...Happy reading 🧡...
......................
"Kenalkan, saya Khairul Gustiawan. "
Laki-laki tersebut memperkenalkan diri pada Dewi, Dewi yang masih ragu kemudian menjabat tangan Gusti, tak lama tangan Dewi dielus-elus oleh Gusti, itu membuat Dewi menjadi risih dan langsung menarik tangannya.
"Tampaknya dia masih polos, Eni. " ucap Gusti.
Diiringi oleh tawanya, Gusti tertawa melihat wanita yang dikenalkan padanya, bahkan Dewi menjadi takut.
"Apa saya akan dijual? "
Gusti melotot tak percaya, lawakan baginya, ia kembali tertawa, terlebih lagi tawanya semakin lebar.
"Ahahahaha! Lucu sekali kamu, manis! " gelak Gusti.
"Astaga, maaf ya om, namanya Dewi ini baru tinggal di kota beberapa hari, mungkin baru awalan disini. " jelas Eni.
Dewi hanya diam, ia ikut cengir kecil, kemudian Gusti menyodorkan tangannya.
"Kemarilah, Dewi. " ajak Gusti sambil menepuk-nepuk sofa.
Dewi menjabat tangan Gusti, tak lama ia ditarik dan terjatuh dalam pelukan Gusti, Dewi langsung berdiri dan duduk di samping Gusti, Gusti merangkul bahu Dewi dan mengelusnya.
"Siapa namamu, manis? " tanya Gusti.
Dewi tersenyum, dan gerak geriknya menunjukkan tidak nyaman. "Nama saya Dewina Ayunda Ningsih, om, umur saya 19 tahun, dari desa ke kota untuk bekerja dan kuliah di sini, salam kenal. " kenal Dewi.
Gusti tersenyum, ia mencolek dagu Dewi, mungkin rasa kagum dengan Dewi yang masih terlihat polos itu.
"Manisnya, saya suka wanita muda seperti kamu ini. " ucap Gusti.
"Tugas saya dengan om ini apa ya om? Saya perlu tahu saja. " tanya Dewi.
"Masalah itu? Sangat gampang, Dewi, saya ingin kamu menjadi partner saya. Saya ingin kamu selalu temani saya bila saya hubungi, saya juga ingin kamu menuruti apapun yang saya inginkan, apapun itu apakah kamu terima resikonya, Dewina? " tanya Gusti.
"Selama itu pekerjaan, saya akan terima resikonya, om. Saya akan siap bila dipanggil oleh om. " jawab Dewi.
Gusti menganggukan kepalanya, baru kali ini setelah beberapa simpanannya, ia bisa mendapatkan simpanan yang benar-benar menurutinya, walaupun akan diajarkan satu persatu olehnya sebelum poin teratas sebagai simpanannya akan ia tunjukkan.
"Baik om, kalau begitu saya ingin pulang terlebih dahulu, saya permisi. "
Dewi bangkit dari tempat duduk, bahkan Eni terkejut, Dewi tidak menunjukkan sama sekali melayani Gusti seperti yang lainnya.
"Wi, kok kamu gitu?! " tanya Eni.
"Tidak mengapa, Eni, seperti kamu katakan tadi, dia masih pemula, saya senang jika seperti Dewi ini, bisa saya ajari dia nanti. " ucap Gusti.
Eni hanya tertawa, kemudian melirik kesal dengan Dewi, hanya saja Dewi diam dan tak berani menjawab sama sekali.
"Dewina." panggil Gusti.
"Iya om, saya. "
"Besok saya akan hubungi kamu, catat nomor handphone saya. " perintah Gusti.
"Handphone saya ketik ketik om, akan saya catat nomor om. " jawab Dewi.
Gusti terkejut kembali, baru ia ingat, bahwa simpanannya kali ini memang berbeda dari sebelumnya.
"Saya lupa, pokoknya besok pagi kamu datang, di taman saja, jika di gedung bisa saja kamu dikerjai orang lain. " perintah Gusti.
"Baik om, akan saya laksanakan. " ucap Dewi.
Dewi menarik tangan Eni, ia ingin segera pulang dari tempat yang baginya menjijikan itu, ia tidak ingin melihat pemandangan para gadis muda yang sedang menggoda laki-laki tua, jangan sampai juga ia akan disuruh seperti itu dengan Gusti.
"Dewi, kenapa kamu tidak layani om Gusti seperti yang lainnya? " kesal Eni.
"Saya belum mau sama sekali, Ni, lagipula tugas saya hanya menemani om Gusti, tidak sampai seperti itu juga. " ucap Dewi.
Eni hanya menggelengkan kepalanya, kemudian mengajak Dewi untuk pulang, dengan menggunakan kendaraannya ia mengajak Dewi untuk pulang ke kosan.
......................
Jarak tempat night club itu tak jauh dari kosan, hanya beberapa meter saja sudah sampai di kosan, tak heran jika banyak orang-orang asing yang sering lewat di depan gerbang kosan tersebut.
"Beristirahatlah, Wi, besok pagi kamu mau ketemuan sama om Gusti. "
"Kamu bagaimana, Eni? " tanya Dewi.
"Aku pengen ke club lagi, kebetulan ada om ku, nggak ditegur aja dia udah lihat. Udah ya, aku pergi dulu, nih, pake aja dulu jaketku. "
Dewi mengambil jaket milik Eni, sedangkan Eni kembali lagi ke night club tersebut.
"Apa tidak masuk angin, jika keluyuran malam seperti ini? "
Dewi berjalan ke dalam kosan, ia melihat tidak ada sama sekali pak satpam yang selalu menjaga gerbang, sepertinya sedang tidur atau patroli di sekitar kosan.
Keesokan harinya, Dewi terbangun pagi hari, karena kebiasaannya di desa yang selalu bangun pagi dan mengerjakan aktivitas, hari ini adalah hari libur, ia memiliki janji dengan Gusti pagi hari di taman dan ia akan bersiap siap terlebih dahulu.
Karena belum mengerti sama sekali dandanan ataupun make-up, maka dari itu Dewi datang ke kamar Eni, ia lagi lagi akan merepotkan teman kosannya.
"Eni, permisi... " panggil Dewi.
Tak lama pintu kamar dibuka, terlihat Eni yang acak acakan dan tercium bau yang lain di tubuh Eni.
"Eni, kamu kenapa sangat berantakan seperti ini? " tanya Dewi.
"Nanti kamu akan tahu sendiri, Wi. Sekarang, kenapa ngetuk pintu kamar aku? " tanya Eni.
"Bolehkah saya dirias seperti malam tadi, Eni? Tolong, saya ingin bertemu dengan om Gusti hari ini. " mohon Dewi.
Eni mengingatnya, ia harus membantu Dewi untuk merias Dewi, karena semalam Dewi dan keperluan lainnya ia yang pegang.
"Iya juga, yaudah, sini masuk ke dalam kamarku. " ajak Eni.
Di dalam kamar Eni sangat berantakan, sepertinya Eni pulang terlalu larut semalam, sedangkan Dewi sudah duluan di kosan malam tadi.
"Kelihatannya kamu belum ada persiapan ya? Baik, kamu boleh pinjem barang barangku lagi. "
Eni mulai memilih milih baju miliknya, kali ini ia harus meminjamkan lagi baju yang akan digunakan oleh Dewi, Dewi pastinya terbantu dengan Eni yang siap untuk membantu nya.
"Gunakan ini, ini, ini, dan ini. "
Satu persatu pakaian ditunjukkan ke arah Dewi, Dewi melotot, baju kekurangan bahan tersebut diberikan oleh Eni untuk ia pakai, tak lama ia menghempaskan nya dan Eni melihatnya.
"Kenapa kamu lempar bajuku, Wi?! " teriak Eni.
"Baju kamu sepertinya kurang sopan, Eni, saya tidak bisa pakai pakaian sepertinya itu. " jawab Dewi.
Eni berdecak, baru kali ini ia harus melatih gadis yang setara dengan orang tua yang kolot.
"Wi, om Gusti bakal ketawa kalau kamu nemuin dia dengan baju lebar panjang kayak kaos, yang bener aja. "
"Tapi ada baju lainnya? Yang menurut kamu sopan tetapi masih sama seperti yang ini? " tanya Dewi.
Eni mulai mencari lagi, dan ia menemukannya, walaupun tidak terlalu terbuka setidaknya model bajunya itu masih menunjukkan bahwa ketika akan dipakai terlihat seksi.
"Pakai, cuma itu yang ada, yang sesuai sama yang kamu mau. " ucap Eni.
Dewi mulai memakainya, bersamaan dengan Eni yang merias nya, satu persatu sudah Eni kerjakan dan melihat hasilnya di kaca.
"Eni, apakah ini saya? " tanya Dewi tak percaya.
"Terus, siapa lagi yang berdiri di depan kaca selain kamu? Yaudah, segera berangkat sana, ini, jangan lupa jaketnya, jangan sampai badanmu duluan dilihat sama pak satpam di luar. " ucap Eni.
"Baik, terimakasih atas bantuannya, Eni, nanti saya akan kembalikan. "
Dewi pamit, ia akan segera bergegas ke taman untuk menemui Gusti.
......................
Menempuh jarak yang cukup jauh, akhirnya Dewi sampai di taman, kakinya terasa pegal ketika memakai heels milik Eni, walaupun heels tersebut sudah tergolong heels yang sudah rendah tingginya.
"Om, maaf saya terlambat. "
Lelaki yang tengah duduk bersandar kemudian menatap ke arah samping, Dewi berdiri dan memegang tas yang ia bawa, Gusti tampaknya benar-benar melihatnya dari bawah kaki sampai ke atas kepala.
"Sepertinya kamu belum mempunyai apa yang kamu pegang, Dewi. " ucap Gusti.
Dewi melihat tas yang ia pegang, ia menyadari bahwa Gusti benar-benar memperhatikan apa yang sedang ia pakai.
"Maaf sebelumnya, om, langsung ke pekerjaan nya, apakah boleh? " tanya Dewi.
Gusti merasa itu sebuah kejutan, ia tersenyum dan menggeleng geleng kan kepalanya.
"Tampaknya bersemangat sekali ya kamu, manis. " puji Gusti.
Dewi hanya tersenyum, kemudian ia diajak untuk berkeliling di taman oleh Gusti, hingga sampai lah mereka di salah satu mobil mewah, Dewi saja bahkan takjub dengan mobil tersebut, seperti mobil pejabat daerahnya saja.
Dewi masuk ke dalam mobil, bersamaan dengan Gusti.
"Hari pertama bareng saya, saya mau kamu temenin saya buat ketemuan bareng klien saya, saya mau kamu menyamar sebagai asisten saya. Nanti akan saya bayar kamu, berapapun kamu mau. " ucap Gusti.
"Baik om, akan saya kerjakan. " ucap Dewi.
Sepanjang perjalanan hanya suara musik saja yang ada, ditambah Gusti yang selalu menggoda Dewi, tetapi Dewi berusaha keras untuk bisa tersenyum dengan Gusti.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Dewi dan Gusti telah sampai di sebuah gedung, seperti sebuah perusahaan besar yang ada di kota.
"Dewina, ketika bertemu dengan klien saya, saya harap kamu bisa bersikap formal. Dan juga, saya akan menunjuk kamu sebagai asisten saya, jadi apa yang saya perintahkan, tolong untuk segera kamu kerjakan. " ucap Gusti.
"Baik om, akan saya lakukan. "
Dewi berjalan di belakang Gusti, ia dituntut untuk bersikap formal, yang pastinya ia tidak harus penasaran dengan isi di dalam gedung tersebut sesuai perintah dari Gusti.
"Selamat datang, Gustiawan. "
Dewi berdiri di belakang, sedangkan Gusti berjabat tangan dan mengajak Dewi untuk duduk di kursi sebelahnya.
Banyak obrolan yang membuat Dewi bingung, apalagi ini mengenai urusan bisnis, masih sempat sempatnya Gusti mengajaknya hanya untuk bertemu patner bisnis.
Gerak gerik Dewi menunjukkan tidak nyaman, itu akhirnya disadari oleh Gusti, kemudian Gusti berdeham padanya.
"Ada apa, Dewi? " tanya Gusti.
"Apa saya boleh ke kamar mandi, om, eh, tuan...? " mohon Dewi.
"Silahkan."
Dewi berdiri, ia sedikit berlari untuk ke kamar mandi, sedangkan Gusti kembali berurusan dengan patner bisnis nya.
"Dapat asisten dari mana kamu, Gus? "
Mendengar pertanyaan tersebut, Gusti yang menatap laptop langsung mengalihkan pengelihatan nya ke arah partner.
"Kok kamu mau tau banget ya? " tanya Gustiawan.
"Ya, soalnya asisten mu itu seksi sekali, kamu nggak lihat bodynya seperti gitar, bibirnya seksi aduhai seperti itu, ditambah lagi tutur katanya halus begitu, dapat darimana? " tanya partnernya sekali lagi.
Gusti tersenyum miring, kemudian mengubah cara duduknya, dengan kaki menyilang dan tatapan remeh.
"Tidak perlu kamu tahu, ini urusan saya. " ucap Gusti.
Tampak partnernya kesal, tetapi itu cara Gusti untuk mendominasi dirinya dalam menghadapi orang yang ingin mengetahui apa yang ia miliki dan punyai.
"Maaf tuan jika saya terlambat, cukup susah cari kamar mandi. "
Dewi segera datang, kemudian Gusti berdiri dan mengajak partnernya berjabat tangan, sebagai pengakhiran urusan mereka.
"Terimakasih telah berbisnis dengan saya, kalau begitu saya permisi. "
Gusti kemudian meninggalkan meja, diikuti oleh Dewi yang mengambil tas tangan di kursi dan mengikuti Gusti dari belakang.
Di dalam mobil, Gusti merogoh kantongnya, kemudian memberikan sebuah amplop cokelat pada Dewi.
"Ini bayaran dari saya buat kamu, terimakasih sudah temenin saya ketemu sama klien. "
Dewi diberi amplop coklat oleh Gusti, setelah membukanya Dewi tercengang, baru kali itu ia menerima uang sebanyak itu oleh seseorang hanya untuk menemani.
"Banyak sekali, om, saya tidak pernah mendapatkan uang sebanyak ini. " ucap Dewi kagum.
"Biasa saja, sekarang simpanlah uang itu, saya akan antar kamu ke kosan tempat kamu tinggal. "
Dewi memasang seatbelt yang sebelumnya dipasang oleh Gusti, kini ia memasang nya sendiri.
......................
Sesampainya di kosan, Dewi turun, ia membawa barang barang yang diberikan oleh Gusti, termasuk handphone baru yang kini menjadi kesukaan para gadis gadis muda di perkotaan sekarang.
"Terimakasih om, jika om perlu saya temani, hubungi saja saya, saya sudah menyimpan nomor milik om. " ucap Dewi.
Gusti menganggukan kepalanya.
"Dewi." panggil Gusti.
"Iya om, ada apa? " tanya Dewi.
"Bahasamu tidak perlu terlalu formal, saya tidak suka, belajarlah untuk bisa berbahasa gaul di sini. Ini kota, bukan desa. "
Dewi menganggukan kepalanya, kemudian Gusti pergi dengan mobilnya, Dewi memasuki kosannya dengan memakai jaket, agar tidak ada yang mengetahui bahwa ia memakai baju yang lumayan terbuka.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments