Bab 4. Penolakan

Tiara berdiri di hadapan Leon, gadis itu menunduk dengan kedua tangan ia lipat di depan bermaksud memberi kesan hormat kepada pria itu.

Sementara Leon tampak terpukau melihat sosok gadis cantik di hadapannya saat ini, ia benar-benar terpesona dengan apa yang ada di depannya.

"Permisi pak! Saya Tiara, tadi kata teman saya bapak panggil saya. Ada apa ya pak?" ucap Tiara.

"Ah iya, saya memang panggil kamu. Kebetulan bos saya ada perlu sama kamu, jadi ayo kamu ikut saya ketemu sama dia di ruangannya sekarang!" ucap Leon dengan santai.

"Maaf pak! Tapi, bos bapak siapa ya? Lalu ada urusan apa dengan saya?" tanya Tiara bingung.

"Bos saya itu bos kamu juga, bos semua karyawan di kantor ini. Beliau minta saya untuk panggil kamu, paham sekarang Tiara?" jelas Leon.

"Ohh, iya iya saya paham pak," ucap Tiara.

"Bagus! Sekarang ayo kita ke ruangan bos saya, jangan bikin beliau marah!" ujar Leon.

"Baik pak!" ucap Tiara menurut.

Lalu, mereka pun melangkah bersamaan menuju lift. Pandangan Leon tak bisa lepas dari wajah cantik gadis di sebelahnya itu.

"Kirain pak Leon itu pemilik perusahaan ini. Ternyata dia masih punya atasan lagi, apa jangan-jangan atasannya itu Ceo besar disini?" gumam Tiara dalam hati.

Saat di dalam lift, suasana tampak canggung mengingat mereka hanya berduaan disana. Tiara pun berusaha menjaga jarak untuk menetralkan nafas serta detak jantungnya.

"Tiara, kamu bekerja disini udah berapa lama?" tanya Leon pada Tiara.

"Hah? Sa-saya baru masuk hari ini pak, saya juga masih dalam masa percobaan," jawab Tiara.

"Oalah, pantas aja saya perasaan belum pernah lihat kamu sebelumnya," ucap Leon.

"Iya pak, doain ya supaya saya bisa keterima jadi karyawan resmi disini!" ucap Tiara.

"Aamiin! Kuncinya cuma satu Tiara, kerja keras!" ucap Leon sambil tersenyum.

"Itu sih pasti pak, saya akan bekerja keras semampu saya sampai saya bisa diterima jadi karyawan tetap disini!" ucap Tiara.

"Semangat yang bagus!" puji Leon.

Ting

Pintu lift terbuka, keduanya pun melangkah keluar dan kembali melanjutkan langkah menuju ruangan pribadi Galen.

Sesampainya di pintu depan, Leon bergegas mengetuk pintu meminta izin terlebih dahulu sebelum masuk kesana.

TOK TOK TOK

"Pak, ini saya Leon. Boleh saya masuk?" ucap Leon.

"Ya masuk!" balas Galen dari dalam.

Leon tersenyum menatap Tiara, kemudian membuka pintu dan mengajak Tiara masuk bersamanya.

Ceklek

"Ayo Tiara!" ajak Leon.

"I-iya pak," ucap Tiara gugup.

Mereka sama-sama melangkah masuk ke dalam, tampak Galen yang tengah sibuk berkutat di depan layar laptopnya.

"Pak, ini saya sudah bawakan orang yang bapak minta," ucap Leon.

Sontak Galen mendongak ke depan, ia spontan tersenyum saat melihat Tiara ada di hadapannya.

Sementara Tiara langsung terkejut begitu menyadari pria di depannya kali ini sama persis seperti pria yang sebelumnya ia tabrak.

"Hai Tiara! Silahkan duduk!" ucap Galen.

"Eee.." Tiara tampak gugup dan tidak berani duduk sesuai perintah Galen.

"Duduklah Tiara, rileks aja!" bisik Leon.

"Umm, i-i-iya pak..." akhirnya dengan sedikit keberanian Tiara pun menarik kursi dan duduk di hadapan Galen dengan wajah menunduk.

"Baiklah, kamu bisa keluar Leon! Saya ingin bicara empat mata dengan Tiara," ucap Galen.

"Baik pak, saya permisi!" ucap Leon pamit lalu meninggalkan Tiara dan Galen berdua.

Tiara dibuat semakin gugup karena saat ini ia hanya berdua dengan Galen, ia terus menggigit bibir bawahnya sembari menyatukan jari-jarinya pertanda bahwa ia sangat gugup.

"Pa-pak, ada apa ya bapak panggil saya? Apa bapak mau marah sama saya karena kejadian tadi? Sa-saya minta maaf deh pak, saya benar-benar gak sengaja dan gak ada niat buat tabrak bapak tadi!" ucap Tiara.

"Kamu tenang aja Tiara! Saya kesini bukan mau marahin kamu kok, saya cuma mau bicara sesuatu sama kamu," ucap Galen sambil tersenyum.

"Bicara apa pak?" tanya Tiara penasaran.

"Saya tahu kamu karyawan magang baru disini, ada tiga bulan masa percobaan yang harus kamu lewati sebelum kamu bisa jadi karyawan tetap di perusahaan ini," jawab Galen.

"Ya pak, saya mengerti. Lalu, apa yang mau bapak sampaikan?" tanya Tiara.

"Saya bisa bantu kamu dengan mudah untuk menjadi karyawan tetap disini tanpa harus menjalani masa percobaan," jawab Galen.

"Hah? Yang benar pak?" kaget Tiara.

"Oh ya tentu, saya ini pemilik perusahaan ini dan saya punya wewenang untuk itu," ucap Galen dengan bangga.

"Eee ta-tapi apa syaratnya pak supaya saya bisa diangkat jadi karyawan tetap tanpa masa percobaan?" tanya Tiara.

"Mudah saja, kamu cukup serahkan diri kamu ke saya dan jadi milik saya seutuhnya," jawab Galen.

Deg!

Jantung Tiara seakan hendak copot mendengar ucapan Galen, bagaimana bisa dia menyerahkan dirinya begitu saja kepada orang yang baru dia kenali itu?

"Kamu tidak perlu tegang begitu Tiara! Saya bicara begini semata-mata hanya untuk bantu kamu, saya tahu kamu perlu uang banyak. Ya kan?" ujar Galen.

"Iya pak, itu emang benar. Tapi, saya juga masih punya harga diri. Saya gak mau serahin diri saya ke orang yang baru saya kenal, bahkan nama bapak aja saya gak tahu. Dan lagi sepertinya saya gak tertarik dengan tawaran bapak," ucap Tiara.

"Nama saya Galen Ivander, kamu bisa panggil saya Galen saat di ranjang nanti. Kamu harus terima tawaran saya Tiara, karena ini adalah tawaran yang menggiurkan," ucap Galen.

"Bapak jangan salah menilai saya! Saya memang butuh uang, tapi saya gak mau jadi perempuan murahan yang suka jadi simpanan bosnya. Saya lebih baik berjuang sendiri pak," ucap Tiara tegas.

"Kamu yakin mau tolak saya? Tawaran gak saya berikan dua kali loh Tiara," ucap Galen.

"Iya pak saya yakin, sangat yakin!" ucap Tiara.

Gadis itu beranjak dari duduknya dan bersiap untuk pergi.

"Saya permisi pak!" ujar Tiara.

Tanpa berlama-lama lagi, Tiara pun berbalik lalu pergi meninggalkan Galen dengan perasaan jengkel.

"Hmm menarik, tapi saya tidak suka ditolak Tiara. Kalau kamu gak mau saya ajak baik-baik, saya akan paksa kamu dan bikin kamu menyesal seumur hidup!" batin Galen.

Tiara kembali ke tempat kerjanya, ia terlihat sangat emosi mengingat semua perkataan Galen tadi.

Mimin dan Edwin yang melihat itu pun kompak menghampiri Tiara, mereka penasaran mengapa Tiara tiba-tiba menjadi seperti itu setelah bertemu dengan bos perusahaan.

"Tiara, kamu kenapa sedih gitu? Kamu abis diapain sama si bos? Dimarahin ya? Atau disakitin? Cerita sama kita Tiara!" ucap Mimin.

"Iya Tiara, kita pasti belain lu kok," timpal Edwin.

"Gak ada apa-apa kok Mimin, kak Edwin. Aku cuma bete aja karena aku dipanggil cuma buat ngobrolin hal gak penting, harusnya tadi aku tetap disini aja buat kerja. Kalo kayak gini kan waktu aku kebuang percuma," ucap Tiara.

"Gak boleh gitu Tiara, panggilan bos itu harus diutamakan daripada apapun! Kalau kamu gak datang tadi, yang ada kamu bisa dipecat lebih dini!" ucap Mimin.

"Huh tapi kan aku emang harus kerja Min, bukan ngobrol-ngobrol gak penting," ucap Tiara.

"Bos emang begitu Tiara, dia mungkin mau kenal kamu lebih jauh karena kamu karyawan baru disini," ucap Mimin.

Mimin lalu mendekati Tiara dan mengusap punggungnya.

"Udah ya Tiara, kamu kan bisa selesaikan kerjaan kamu sekarang! Abis itu kita minum-minum dulu di kantin, okay?" ucap Mimin.

Tiara hanya mengangguk setuju.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Terpopuler

Comments

Fenty Izzi

Fenty Izzi

good tiara... setidaknya kau masih mempertahankan harga dirimu meskipun nanti kau serahkan juga demi pengobatan adikmu👍😊

2023-02-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!