Chapter 4 - Kecewa

Kringgg.. Kringgg.. Kringggg..

Bel pelajaran kedua akan dimulai.

'huffttt.. aku lega. terimakasih Tuhan.'

"Aishhh.."

Nampak wajah ketiga orang itu sangat kecewa dengan suara bel itu.

"Pokoknya nanti pulang sekolah, lo punya hutang penjelasan sama kita." sahut Fino sebelum meninggalkan kelasku.

[ Aku dan Fino berada di ruang kelas berbeda. Aku dan Nesha 12 IPA-1 sedangkan Fino dan Robi 12 IPA-2, bisa di bilang kelas kita tetanggaan. ]

"Jangan lupa, raa.." seru Robi

Aku hanya mengangguk. Kemudian menoleh ke sampingku, terlihat wajah cantik Nesha yang tampak kesal akibat bunyi bel tadi yang mengganggunya.

"Nes, are you oke?"

"lo punya hutang sama gue." tukas Nesha

"Fine! Gue bakal kasih tau ke lo."

Nesha nampak banyak diam, bahkan ketika aku menjahili nya pun ia hanya menengok sekilas padaku dan langsung mengalihkan kembali pandangannya ke depan.

Kriinggg.. Kringgg.. Kringgg

Bel pulang sudah berbunyi.

Aku kini tengah menetralkan debaran jantungku, aku takut. Takut jika nanti sahabatku satu-satunya itu akan pergi meninggalkanku karena aku seorang anak broken home.

Dan aku takut, jika Fino dan Robi membencinya.

"Raa, ikut gue."

"oke, wait."

"Eh ra tu tangan ngapa dah? kek abis di cambuk lo." celetuk Ana tiba-tiba.

"Kepo lo." tukas Nesha dan terus beranjak mengajakku keluar.

***

Di satu sisi.

Fino dan Robi tengah menunggu orang yang sedang mereka tunggu.

"Lama banget anjj." seru Fino

"Sabar egee." sahut Robi.

"Btw kalo seandainya Nara jujur, apa lo bakal jauhin dia?" tanya Robi

Fino yang mendengar penuturan itu, sedikit merenung. Bagaimana pun ia dulu tak suka dengan anak broken home. Dimana para broken home akan mengambil jalur negatif untuk meluapkan emosinya.

"Liat aja nanti." ucap Fino

"gue liat Nara gak bakal melakukan hal negatif itu, Fin."

"Kalo iya Nara melakukan itu, gue akan berusaha cegah dia Rob."

Ucapan Fino membuatnya sangat takjub. Baru kali ini ia melihat sahabatnya itu berkata seolah peduli pada anak broken home.

"Gilee.. Gileeee.." sahut Robi

"Berisik anj*ngg"

Tak lama mereka melihat dua wanita yang mereka tunggu.

"Nah itu diaaa, Fin."

Fino langsung melihat ke depan dan ternyata apa yang di katakan Robi bukanlah kebohongan semata.

***

Aku kini tengah berjalan menuju parkiran. Terlihat dua lelaki yang akan menagih janji padaku.

'keliatannya mereka berbicara serius'

"Ra ituu mereka, ayok samperin."

Aku hanya bisa pasrah dengan ajakan Nesha.

hingga tibalah di parkiran..

"Kalian lama kali, bahh." seru Robi menirukan gaya orang Medan.

"Kan jalannya harus pelan-pelan karena ada luka yang di sembunyikan." tukas Nesha dengan melirik sekilas padaku.

"Ness.."

"Udahlah! Ayok jalan." Fino mencoba melerai.

"Berangkat pake mobil gue aja." ucap Robi

"Ee.. tapiiii.. "

"Plisss... raaaa!" ucap Nesha

Aku hanya bisa mengangguk lesu.

"Nanti motornya biar di anter sama supir gue aja, ra." Ucap Fino kemudian.

Kami pun langsung memasuki mobil Robi tersebut.

Cukup hening, di dalam mobil itu. Robi yang fokus menyetir, Fino yang melihat ke arah depan, Nesha yang begitu irit bicara membuatku canggung untuk memulai pembicaraan.

***

Cekiiiitttt

Sampailah di satu tempat makan, dimana Fino telah memesan ruangan VIP di resto tersebut.

Aku pun bergegas menyusul ketiganya untuk turun dari mobil.

tapp.. tapp.. tapp..

Hanya terdengar suara langkah kaki diantara kami.

Hingga tibalah ke satu ruangan, dimana ruangan itu sangat bagus namun tertutup.

5 menit, suasana sangat hening!

Hingga Fino memutuskan untuk memulai pembicaraan.

"Raa.. Lo gak lupa sama janji lo kan?" tanya Fino

Aku hanya menggeleng pelan, tanpa ingin mengeluarkan sepatah katapun kala itu.

"To the point ra, siapa yang udah lakuin itu ke lo." tukas Nesha padaku

Robi hanya bisa menyimak pembicaraan dengan serius.

"Apa lo semua bakal janji sama gue?" tanyaku kemudian.

"Wtf, janji apa Naraaa?" tanya Nesha.

"Gue gak mau kalian memandang gue dengan tatapan kasihan" ucapku dengan menunduk lesu.

"No no no.. Bukan tatapan kasihan ra, tapi tatapan sayang." ucap Fino padaku.

"Ra, pliss jujur sekarang juga!" Kini Robi yang tadinya hanya menyimak, ia ikut terlibat dalam pembicaraan itu.

"So.. Siapa yang udah lukain sahabat gue ini, hemm?" Ucap Nesha begitu lembut padaku.

Aku terpaku dengan ucapan Nesha dan mengambil nafas panjang.

"Ma- "

"Maaf ini pesanannya dek." ucap pelayan pada mereka.

Kelihatannya, pelayan yang ber name tag Rika itu menatap kami tak enak.

"Silahkan keluar jika sudah selesai!" Ucap Fino tegas pada pelayan itu.

"B-baikk.."

Sesegera mungkin pelayan itu meninggalkan ruangan VIP yang kami tempati.

"Lanjut raa.."

"Huuffttt.... "

"Siapa Naraaa ???" geram Fino padaku.

Aku hanya bisa meneguk salivaku ketika melihat Fino dengan wajah seperti itu.

"Mama" ucapku singkat.

"WHATTT?" Ucap mereka serentak

"Lo gak lagi bohongin gue, kan raa?" tanya Nesha.

Aku hanya bisa menggeleng pelan. Berusaha menetralkan perasaanku agar air mata tak menetes. Namun, pertahanan ku roboh! Air mata itu jatuh, bahkan terus saja jatuh.

"Raa.. G-gue gak tau harus bilang apa."

ucap Nesha seraya menitikkan air matanya.

Entah ia benar-benar sedih, entah ia baper dengan suasana seperti ini.

"Apa yang nyokap lo lakuin selama ini ra?" tanya Fino

Aku berusaha mencegah air mataku agar tidak jatuh lagi. Dan berusaha menjawab pertanyaan dari mereka.

"Cambuk dan belati. Itu adalah senjata nyokap gue.. hiksss.. hiksss."

"Raa, heiii.. Don't be sad, okeyy?" ucap Fino menenangkan ku.

"Apa lo masih ingat, bercak darah di punggung gue saat Robi gak sengaja melempar bola basket ke gue?"

Serentak mereka mengangguk dengan cepat.

"Iyaa.. Pagi itu luka gue belum kering makannya keluar darah."

"G-guee gak habis pikir sama lo, Raaa.. hiksss hikss hiksss.."

"Dan luka sayatan ini."

Aku sengaja menunjukkan luka sayatan yang ada lenganku.

"Ini luka baru yang nyokap gue berikan tadi malam. Dan inii luka bekas cambukan."

Aku mencoba untuk kuat, namun aku tidak bisa. Bagaimanapun saat aku mengingat kejadian mengenaskan itu membuat hatiku sakit.

"L-lo kenapa gak pernah cerita ke guee, raa.. kenapaa.. hikss .. hiksss.."

"Iya raa, lo seharusnya lebih terbuka ke kita. Termasuk ke Nesha, sahabat lo." ucap Robi

"Bukan gue gak mau cerita, gue cuma gak mau bebanin kalian, termasuk lo nes." ucapku

"Tapi dengan cara lo kayak gini buat gue merasa gagal jadi seorang sahabat Raa.."

Ucap Nesha yang masih saja mengeluarkan air matanya.

"Selain itu.. gue takut lo bakal jauhin gue nes.. hiksss.." ucapku kemudian

"S-sampe k-kapan pun gue gak bakal tinggalin lo raaa.. hiks hikss.."

Terlihat kedua lelaki itu menitikkan air matanya.

Hingga bunyi telepon memecahkan tangis mereka.

Tringgg.. Tringgg..

"Siapa Ra?" tanya Fino kemudian

"Mama.." ucapku.

"Coba lo angkat dan loudspeak!" titah Robi padaku.

"Ok"

Aku pun segera mengangkat telepon dari mama.

"Hallo ma."

"Hallo anak kesayangan mama. Lagi dimana?" seru suara di seberang telepon sana.

"Nara lagi sama temen ma."

"Pulangnya jangan malam-malam ya cantik."

"Siap, maa."

Terlihat ketiga orang itu mengernyit heran.

"Ra.. lo bilang mama lo yang udah sakitin lo!" seru Nesha kemudian

"Tapii.. kenapa tadi mama lo bersikap manis?"

"gue gatau Nes.."

"Atau jangan-jangan.. Lo boongin kita ra?" seru Fino

"Gue gak.. "

"Kecewa gue sama lo ra!" tukas Nesha lalu menyambar tasnya dan berlalu keluar.

"Lo!" tunjuk Fino

"Cabut, rob!" ucapnya lagi

***

Terpopuler

Comments

Minaa Lee💅

Minaa Lee💅

psyco bet anj😑🤌

2022-12-14

2

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Bercak Darah
2 Chapter 2 - Taman Kota
3 Chapter 3 - Salah Jalur
4 Chapter 4 - Kecewa
5 Chapter 5 - Sandiwara Belaka
6 Chapter 6 - Bertemu Seseorang
7 Chapter 7 - Bi Inah
8 Chapter 8 - Bar
9 Chapter 9 - Hotel dan Restoran
10 Chapter 10 - Siksaan Tanpa Henti
11 Chapter 11 - Awal Mula Terjadinya Bullying
12 Chapter 12 - Putus Asa
13 Chapter 13 - Sedih-Sedih Bahagia
14 Chapter 14 - Lembaran Baru
15 Chapter 15 - Awal Dari Sebuah Kebahagiaan
16 Chapter 16 - Bertemu Cita
17 Chapter 17 - Pernyataan Regan
18 Chapter 18 - Kegaduhan di Caffe
19 Chapter 19 - Para Banci
20 Chapter 20 - Dini Hari
21 Chapter 21 - Dua Garis Biru
22 Chapter 22 - Tragedi Kamar Mandi
23 Chapter 23 - Mahesa
24 Chapter 24 - Menyelidiki Caffe
25 Chapter 25 - Jarang Pulang
26 Chapter 26 - Melancarkan Aksi
27 Chapter 27 - Nomor Baru
28 Chapter 28 - Menghangat
29 Chapter 29 - Mengunjungi Caffe
30 Chapter 30 - Pulau Jeju
31 Chapter 31 - Pertemuan
32 Chapter 32 - Calvin's Hotel
33 Chapter 33 - Balkon Kamar
34 Chapter 34 - Ruang Kerja
35 Chapter 35 - Di Balik Pintu
36 Chapter 36 - Tas Branded
37 Chapter 37 - Menjual Caffe
38 Chapter 38 - Kebenaran di Masa Lalu
39 Chapteer 39 - Kapan Cerai?
40 Chapter 40 - Percakapan Regan
41 Chapter 41 - Caffe Cabang
42 Chapter 42 - Monolog Regan
43 Chapter 43 - Kepergok
44 Chapter 44 - Kepergok 2
45 Chapter 45 - Bertahan atau Melepaskan?
46 Chapter 46 - Rumah No. 121
47 Chapter 47 - Ayo Minta Maaf
48 Chapter 48 - Mobil Jeep
49 Chapter 49 - Ancaman Bagi Bu Uti
50 Chapter 50 - Perampokan
51 Chapter 51 - Gedung Tua
52 Chapter 52 - Gedung Tua 2
53 Chapter 53 - Misi
54 Chapter 54 - Kabur
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Chapter 1 - Bercak Darah
2
Chapter 2 - Taman Kota
3
Chapter 3 - Salah Jalur
4
Chapter 4 - Kecewa
5
Chapter 5 - Sandiwara Belaka
6
Chapter 6 - Bertemu Seseorang
7
Chapter 7 - Bi Inah
8
Chapter 8 - Bar
9
Chapter 9 - Hotel dan Restoran
10
Chapter 10 - Siksaan Tanpa Henti
11
Chapter 11 - Awal Mula Terjadinya Bullying
12
Chapter 12 - Putus Asa
13
Chapter 13 - Sedih-Sedih Bahagia
14
Chapter 14 - Lembaran Baru
15
Chapter 15 - Awal Dari Sebuah Kebahagiaan
16
Chapter 16 - Bertemu Cita
17
Chapter 17 - Pernyataan Regan
18
Chapter 18 - Kegaduhan di Caffe
19
Chapter 19 - Para Banci
20
Chapter 20 - Dini Hari
21
Chapter 21 - Dua Garis Biru
22
Chapter 22 - Tragedi Kamar Mandi
23
Chapter 23 - Mahesa
24
Chapter 24 - Menyelidiki Caffe
25
Chapter 25 - Jarang Pulang
26
Chapter 26 - Melancarkan Aksi
27
Chapter 27 - Nomor Baru
28
Chapter 28 - Menghangat
29
Chapter 29 - Mengunjungi Caffe
30
Chapter 30 - Pulau Jeju
31
Chapter 31 - Pertemuan
32
Chapter 32 - Calvin's Hotel
33
Chapter 33 - Balkon Kamar
34
Chapter 34 - Ruang Kerja
35
Chapter 35 - Di Balik Pintu
36
Chapter 36 - Tas Branded
37
Chapter 37 - Menjual Caffe
38
Chapter 38 - Kebenaran di Masa Lalu
39
Chapteer 39 - Kapan Cerai?
40
Chapter 40 - Percakapan Regan
41
Chapter 41 - Caffe Cabang
42
Chapter 42 - Monolog Regan
43
Chapter 43 - Kepergok
44
Chapter 44 - Kepergok 2
45
Chapter 45 - Bertahan atau Melepaskan?
46
Chapter 46 - Rumah No. 121
47
Chapter 47 - Ayo Minta Maaf
48
Chapter 48 - Mobil Jeep
49
Chapter 49 - Ancaman Bagi Bu Uti
50
Chapter 50 - Perampokan
51
Chapter 51 - Gedung Tua
52
Chapter 52 - Gedung Tua 2
53
Chapter 53 - Misi
54
Chapter 54 - Kabur

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!