Tolong divote ceritanya, kasih hadiah dan tulis komentar ya 🙂.
Silahkan tinggalkan jejak dengan mengklik like di bawah cerita setiap babnya 😊.
Kasih bintang lima ya 😊.
Happy reading 🤗.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Sang mentari menyembul di ufuk timur cakrawala memancarkan sinar kuning kemerahan. Kawanan burung gereja beterbangan bebas ke sana kemari, suara kicauannya saling bersahutan satu sama yang lainnya. Kedua keindahan alam itu mengiringi rutinitas para makhluk sosial yang berada di dalam mansion kediaman keluarga Brijaya.
Rencananya pagi hari ini keluarga inti Brijaya mau pergi ke pulau pribadi milik Cipto untuk mempersiapkan acara pesta ulang tahun Agni dan Adi. Saat ini Agni berpenampilan casual dengan mengenakan kaos putih, dan celana jeans. Wajah cantik alaminya dihias dengan polesan make up natural dan rambut panjangnya yang dikuncir kuda.
Agni melangkahkan kakinya di lantai bawah rumahnya Brijaya menuju ruang makan. Agni menghentikan langkahnya di depan meja makan. Menarik kursi makan, lalu mendudukinya. Melihat meja makan penuh dengan aneka makanan sarapan untuk para penghuni rumah ini.
Di atas meja makan tersedia beberapa lembar roti gandum, daging asap, salad sayuran dengan minyak zaitun, salad buah - buahan dengan yogurt plan, mayones, beberapa lembar keju, tiga gelas susu putih, tiga gelas air putih dan tiga buah piring datar yang di samping kanan kiri setiap piring sudah disiapkan sendok, garpu beserta pisau roti.
"Wah ada makanan enak nich!" seru Agni berbinar sambil mengambil sendok dan garpu.
"Makan yang banyak Nak Agni," kata ketua pelayan di mansion itu yang sedang berdiri di belakang Agni.
"Iya Bi Leha. Mumpung aku masih di sini, ayo makan Bi," ujar Agni sambil mengambil salad buah dengan saos yogurt plan.
"Terima kasih Nak, Bibi sudah makan," ucap Bi Leha dengan sopan ketika Agni memasuki makanan ke mulutnya.
"Yah... Bibi nggak cihuy nich, padahal aku sudah kangen makan bareng bibi," ucap Agni sambil mengunyah.
Leha selain menjadi ketua pelayan di mansion milik keluarga Brijaya, dia juga dulu pernah menjadi pengasuh Agni dari bayi sampai Agni berusia enam tahun. Leha sudah menganggap Agni seperti anaknya sendiri. Begitu juga dengan Agni, Agni menganggap wanita itu sebagai ibunya sendiri. Bahkan waktu Agni kecil, sering memanggilnya ibu, namun sejak usia enam tahun tidak diperbolehkan lagi memanggilnya ibu. Larangan itu dibuat oleh ayahnya Agni.
"Putri manja udah sarapan aja," ledek Adi sambil menarik kursi di sebelah kanannya Agni, lalu mendudukinya.
"Iya dong, sarapan itu penting," ucap Agni dengan nada suara yang bercanda setelah menelan makanannya, lalu mengambil makanannya lagi.
"Makan Bi," ucap Adi ramah sambil menoleh ke Leha.
"Iya, terima kasih Den Adi, Bibi sudah makan," ucap Leha sopan.
"Rupanya kalian sudah ada di sini," ucap Brijaya berwibawa sambil menjalankan kursi roda otomatisnya ke meja makan.
"Makan Yang," ucap Agni ceria sambil mengangkat sendok.
"Iya," ucap Brijaya lembut sambil mengarahkan kursi rodanya di ujung meja makan. "Kamu sudah mendapatkan beasiswa dari Akmil?" lanjut Brijaya yang berada di ujung meja makan sambil menoleh ke Adi.
"Sudah Yang," ucap Adi tegas setelah menelan makanannya.
"Kalian benar - benar cucu Eyang yang patut dibanggakan," ucap Brijaya senang.
"Eyang jadi ikut kita ke pulau hari ini?"
"Jadi Nak," ucap Brijaya sambil mengangkat sendok yang sudah disediakan.
"Horeee, akhirnya Eyang pergi bareng kita," ucap Agni kegirangan setelah menelan makanannya.
"Kita pergi ke pulau yang ada di kepulauan Mentawai, kepulauan Sabang atau yang ada di kepulauan Riau?" tanya Adi.
"Di Sabang," celetuk Agni sambil mengunyah. "Yang, cariin Mas Adi cewek tuch, kasihan tuch, jomblo melulu," ledek Agni.
"Lebih baik jomblo dari pada diselingkuhi," ledek Adi, lalu dia memasuki makanannya ke mulut.
"Iiihhhh! Mas Adi mah gitu, aku kan pengen Mas Adi merasakan pacaran, malah nyindir aku," ucap Agni manja.
"Unfaidah," celetuk Adi datar setelah menelan makanannya.
"Sok cool! Pacaran itu memberikan kita pengalaman dan kita bisa tahu karakter orang lain," ucap Agni sedikit kesal.
"Assalamu'alaikum," salam Cipto sehingga mereka menoleh ke Cipto.
Agni melebarkan kedua matanya ketika melihat ayahnya menggandeng seorang wanita yang berusia tiga puluh tujuh tahun. Nama wanita itu adalah Marina Koesnaedi, dia seorang sekretaris direksi di Cakra Buana Corporation. Di belakang Cipto dan Marina ada Aya dan pengasuhnya. Agni tidak suka sama Marina karena dulu Marina pernah ngebentak Agni di depan teman - temannya.
Waktu itu Agni tidak sengaja menumpahkan minuman jus tomat ke bajunya Marina di kantin sekolah. Marina itu adalah ibunya Ryan teman sekolahnya Agni yang suka ngebully orang. Agni adalah salah satu korban pembullyan Ryan. Yang Agni tahu, ayahnya Ryan sudah meninggal dunia dan tinggal berdua sama ibunya.
"Wa'alaikumussalam, mari sarapan," ucap Brijaya ramah.
"Iya Bapak, tadi kami sudah sarapan," ucap Cipto sopan sambil berjalan mendekati Brijaya, lalu menyalim tangan kanannya Brijaya.
Agni risih melihat Marina yang sok imut dan ikut menyalim tangan kanannya Brijaya. Agni menaruh menaruh sendok dan garpu setelah minum air putih ketika adi berdiri ketika Cipto dan Marina berdiri di depannya. Adi menyalim tangan kanannya Cipto dan Marina. Agni berdiri, lalu langsung melengos pergi keluar dari ruang makan. Cipto menggeleng - gelengkan kepalanya melihat kelakuan putrinya yang masih tidak menyukai Marina.
"Bapak terlalu memanjakannya, jadi dia seperti itu," ucap Cipto datar.
"Kamu aja yang terlalu cepat memiliki kekasih," ucap Brijaya tegas.
Sebenarnya Brijaya juga tidak suka sama Marina karena yang dia tahu bahwa Marina suka meloroti pria - pria kaya. Brijaya sudah memberi tahu hal itu ke Cipto, tapi Cipto mengelaknya dan Cipto bilang bahwa seorang wanita wajar memerlukan uang yang banyak untuk kebutuhannya. Akhirnya Brijaya mengalah untuk kebahagiaan anaknya karena Cipto hidup bahagia sejak memiliki Marina setelah kematian Maharani.
"Eyang, ikut juga ke pulau?" tanya Manikmaya, yang dipanggil dengan sebutan Aya.
"Iya Sayang," ucap Brijaya. "Aya, ikut juga kan?"
"Iya Yang."
"Ini yang namanya Adi ya?" ucap Marina yang merasa dicuekin akhirnya berbasa - basi.
"Iya Tante," ucap Adi sopan.
"Yang sekolahnya di SMA Taruna Nusantara?" ucap Marina lembut.
"Iya Tante."
"Mau nerusin Akmil angkatan darat, laut atau udara Nak?"
"Aku mau ngambil Akmil angkatan darat Tante."
"Wuihhh, bagus dong, nerusin jejaknya Eyang Kung. Semoga menjadi prajurit yang hebat dan jadi seorang jenderal bintang tiga seperti Eyang," ucap Marina ramah.
"Aamiin Ya Robbal Alamiin, terima kasih Tante," ucap Adi sopan.
"Assalamu'alaikum," salam Sri yang sedang berjalan menghampiri mereka.
"Wa'alaikumussalam," ucap Cipto.
"Di mana Agni Mas?" tanya Sri, lalu dia menyalim Brijaya dan Cipto secara bergantian.
"Ke garasi," jawab Cipto. "Mana Hendra?"
"Lagi sibuk kerjaan, kamu sich Mas ngasih kerjaan banyak banget ke dia," gerutu Sri.
"Yah nggak apa - apalah, lagi pula nanti dikasih bonus samaku."
"Marina ikut juga ke pulau?" tanya Sri sambil menatap datar ke Marina.
"Nggak Mbak, aku hanya mau anterin calon suamiku berangkat ke pulau," ucap Marina lembut.
"What do you say?" ucap Sri kaget.
"Mas sama Marina akan segera menikah," ucap Cipto yakin.
"Kamu sudah berfikir matang untuk menikahkan Marina? Kamu nggak mikirin perasaan Agni?" ucap Brijaya serius dan tegas yang membuat Marina kesal.
"Nanti aku akan memberikan dia pengertian," ucap Cipto yakin.
"Asal jangan menyakiti perasaan Agni Mas," samber Sri yang membuat Mariana gondok.
"Itu tidak akan terjadi," ucap Cipto yakin.
"Oh ya, aku tidak jadi ikut ke pulau."
"Kenapa kamu nggak jadi ikut?" tanya Marina tiba - tiba.
"Itu bukan urusanmu," ucap Sri datar yang membuat rasa kesal di hatinya Marina bertambah.
Kurang ajar sekali si Sri. Kalau begini aku nggak bisa bebas bersama Hendra.
Batin Marina.
"Ayo cepatan kita pergi ke pulau!" ajak Agni yang sedang berdiri di ambang pintu antara ruang makan dan garasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Fathin Nayla Zahra
ceritanya kok banyak perselingkuhan thor
2023-04-30
0