"Ini di makan dulu." ucap Ibu Sindy.
Tanpa menolak Sindy langsung membuka mulutnya ketika di siapkan oleh sang ibu yang baru sampai itu.
"Lahap nya. Tadi ngak mau makan, sekarang langsung nyap aja." ucap Suami Sindy bercanda.
"Iya lah, sekarang baru terasa lapar." sambil tersenyum dan memandang ibunya.
"Makan yang banyak!." perintah Jack.
"Kenapa telur nya di goreng. Tapi ya sudahlah, setelah ini kamu harus berpantang, apalagi masalah makanan, jangan sembarang makan saja!." perintah Ibu Sindy.
"iya bu."
Sambil mengunyah makanan Sindy memandang bayi nya dari kejauhan, serasa ingin melihat dan memeluknya, tetapi tubuhnya sama sekali tidak bisa bergerak.
Selesai ia makan, Sindy meminta Jack untuk membawa bayinya untuk memperlihatkan kepadanya.
"Mau liat dedeknya!." ucap nya dengan manja.
"Dedeknya tidur sayang, bangun bisa ngak?." tanya Jack setelah melihat kondisi istrinya yang masih di infus.
"Tidak bisa sayang." sambil mencoba untuk duduk.
Akhirnya Ibunya yang membantu Sindy untuk duduk.
"Terimakasih bu."
"Iya sama-sama."
"Boleh ngak ya pindah di kasur itu, biar bisa dekat-dekat debay." tanya Sindy karena merasa seluruh badannya sakit setelah 12 jam tidak tidur dan tidak dapat mencari posisi ternyaman.
"Boleh dong, Bisa berdiri?." Jack mempertanyakan apakah Sindy bisa berdiri sendiri.
"Tadi kan sudah bilang ngak bisa bergerak sayang, tolong dong di papah ke sana." pinta Sindy.
"Baiklah."
"Bu, bantu saja ya bu, kalau mau gendong saya juga tidak mampu, berat badan Sindy lebih berat di banding saya hee." ucap Jack sambil bercanda.
"Oh iya iya." Ibu Sindy langsung mengangkat tangan dan badan Sindy bersamaan dengan Jack yang juga berada di sebelahnya.
Sindy merasa kesulitan untuk berjalan menuju kasur empuk itu.
Selangkah demi selangkah ia berjalan sambil di papah suami dan ibunya.
"Ngak bisa jalan ya." ucap Mertua yang baru masuk ke ruangan.
"Iya, tadi mau duduk saja harus di bangunkan." jawab Ibu kandung Sindy.
"Soalnya masih lemah. Tadi Bidan bilang juga begitu, Sindy memang sangat lemah, makanya di beri infus sejak tadi." ucap Mertua yang sempat ngobrol dengan Bidan selama proses melahirkan.
Setelah sampai dan terbaring, Sindy meminta anaknya di letakan tepat di samping nya, hanya untuk menatap dan menciumnya lebih dekat.
"Bu, tolong bawa dedek bayinya ke sini, aku mau peluk cium, peluk cium, muach muach muach." sambil tertawa.
"Senyumnya sumringah, kalau tadi senyum pun tak bisa." Jack berusaha mengajak nya bercanda.
"Ya iya lah, tadi kan lagi asyik dan fokus menikmati rasa sakit, hee." Sindy kembali mencoba membuat Jack tertawa.
"Sempat-sempatnya dia bercanda." sang adik pun ikut bicara.
"Biar tidak tegang Dek, setelah seharian kakakmu tidak tersenyum. ucap Jack kembali.
"Betul juga itu." jawab Dinda adik Sindy.
"Yang, rasa nya panas sekali, itu kipas nya bisa nyala tidak?." tanya Sindy menunjuk kipas yang tepat berada di samping Jack.
"Eh jangan!." Tiba-tiba ibunya melarang.
"Tapi kenapa bu, ini rasa nya panas sekali." jawab Sindy.
"Tidak boleh, itu salah satu pantangannya. Kamu itu baru saja melahirkan, yang ada nanti meroyan." ucap Ibu menasehati Sindy agar tidak melanggar pantangannya.
Meroyan itu bisa saja seperti menggigil, keluarnya darah dan banyak lagi yang lainnya.
Setiap kampung mempunyai adat istiadat yang berbeda-beda.
"Ya sudah, gunakan ini saja." ucap Jack sambil menyobek kardus yang ada d bawah kolong.
"Boleh deh."
Sindy pun berkipas menggunakan kardus, dan setelah beberapa menit mengipasi dirinya sendiri, ia pun terlelap karena kelelahan.
Ketika ia sedang tidur, tiba-tiba teman Jack menjengung Sindy dan melihat bayinya, tetapi Sindy tidak menyadari bahwa ada orang yang berkunjung.
Tertidur dan tidak sadar kan diri, sampai bayi nya menangis pun ia tidak menyadari.
Semua keluarga sengaja tidak membangunkan Sindy, mereka semua tahu bahwa Sindy sangat lelah, dan jika di bangunkan pun ia juga tidak dapat memberikan asi kepada bayi, karena asi nya sendiri belum keluar.
Oek... oek.. oek...
"Sepertinya dia haus jack." ucap Ibu dan mertua nya.
"Iya bu, aku akan membuatnya susu dulu." Jack pergi keluar untuk mengambil air hangat dan menyajikan susu formula untuk sementara kepada bayi mereka.
Ternyata setelah disajikan, bayinya memang kehausan.
Setelah habis menyedot sufor tersebut, ia langsung tertidur.
"Dia sudah tidur. jack, apa kalian sudah menyiapkan namanya?." Tanya mertua nya.
"Belum bu, belum diskusi lagi dengan Sindy, nanti setelah ia sehat baru di rundingkan kembali." jawab Jack sambil memandangi bayi dan istrinya.
"iya semoga secepatnya Sindy membaik dan segera pulang ke rumah."
"Oh iya bu, Dinda di mana? Nanti dinda biar tidur di rumah saja." Jack meminta Dinda untuk tidur di rumah nya agar lebih nyaman.
"Ada di luar, katanya dia mau pulang setelah antar ibu." jawab Ibu Sindy.
"Eh jangan bu, ini sudah sore, nginap saja dulu, besok pagi baru pulang." pinta Jack.
"Nantilah kalau dia mau, soalnya ngak ada bawa pakaian ganti juga tadi."
"Jangan khawatir soal itu, pakaian Sindy kan ada, Ibu juga ada, kalau mau pakai pakaian saya juga bisa bu, hehe." jawab Jack sambil mengajak mertuanya bercanda.
"Ah kamu bisa saja, masa' mau pakai pakaian kamu."
"Ya kalau mau. Hehe."
"Haa... itu dia." menunjuk Dinda yang sedang menuju ruangan.
"Din, nanti nginap saja dulu, jangan pulang karena ini sudah kesorean, kalau mau pulang besok pagi saja." pinta Jack.
"Hm, aku tidak bawa baju ganti dan tadi nya hanya ingin mengantar Ibu saja bang." Dinda menolak.
" ini kan sudah sore, tidak ada lagi motor air yang menyebrang dalam 1 jam kedepan. Belum lagi nanti kamu dijalan sudah makan waktu berapa lama, iya kan." Jack menahan Dinda untuk pulang sendiri di waktu sore menjelang malam.
Karena khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, apalagi Dinda seorang gadis.
"Baiklah bang, aku akan menginap." akhirnya Dinda menerima tawaran Jack untuk menginap 1 malam saja.
"begitu dong,, masalah baju gampang, di rumah baju kakak mu banyak yang muat untuk badan kamu." jawab Jack.
"Iya bang."
Setelah mengiyakan, Dinda merasa ragu ingin menginap dan mengatakan kepada ibunya.
"Bu, aku rasa ingin pulang tapi sudah sore." pikir dinda.
"Nginap saja dulu Din, besok pagi saja pulang, apa yang di katakan abang iparmu memang ada benarnya juga.
" Hm."
"Jangan khawatir, ini kan hanya 1 malam, Ibu yang akan lebih dari 1 malam, sampai kondisi kakak mu membaik." padahal Ibu Sindy pun khawatir dengan adik-adik Sindy yang ditinggalkan di rumah.
"Haha, kirain Ibu tidak kepikiran. Eh, sepertinya Ibu lebih khawatir kalau Ibu meninggalkan ayah ya!." Dinda mengajak ibunya bercanda.
"Eh sembarangan ya kamu." sambil menepuk baju dinda.
"Bercanda bu, serius amat. Hehe."
Sindy tersadar dari tidurnya, melihat ibu dan Dinda berada di samping bayi mungil nya.
Jika masih banyak kesalahan dari Author mohon masukan nya🙏 jangan lupa untuk dukung dengan cara like, komen, dan Vote karya author biar author tambah semangat Up nya🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments