Di like ya guys 😁
Di vote ya guys 😁
Di komen ya guys 😁
Happy reading 🤗
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
"Ini sebuah pengkhianatan tiada tara Mas," ucap Marina senang sambil mengalungkan kedua tangannya di bahu Hendra yang sudah berusia lima puluh lima tahun.
"Apakah kamu senang mengetahuinya sayang?" tanya Hendra sambil meremas paha kanannya Marina dengan lembut.
"Sangat senang sayangku, tapi bagaimana dengan istrimu Mas?" ucap Marina lembut.
"Nanti aku urus, dia orangnya gampang diatur samaku. Kamu tenang aja, nanti kamu akan menjadi Nyonya besar di perusahaan Bratadikara Jaya Sentosa Corporation."
"Benarkah?" bisik Marina sensual.
"Iya. Apakah kita bisa memulainya sekarang?" ucap Hendra sambil merasakan sentuhan bibirnya Marina di lehernya.
"Tentu saja sayang," bisik Marina menggoda.
Tak lama kemudian Marina mencium bibirnya Hendra dengan penuh kelembutan. Hendra membalas ciuman itu sambil meremas kedua pahanya Marina dengan penuh hasrat. Kedua tangan Marina membuka kancing kemeja yang dipakai Hendra satu per satu. Tangan kanan Marina menjelajah tubuhnya Hendra yang masih kekar. Tangan kirinya meremas benda pusaka milik Hendra dengan lembut hingga membuat gairah mereka bertambah.
Ciuman mereka menjadi panas dan menuntut. Tangan kanan Hendra menelusuri paha kirinya Marina sampai ke pangkal pahanya. Sedangkan tangan kirinya menelusuri dua gundukan dibalik tank top milik Marina. Marina mendongakkan kepalanya ketika Hendra menciumi leher jenjang miliknya, lalu menghisapnya hingga membekas dan Marina mengeluarkan suara *******.
Hendra menghentikan kegiatannya, lalu mengangkat tubuh idealnya Marina ke atas meja. Mengatur posisi duduknya Marina supaya pas dengan posisinya. Hendra membuka rok, lalu kain segitiga. Hendra menggila di bagian inti tubuh Marina sambil menahan kedua kakinya Marina yang ditekuk. Lambat laun tubuhnya Marina menggeliat ke sana kemari seperti cacing kepanasan. Tiba - tiba terdengar suara dering dari blackberry milik Hendra yang mengganggu kegiatan mereka.
Kring ... kringgg ... kringgg ...
"Mengganggu sekali," ujar Marina karena Hendra telah menghentikan kegiatannya.
Tak lama kemudian Hendra berjalan ke meja tamu untuk mengambil blackberry yang berada di atas meja tamu di dalam hotel yang sudah dibooking oleh Hendra. Dia melihat nama David yang tertera di layar blackberry itu. Memencet tombol ikon hijau untuk menerima panggilan itu. Mendekatkan benda pipih itu ke telinga kirinya.
"Hallo Vid, ada apa ya?"
"Bos, pesawat itu sudah terbakar sesuai dengan rencana kita," ucap David sedikit berbohong sambil melihat layar pantauan yang di layarnya ada hitungan menit, padahal pesawat yang dimaksud belum terbakar.
"Bagus, tapi kamu yakin semua orang yang ada di dalam pesawat itu ikut terbakar?"
"Saya sangat yakin Bos."
"Baiklah. Semua bukti ikut terbakar juga?"
"Semua bukti juga lenyap sehingga polisi tidak akan bisa menemukan bukti dan menganggap kecelakaan itu adalah kecelakaan murni."
"Good job."
Sedetik kemudian Hendra menjauhkan benda pipih itu dari telinga kirinya. Memencet tombol ikon merah untuk memutuskan sambungan telepon itu. Menaruh blackberry itu di tempat semula. Tiba - tiba Hendra merasakan pelukan di pinggangnya. Pelukan itu berasal dari Marina. Marina menyandarkan kepalanya di punggung Hendra.
"Apakah kecelakaan itu sudah terjadi?" tanya Marina.
Pertanyaan Marina tidak digubris sama Hendra. Malah dia membayangkan bagaimana caranya pesawat itu bisa kebakar dan memikirkan keadaan para keponakan dari istrinya. Salah satu keponakan istrinya yang ada di dalam pesawat itu adalah Agni.
Sedangkan sekarang Agni sedang menatap langit cerah yang dihiasi dengan arakan kumpulan awan yang berada diluar jendela pesawat jet pribadi milik Cipto. Agni menoleh ke samping kanannya. Dia melihat Adi sedang asik membaca buku komik detektif Conan. Karena bete Aqni mengambil salah satu bungkusan bekas cemilan dia. Meremas bungkusan itu hingga bentuknya membulat. Dia lemparkan bulatan itu ke Adi.
Adi menoleh ke Agni setelah bulatan itu mengenai wajahnya, lalu berucap, "Ngapain sich lempar - lempar?"
"Main kartu uno yuk! aku udah bosen banget," ucap Agni sambil menoleh ke Adi.
"Nggak ah, lagi tanggung baca, main sama Aya aja," ucap Adi, lalu dia melanjutkan
"Huh, dasar orang yang membosankan," ucap Agni datar.
"Agni!" panggil Cipto. "Ke sini Nak sebentar," ucap Cipto lembut.
"Iya Ayah," ucap Agni sopan.
Sedetik kemudian Agni memencet tombol merah di safety belt untuk membuka kunci, lalu melepaskan ikatan safety belt di perutnya. Beranjak berdiri, lalu berjalan pelan ke depan untuk menghampiri Cipto. Dia melihat Aya dan pengasuhnya sedang terlelap tidur. Melihat wajah ayahnya yang sedang tersenyum yang meneduhkan ke dirinya. Agni melihat sofa single di sebelah kiri ayahnya kosong. Dia menduduki tubuhnya di sofa single kosong itu, lalu memasang sabuk pengaman.
"Ke mana Eyang Kung?" tanya Agni sambil menoleh ke ayahnya.
"Lagi ke toilet. Boleh Ayah bicara sebentar?" ucap Cipto serius sambil menatap kedua matanya Agni
"Boleh, Ayah mau ngomong apa?"
"Sebentar lagi Ayah sama Tante Marina akan menikah. Ayah minta kamu untuk menyukai Tante Marina, karena dia akan menjadi ibu sambungmu. Ayah kan sudah tua, Ayah membutuhkan seorang wanita yang akan mengurus segala kebutuhan Ayah dan merawat Ayah. Ayah ingin wanita itu adalah Tante Marina, karena Ayah juga mencintainya. Bukannya Ayah tidak mencintai ibumu, sampai detik ini, nama ibumu masih terpatri di lubuk hati Ayah yang paling dalam. Ayah berharap kamu bisa menyukai Tante Marina."
"Maaf Ayah sampai kapanpun aku tidak akan menyukai Tante Marina," ucap Agni serius.
"Agni sayang, kejadian itu sudah lama sekali sayang. Masa kamu masih nyimpan perasaan marah kamu itu. Tidak baik menyimpan rasa seperti itu di jiwamu. Buanglah rasa itu jauh - jauh Nak."
"Ayah tahu sendiri, aku nggak pernah dibentak di depan banyak orang."
"Iya Ayah tahu Nak, tapi Ayah mohon sama kamu untuk membuka hatimu untuk kehadiran Tante Marina sebagai ibumu."
"Kapan Ayah menikah sama Tante Marina?"
"Beberapa bulan lagi sebelum kamu pergi ke Oxford."
"Sejak kapan Ayah merencanakan akan menikahi Tante Marina?"
"Semalam. Sekali lagi, Ayah sangat mohon sama kamu untuk menyukai dan menerima sosoknya Tante Marina sebagai ibumu."
Agni tersenyum getir setelah mendengar ucapan Cipto. Bagaimana pun juga Agni merasakan sakit di hatinya. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya untuk menerima kehadiran Marina sebagai ibunya. Agni menyandarkan punggungnya di sofa single itu. Cipto menghela nafas dengan kasar setelah melihat reaksi anaknya, lalu dia juga ikut menyandarkan punggungnya di sofa single.
Agni memejamkan kedua matanya. Meresapi rasa sakit hatinya. Betapa menderita hidupnya. Mau tak mau dia harus menelan pil pahit kehidupan dalam kurun waktu yang berdekatan. Kemarin harus kehilangan kekasihnya karena orang itu telah melukai hatinya. Sekarang ditambah dengan sebuah pernyataan bahwa ayahnya akan segera menikah dengan seorang wanita yang dia benci karena sifat dan sikap wanita itu. Tak terasa air matanya mengalir lembut di pipinya.
"Selamat siang, mohon perhatiannya. Instruksi dari kapten pilot. Harap tenang, ambil pelampung di bagian bawah sofa, lalu memakainya. Pelampung dibuka setelah kita keluar dari dalam pesawat melalui pintu darurat. Kita akan melakukan pendaratan darurat," ucap salah satu pramugari di dalam pesawat itu yang membuat orang terkejut.
"Astaghfirullah aladzim!" teriak semua penumpang pesawat itu, lalu semua penumpang dan awak pesawat memakai pelampung.
Sedetik kemudian semua orang merasakan ledakan sehingga membuat guncangan hebat dan tiba - tiba pesawat menukik ke bawah. Sontak semua penumpang memposisikan tubuh mereka dengan posisi brance. Semua orang yang berada di dalam pesawat berdoa sambil merasakan guncangan hebat dan mencium bau sengit dan asap dari sebelah kanan pesawat.
"Astaghfirullah aladzim, ya Allah Maafkanlah segala dosa - dosa kami. Lindungilah kami dari kecelakaan ini," gumam Agni bermonolog.
Tak lama kemudian Agni merasakan memejamkan kedua matanya sambil merasakan benturan hebat di bagian luar pesawat. Lambat laun Agni merasakan air masuk ke dalam pesawat melalui celah - celah pesawat hingga menenggelamkan pesawat. Tak bisa menahan nafas lebih lama lagi, akhirnya Agni tidak menyadarkan dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments