"Hiks"
Sepulang nya dari taman Moza tak berhentinya menangis, ia pun memilih untuk mengunci dirinya di dalam kamar.
Hampir semua barang-barang nya bertebaran memenuhi seluruh kamar, dalam gelap gadis cantik itu terus menumpahkan segala kesedihan yang teramat mendalam.
Gadis itu sudah seperti orang gila, tarkadang ia akan tersenyum dan menangis kembali hingga pagi menjelang sama sekali tidak ada perubahan akan kondisi Moza saat ini.
"Aduh Pa, bagaimana ini masa dari tadi malam Moza gak mau buka pintu kamarnya, bahkan mama dengar dia menangis semalaman"
"Memang gimana cerita nya Moza jadi kaya gini ma?"
Mama Moza kembali menatap ke arah papa Moza yang tampak serius menunggu jawaban.
"Mama rasa karena Arby nikah pa, kan papa tahu sendiri Arby itu udah anggap Moza kaya adik kandungnya sendiri, bahkan Moza itu udah terbiasa manja sama Arby, pasti dia sedih lah pa, takut kalau Arby gak sayang lagi sama dia, Maya kan gitu juga pa kaya Moza, bentar-bentar nangis makanya pak agung minta mama untuk Nemani Maya kalau di rumah"
"Aduh repot juga ya kalau masalah hati perempuan komplek benget ma, udah kaya kehilangan kekasih aja"
"Papa ni ada-ada aja, ya kalau udah sayang itu mau kakak adik atau orang tua sama anaknya ya sama aja sedihnya, mama juga bakal sedih kalau harus di tinggal nikah anak-anak"
Papa Moza merasa bahwa alasan Moza tidak lah sesederhana itu, iya merasa bahwa putri sulung nya itu memiliki perasaan lebih dari sekedar seorang adik terhadap Arby namun untuk saat ini semua telah terlambat toh kalaupun perasaan itu sampai ke Arby saat ini tak ada lagi kesempatan bagi Moza untuk menjadi pendamping Arby.
"Ya sudah lah ma, papa harap mama bisa mencari jalan keluar yang terbaik untuk Moza, karena papa pagi ini sudah janji dengan beberapa pasien"
"Iya pa aman pokoknya, kalau pintu ini tak kunjung di buka maka kunci cadangan yang berbicara"
"Muach"
"istri papa memang ia the best pokoknya, kalau masalah nya tidak bisa di selesaikan mana tinggal bilang ke papa, karena papa pasti akan membantu mama"
"Hahah, papa banyak gaya, paling juga ngomong doang!! kaya nya dari orok sampai Segede ini kalau masalah anak-anak mama deh yang paling rempong, papa kan always no comment"
"Hahaha--- ya soalnya punya istri bisa segalanya jadi papa ngalah aja"
"Alah bisa aja ngeles nya"
Papa Agung kembali memberi kecupan di kening sang istri,
"Udah papa kerja sana nanti keburu telat lho kasihan pasiennya udah nungguin"
Dengan lembut mama Moza mendorong tubuh sang suami menuju lantai satu rumah mereka, hingga ke garasi mobil.
Setelah melihat kepergian sang suami, mama Moza kembali mencari tempat penyimpanan kunci yang ada di dalam kemarnya,
"Moza--moza udah besar kok kelakuannya masih kaya anak-anak kalau masih kaya gini mama nikahi aja kamu biar bisa berfikir lebih dewasa"
Sang mama yang sudah berada di depan pintu kamar Moza langsung memutar lubang kunci sebanyak dua kali, dan pintu itu pun mulai terbuka,
"Huft-- untung aja kunci nya gak nemplok dari dalam kalau enggak kudu di dobrak ini mah"
"kriet"
"Ya ampun--- Mozaaaaa Aurelia kamu ya kebiasaan nya gak hilang-hilang!!!!"
"Ini mau bikin Mama pingsan Moza!!! kok gak pernah berubah ya sifat jeleknya !! marah nya kesiapa yang di rusak pasti kamar!!"
Dengan muka panda Moza hanya melihat ke arah sang mama sekilas dan ia kembali berbalik menghadap jendela, sekali lagi gadis itu tidak memperdulikan segala omelan mamanya yang terlihat kecewa pada dirinya.
"Kamu ya Za kalau kaya gini terus bakal mama nikahin beneran lho gak ngancam, biar setiap hari suami kamu ngomelin kamu kalau berantakan kaya gini!!"
"Kamu itu anak gadis Moza, kalau di kampung mama anak gadis itu harus ringan tangan, nampak piring kotor di bawa ke dapur, nampak sampah barang sebiji aja langsung di pungut di buang ke tong sampah!! "
"Aduh Moza, jangan sampai calon menantu mama lihat anak gadis mama kaya gini, kalau dia lihat kamu kaya gini udah bisa di pastiin dia akan mundur pelan-pelan Moza"
Dan tak seperti biasanya Moza masih betah dalam diamnya tanpa menjawab sepatah kata pun Omelan sang mama.
"Ih ne anak di marahin tumben diam aja!!"
Akhirnya mama Moza mulai menepuk ringan pundak Moza yang tidur menghadap ke arah jendela kamar.
Tiba-tiba ia merasakan suhu yang berbeda pada tubuh sang putri,
"Ya tuhan kamu sakit Za? badan kamu panas kali nak"
Dengan terburu-buru mama Moza terpaksa harus menelpon sang suami, karena saat ini memang bantuan papa Agung lah yang paling di harapkan.
***
Sesaat kemudian akhirnya Moza pun harus mendapatkan perawatan di RS, hal itu di sebabkan selain badannya yang panas ternyata saat ini Moza pun baru terdiagnosa terkena penyakit asam lambung,
Sesaat ia bangun dari ranjang nya tadi tak hentinya Moza mengeluarkan semua isi perutnya di kamar mandi dan masih teringat oleh sang mama bagaimana tadi saat menyuap makanan ke mulut Moza gadis itu tiba-tiba kembali memuntahkan nya, dan tentu saja hal ini adalah yang pertama untuk Moza, kerana selama ini Moza sama sekali tidak pernah memilik penyakit magh selain batuk dan pilek.
"Aduh Pa, kenapa Moza bisa sampai sakit kaya gini ya pa, padahal kemarin masih baik-baik aja pa"
Papa agung yang selesai melakukan pemerikasaan pada tubuh sang putri mulai merasakan hal yang janggal pada putrinya, ia merasa bahwa pernikahan Arby adalah penyebab sakitnya Moza, karena ia tahu keadaan sang putri sedari kecil selalu ceria dan terlihat tanpa beban namun hari ini ia melihat keadaan sang putri terlihat tak berdaya dan seolah menyimpan beban pikiran yang berat.
"Mama yang sabar kita harus membuat Moza gembira ma, kalau bisa di depan Moza kita jangan pernah menyebut naman Arby dulu, karena kalau Moza sampai stress maka lambung nya gak akan sembuh ma"
"Iya pa"
"Mama gak nyangka Moza bisa separah ini ditinggal Arby nikah"
"Itu tanda nya putri kita sudah dewasa ma"
Papa agung menggenggam kedua tangan sang istri untuk memberikan kekuatan kepada istrinya yang terlihat sangat terpukul atas kejadian ini.
" kalau gitu papa kembali dinas dulu ya ma, karena papa harus lanjut visite pasien lagi, mama bisa sendiri gak? atau--"
"Ya udah, papa lanjut aja lagi. Mama akan menjaga Moza di sini"
"Ya udah papa pergi dulu ya ma"
"Ehem"
Setelah papa Agung kembali dinas, secara diam-diam mama Moza mulai mencoba untuk menelpon sahabatnya yang sekaligus tetangganya,
Saat panggilan telah tersambung mama Moza langsung mengabarkan akan penyakit Moza saat ini hingga putrinya itu harus di rawat dan ia pun juga menceritakan semua yang terjadi kepada Moza, yang membuat mama Arby jadi ikut merasa bersalah, mereka berdua merasa kasih sayang Moza yang begitu besar kepada Arby membuat Moza sedih karena mereka tahu bahwa Arby sangat menyayangi Moza seperti adik kandungnya sendiri, bahkan melebihi rasa sayang nya kepada Shane adik kandungnya.
"Ya udah ya May, aku tutup dulu teleponnya besok kalau kamu jadi jenguk ke sini jangan lupa beri kabar ke aku ya"
"Iya, sampai kan salam ke Moza ya, kabari kalau ada apa-apa"
"Iya,"
Dan sambungan telepon itu pun akhirnya terputus.
Bersambung...🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments