Setelah beberapa menit Jack pulang, ia memutuskan untuk kembali lagi menghampiri Sindy yang saat itu masih menahan rasa sakitnya.
Jack kemudian masuk ke ruang persalinan untuk mendampingi Sindy kembali dan berada di atas kepala Sindy sambil memegang tangan nya yang sedang kesakitan dan berusaha agar tidak operasi caesar.
"Istighfar sayang." Jack membisikkan ke telinga Sindy.
Batin Sindy, " Astaghfirullah, Astaghfirullah, Astaghfirullah, Ya Allah selamatkan lah bayi kami." sambil mengelus perut nya sendiri dengan mata berkaca-kaca.
Pada pukul 6 pagi, Bidan datang kembali ke ruang persalinan untuk memantau perkembangan, apakah ada pembukaan lagi.
"Saya periksa lagi ya, jangan tegang ya kak, rilex." sambil tersenyum dan memasang sarung tangan sambil mengoles kan obat pelicin mungkin ya. ups.
"Iya bu." jawab Sindy dengan posisi kaki terbuka.
Setelah di periksa kembali, ternyata sudah ada pembukaan lagi.
"Sekarang sudah pembukaan 5 ya kak, sarapan dulu ya kak biar ada tenaga nya, biar sedikit saja." Pinta bidan nya.
"Ngak selera bu. Saya mau minum saja." sambil menoleh kepada suaminya.
"Ini minum dulu." Jack dengan cepat menanggapi permintaan Sindy.
"Tapi nanti coba untuk sarapan ya, biar sedikit!." pinta Bidan Laila karena melihat kondisi Sindy sudah lemah.
"Iya bu."
"Coba deh pak nanti belikan makanan untuk istrinya sarapan, biar ada tenaga ketika hendak ngedan nanti." Pinta Bidan kembali.
"Iya bu."
"Sayang aku beli sarapan dulu ya sebentar." pamit Jack.
" iya." jawab Sindy dengan pelan.
Bidan kampung yang mendampinginya saat di rumah membantu mengelus perut Sindy untuk meringankan rasa sakitnya kontraksi.
Pinggul Sindy terasa sakit luar biasa, karena ini adalah pengalaman pertama nya melahirkan seorang anak.
***
"Ini di makan dulu sayang." ketika Jack datang dan langsung meminta Sindy untuk sarapan.
"Nanti saja, belum selera makan."
"Makan sedikit saja dulu, biar tidak lemas." ucap Bidan kampung yang mendampingi dari awal.
"makan saja sedikit Sindy!." ucap mertua Sindy menyusul.
Ibu mertua Sindy juga ikut mengatakan hal yang sama kepada nya, dan akhirnya Sindy mau sarapan dengan beberapa suap saja.
Batin Sindy, "Seandainya ada ibuku di sini."
Seketika air mata Sindy menetes, sehingga semua yang ada di ruangan itu mengira Sindy tidak tahan dengan rasa sakitnya.
Padahal Sindy sedih karena Ibu kandungnya tidak hadir menemaninya, selain suaminya.
"Kenapa? apa yang sakit." tanya Bidan ketika menyadari air mata Sindy menetes.
"Tidak." jawab Sindy singkat.
"Ada apa sayang, katakan di mana yang sakit?." Jack kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama dengan Bidan tersebut.
"Ibu." sambil meneteskan air mata.
"Ibu? aku akan menghubungi ibu lagi ya, sebentar." ucap Jack dan keluar untuk menelpon Mertua Jack.
Tut... Tut... Tut..
"Iya hallo." jawab Ibu kandung Sindy.
Sebelum di telpon sang ibu sudah mengetahui bahwa Sindy sudah akan melahirkan.
"Hallo bu, saya mau mengabari bahwa Sindy sekarang sudah pembukaan 5, barusan Sindy memanggil-manggil ibu dan meneteskan air mata bu."
Jack berharap sang mertua segera menemui Sindy dan menemaninya selama ia melahirkan.
"Oh sudah pembukaan 5 ya. Ibu tunggu ayahmu dulu ya, soalnya sekarang ayah mu tidak di rumah, semoga nanti ibu sempat ke sana sebelum Sindy melahirkan."
Ibu Sindy sangat khawatir akan keselamatan Sindy dan cucu nya, ia bingung dengan cara apa ia akan pergi menemui Sindy.
Sedangkan sang ayah tidak merespon sama sekali, apakah mereka akan pergi bersama atau Tidak.
Ibu Sindy termenung, bingung akan bagaimana cara sampai ke tempat dimana anaknya berjuang.
Di saat Ibunya termenung, kakak Sindy melihat dan langsung meminta ibunya pergi menemui Sindy.
"Ibu kenapa di situ? Kenapa belum berangkat?." tanya Kakak Sindy.
"Mau berangkat dengan siapa? ayah mu seperti nya tidak mau pergi." kawan sang ibu.
"Bawa saja motor yang di gunakan ayah, jika dia tidak mau biar ibu dg adik saja berangkat. kasian Sindy sekarang sedang berjuang sendiri. ia perlu ibu di samping nya."
"Cepat lah bersiap! bawa ibu pergi menemui kakak mu Sindy." ucap nya kepada sang adik.
"Iya."
"Bang, sebentar lagi kami ke sana, bisa share lokasi nya ya bang." pinta sang adik yang akan mengantar ibunya kepada Sindy.
"Baiklah dik, kalian hati-hati di jalan." sambil mengirimkan lokasi keberadaannya.
Ibu dan adiknya segera berangkat, meskipun saat di perjalanan mereka kesulitan mencari tempat Sindy melahirkan, untungnya ayah mertua Sindy sigap dan tetap menunggu di depan sambil melihat ke arah jalan, khawatir besannya akan melewati polindes nya.
Setelah mendapat kabar bahwa ibu nya akan pergi, jack langsung memberitahu Sindy agar ia tidak sedih lagi.
"Sekarang ibu sudah dalam perjalanan menuju ke sini, jangan sedih lagi ya." ucap jack kepada Sindy.
"Benarkah? ibu akan datang?." Sindy sangat terharu mendengar kabar itu.
Ia sangat berharap ibunya segera datang dan duduk di samping nya.
Permisi...
Seorang Bidan pembantu datang untuk memeriksa perkembangannya kembali.
"Maaf ya kak, sekarang kita cek lagi ya, di buka sedikit ya kak." Bidan pembantu itu meminta Sindy membuka kedua kakinya.
"Iya kak.
"Belum ada pembukaan lagi kak. Coba kakak mandi saja dulu kak, siapa tahu nanti pembukaannya.
" Iya bu."
"Sayang gimana mau mandi ya, kita tidak membawa handuk dan peralatan lainnya untuk mandi." tanya Sindy.
"Gunakan kain ini saja." sambil menunjukan kain untuk bersalin yang ada di dekatnya.
"Nanti basah" Sindy menolak.
"Tidak masalah, yang penting mandi dulu saja biar cepat ada pembukaan nya."
"Mandi saja Sin, nanti ibu ambil kan kain yang lain di rumah." ucap Ibu mertua Sindy menyusul.
"Ya sudah kalau begitu." Sindy langsung menuju kamar mandi.
"Sayang jangan di kunci pintu nya." ucap jack khawatir akan terjadi sesuatu jika sampai di kunci ia akan kesulitan menolong nya.
Ketika sedang mandi Sindy merasa sangat kesakitan, kontraksi yang kesekian kalinya datang di saat ia sedang menyiram seluruh tubuh nya.
"Aaaaa.... saaaakit... sayang." ucap Sindy dan tidak dapat bergerak menahannya.
"Selesaikan dulu mandi nya dan cepat keluar, masih bisa bergerak tidak?." tanya jack.
Seketika rasa sakit itu pun hilang dan segera Sindy mengakhiri mandi nya, tanpa sampo dan tanpa sabun ia segera selesaikan.
Dan kebetulan disaat ia selesai, Ibu mertuanya datang membawakan kain dan handuk yang di perlukan Sindy.
"Sudah selesai mandi ya?." tanya ibu mertua kepada Jack sambil menyerahkan kainnya.
"Ini baru saja selesai bu." jack langsung mengambil kain itu di tangan ibu nya dan menyerahkan nya kepada Sindy.
"Terimakasih bu."
"Iya."
Setelah Sindy keluar dari kamar mandi, Sindy mencoba untuk berjalan semampu yang ia bisa untuk mempercepat proses lahirannya.
Berharap dalam beberapa menit kedepan ia bisa melahirkan tanpa kendala apapun.
Tidak sampai 10 menit Sindy berjalan, tetapi air ketubannya pecah dan ia merasa panik beserta suami yang saat itu juga ikut panik.
"Berhenti di sini sayang, sebentar aku panggil Bidan nya."
Pada saat itu di ruang tidak ada orang lain selain jack dan Sindy, semua orang termasuk Bidan menunggu di luar, karena menurut mereka pembukaan nya baru 4 jadi kemungkinan masih lama.
"Bu... Bu... air ketuban nya pecah." ucap jack sangat panik.
Bidan kampung dengan cepat menghampiri nya di ruang tersebut dan mengambil pel untuk membersihkan lantai yang terkena air ketuban.
Saat itu juga Sindy sudah tidak bisa bergerak, dan hanya bisa terbaring menahan rasa sakit.
Jika masih banyak kesalahan dari Author mohon masukan nya🙏 jangan lupa untuk dukung dengan cara like, komen, dan Vote karya author biar author tambah semangat Up nya🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments