Tentang Shine

Di salah satu kampus terbaik di kota P, saat ini Moza tengah memarkirkan kendaraan roda empat berwarna putih kesayangannya.

"Tiin--"

"Astaga--- Moza Aurelia!!!!"

Dari kejauhan terdengar suara teriakan Alya sang sahabat yang kaget saat mendengar suara klakson yang sengaja di tujukan untuknya.

"Hahaha--- Ma-af, Al aku sengaja"

Sambil terbahak Moza memegang perutnya yang terasa sakit saat kembali mengingat gaya kaget nya sang sahabat saat mendengar klaksonnya.

"Lo tu ya Za kebiasaan banget, gimana kalau jantung gue sampai copot, Lo bisa gantinya?"

"Hehehe, sa-kit-- perut gue sa-kit-- Al"

Alya yang melihat tingkah sahabatnya itu hanya dapat menggelengkan kepalanya, sembari ikut tertawa,

"Udah ah, capek ketawa terus, masuk yuk"

Kedua remaja itu berjalan sambil saling berpegangan tangan.

"Kenapa lagi Za, tadi aja ketawa, sekarang cemberut lagi kaya bebek"

"Biasa Lo tahu kan apa penyebab permasalahan dalam hidup gue"

"Pasti enggak jauh-jauh dari kak Arby lagi kan?"

Moza mengganggukkan kepalanya dan tak berapa lama mereka pun akhirnya tiba di dalam kelas.

"Udah deh Za menurut gue, mending Lo lupain deh si kak Arby Lo itu, ya karena menurut gue lo itu cantik Za, banyak cowok yang kelepek-kelepek kalau lihat Lo"

"Tuk"

Moza yang seakan tak menerima saran Auliya langsung menjentik dahi sahabatnya itu.

"Aww, ih apaan sih Za, sakit tahu"

"Sakit kan? nah kaya gitu juga hati gue sakit kalau Lo nyuruh gue nyerah gitu aja"

Kedua gadis itu akhirnya memilih duduk di kursi bagaian belakang,

"Aduh cinta itu memang gila ya"

"Maka nya Lo mending cari cinta yang enggak bertepuk sebelah tangan kaya gue, padahal gue udah memberikan segala nya untuk kak Arby"

"Bahkan gue udah ngerelain mah---"

Moza yang tersadar akan ucapannya langsung menghentikan suaranya.

"Ma-- apaan Za? Lo kalau ngomong yang jelas"

"Mak--sud gue ma-mainan kesayangan gue"

Sambil terbatas Moza mengingat dengan cepat apa jawaban terbaik atas ucapan nya yang hampir keceplosan.

"Ya elah Za-Za, mainan doang apa bagus nya coba, kalau cuma mainan doang mah gue rasa kak Arby Lo itu bakal bisa beli lebih banyak dan lebih bagus dari mainan anak kuliahan kaya kita"

"Ih Lo kejam banget sih Al, udah deh gue ngambek aja"

"Hahaha ngambek bilang-bilang"

"Tapi gue tahu sih kalau kak Arby Lo cakep dan cukup mapan so wajar Lo suka sama dia, tapi ya kalau gue lihat cinta Lo ke kak Arby Lo itu beti deh"

"BE-TI maksud Lo apa sih?"

"Maksud gue tuh Lo itu beda tipis dengan gila..Hahhaha---"

"Asem Lo"

"Haha" kedua gadis itu terbahak setelah mendengarkan celetukan sang Aulya.

Setelah panjang lebar bercerita akhirnya seorang dosen paruh baya mulai memasuki kelas, dan obrolan mereka pun akhirnya berakhir.

***

"Apa kamu yakin untuk menikahi Angel Minggu depan Ar? apa itu enggak terlalu cepat nak"

Siang itu secara serius Arby akhirnya mengutarakan niat nya kepada kedua orang tuanya untuk sesegera mungkin menikahi sang kekasih hati yang terlanjur hamil.

"Iya ma, maaf kan akibat kekhilafan kami akhirnya Angel hamil ma"

"Kamu sungguh membuat papa dan mama kecewa Arby, kami sudah membesarkan kamu dengan pendidikan agama yang cukup tapi kamu malah melenceng dari ajaran agama"

Arby yang merasa bersalah hanya mampu menundukkan kepalanya sembari mendengarkan amarah dari sang papa.

Ia sadar pergaulannya saat ini sudah sangat jauh dari agama, di tambah ia sempat terpaksa harus meniduri Moza gadis tetangga depan rumahnya.

"Untung waktu Moza menjebak ku dengan minuman itu aku masih sempat pakai pelindung, kalau tidak maka habis lah aku"

Tak pernah terbayangkan oleh Arby dia harus menikahi 2 orang wanita karena hamil di luar nikah, terlebih rasa cinta nya yang besar untuk kekasih nya yang seorang calon dokter membuat Arby tidak menginginkan wanita lain yang menjadi istri nya kelak.

"Baik lah By, saat ini nasi sudah menjadi bubur, papa enggak bisa berbuat apa-apa lagi, karena kau sudah berbuat sebuah kesalahan yang fatal, maka kau harus mempertanggung jawabkan kesalahan mu, maka nikahi lah Angel, besok malam papa dan mama akan meminang nya untuk mu"

"Tidak bisa besok pa, karena malam ini kedua orang tua Angel sudah menunggu lamaran kelurga kita pa"

Pak Burhan hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku putra sulungnya itu.

Dan dengan segala persiapan yang kurang maka diputuskan malam ini mereka akan mengunjungi calon besannya.

***

Pagi ini Moza menyempatkan diri untuk mampir sebentar ke mall bersama Alya, karena ada sesuatu yang harus dia beli di sana.

Dan karena terlalu pagi akhirnya saat ini dengan sabar kedua gadis itu terpaksa harus menunggu hingga mall terbuka, di dalam mobil yang sudah terparkir.

"Za, Lo tahu enggak Sehun artis Korea itu?"

"Enggak emang kenapa?"

"Masa sih Lo enggak tahu?"

Moza kembali menggelengkan kepalanya di hadapan Alya,

"Ih nyesel Lo enggak tahu, dia tu tampan bangeeet"

"Eum-- bagi gue enggak ada yang lebih ganteng dari kak Arby seorang"

"Preet"

Alya kembali mencemooh Moza yang terlihat begitu menggilai tetangga nya itu.

"Apa-apa kak Arby, padahal kalau gue fikir-fikir lebih gantengan adiknya sih, Itu cowok yang pernah gue lihat di depan rumah Lo waktu itu"

"Siapa nama nya gue lupa"

"Shine?? "

"Nah iya Shine menurut gue dia tu jauh lebih macho dan ganteng dari kakaknya"

Diam-diam Alya kembali mengingat awal pertemuannya dengan Shine, saat bertandang ke rumah Moza,

"Aduh sampai ngayal kan Lo"

"Haha--- enggak papa dong kalau gue ngayal adik nya"

"Ya enggak masalah sih, tapi Lo harus rela ya makan ati seumur hidup Lo"

"Maksudnya ?"

"Ya maksud gue Shine itu emang ganteng tapi dia itu suka sesama"

"WHAT??"

"Serius Lo??"

"Sumpah dua rius malah"

"Enggak percaya gue" Alya langsung membuang wajah nya keluar jendela saat mendengar ucapan sahabatnya itu.

"Huft, emang sih sulit dipercaya, sebenernya awal gue tahu dia itu menyimpang saat gue dan dia masih SMP sih"

" Tuh anak berbeda banget dengan cowok manapun, bahkan hampir seumur hidup gue ya gue enggak pernah ngobrol sama dia"

"Padahal keluarga gue sama keluarga dia tu kompak banget, makanya gue udah terbiasa banget bareng sama kak Arby"

"Tapi Shine itu beda banget, dingin, jarang senyum bisa dibilang enggak pernah senyum, mana tu cowok perfek banget kaya cewek, kamarnya bersih banget, bahkan lengkap dengan segala facial dan pembersih wajah lainnya, terus tuh kamar beserta isinya rapi nya keterlaluan"

"Dia tu enggak pernah sekali pun bicara sama perempuan selain nyokap nya dan sesekali sama nyokap gue, itu pun kalau nyokap gue yang mulai duluan"

"Dan yang paling ngejutin dan membuat gue yakin dia itu menyimpang dulu ya waktu gue dan dia masih SMP, gue pernah ngelihat tiba-tiba di senyum untuk pertama kalinya"

"Nah terus??" Alya yang semakin kepo mulai terpancing jiwa keingin tahuannya.

"Karena gue penasaran, gue pura-pura jalan di belakang kursi tempat dia duduk, dan betapa kagetnya gue saat melihat dia sedang fokus melihat gambar cowok berotot di depan layar hpnya"

"Buset deh benaran Za?"

"Sumprit gue Al, enggak boong"

Alya menjadi patah hati saat setelah mendengar semua cerita dari mulut Moza.

"Bunga layu sebelum berkembang"

Bersambung ....🤓🤓

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!