bocor
59
Eps 59: Jenis kelamin
60
Eps 60: Tekanan
61
Eps 61: Refresing
62
Eps 62: Sebuah nama
63
Eps 63: Muak
64
Eps 64: Padam
65
Eps 65: Bahagia ternyata tak untuk selamanya
66
Eps 66: Kehilangan
67
Eps 67: Api cemburu
68
68: Ini bukan keajaiban
69
69: Pemulihan
70
70: Bayang bayangmu
71
71: Kakak
72
72: Berbeda
73
73: Rindu
74
74: Celah
75
75: Pertemuan Dewi
76
76: Tes
77
77: Terbongkar
78
78: Pelampiasan
79
79: Pembalasan
80
80: Sebuah Pengakuan
81
81: Akhir dari semua [END]
82
#PromosiCeritaBaru = Terik Cinta Hanna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!