Kringgg.. Kringgg.. Kringggg..
Bel pelajaran kedua akan dimulai.
'huffttt.. aku lega. terimakasih Tuhan.'
"Aishhh.."
Nampak wajah ketiga orang itu sangat kecewa dengan suara bel itu.
"Pokoknya nanti pulang sekolah, lo punya hutang penjelasan sama kita." sahut Fino sebelum meninggalkan kelasku.
[ Aku dan Fino berada di ruang kelas berbeda. Aku dan Nesha 12 IPA-1 sedangkan Fino dan Robi 12 IPA-2, bisa di bilang kelas kita tetanggaan. ]
"Jangan lupa, raa.." seru Robi
Aku hanya mengangguk. Kemudian menoleh ke sampingku, terlihat wajah cantik Nesha yang tampak kesal akibat bunyi bel tadi yang mengganggunya.
"Nes, are you oke?"
"lo punya hutang sama gue." tukas Nesha
"Fine! Gue bakal kasih tau ke lo."
Nesha nampak banyak diam, bahkan ketika aku menjahili nya pun ia hanya menengok sekilas padaku dan langsung mengalihkan kembali pandangannya ke depan.
Kriinggg.. Kringgg.. Kringgg
Bel pulang sudah berbunyi.
Aku kini tengah menetralkan debaran jantungku, aku takut. Takut jika nanti sahabatku satu-satunya itu akan pergi meninggalkanku karena aku seorang anak broken home.
Dan aku takut, jika Fino dan Robi membencinya.
"Raa, ikut gue."
"oke, wait."
"Eh ra tu tangan ngapa dah? kek abis di cambuk lo." celetuk Ana tiba-tiba.
"Kepo lo." tukas Nesha dan terus beranjak mengajakku keluar.
***
Di satu sisi.
Fino dan Robi tengah menunggu orang yang sedang mereka tunggu.
"Lama banget anjj." seru Fino
"Sabar egee." sahut Robi.
"Btw kalo seandainya Nara jujur, apa lo bakal jauhin dia?" tanya Robi
Fino yang mendengar penuturan itu, sedikit merenung. Bagaimana pun ia dulu tak suka dengan anak broken home. Dimana para broken home akan mengambil jalur negatif untuk meluapkan emosinya.
"Liat aja nanti." ucap Fino
"gue liat Nara gak bakal melakukan hal negatif itu, Fin."
"Kalo iya Nara melakukan itu, gue akan berusaha cegah dia Rob."
Ucapan Fino membuatnya sangat takjub. Baru kali ini ia melihat sahabatnya itu berkata seolah peduli pada anak broken home.
"Gilee.. Gileeee.." sahut Robi
"Berisik anj*ngg"
Tak lama mereka melihat dua wanita yang mereka tunggu.
"Nah itu diaaa, Fin."
Fino langsung melihat ke depan dan ternyata apa yang di katakan Robi bukanlah kebohongan semata.
***
Aku kini tengah berjalan menuju parkiran. Terlihat dua lelaki yang akan menagih janji padaku.
'keliatannya mereka berbicara serius'
"Ra ituu mereka, ayok samperin."
Aku hanya bisa pasrah dengan ajakan Nesha.
hingga tibalah di parkiran..
"Kalian lama kali, bahh." seru Robi menirukan gaya orang Medan.
"Kan jalannya harus pelan-pelan karena ada luka yang di sembunyikan." tukas Nesha dengan melirik sekilas padaku.
"Ness.."
"Udahlah! Ayok jalan." Fino mencoba melerai.
"Berangkat pake mobil gue aja." ucap Robi
"Ee.. tapiiii.. "
"Plisss... raaaa!" ucap Nesha
Aku hanya bisa mengangguk lesu.
"Nanti motornya biar di anter sama supir gue aja, ra." Ucap Fino kemudian.
Kami pun langsung memasuki mobil Robi tersebut.
Cukup hening, di dalam mobil itu. Robi yang fokus menyetir, Fino yang melihat ke arah depan, Nesha yang begitu irit bicara membuatku canggung untuk memulai pembicaraan.
***
Cekiiiitttt
Sampailah di satu tempat makan, dimana Fino telah memesan ruangan VIP di resto tersebut.
Aku pun bergegas menyusul ketiganya untuk turun dari mobil.
tapp.. tapp.. tapp..
Hanya terdengar suara langkah kaki diantara kami.
Hingga tibalah ke satu ruangan, dimana ruangan itu sangat bagus namun tertutup.
5 menit, suasana sangat hening!
Hingga Fino memutuskan untuk memulai pembicaraan.
"Raa.. Lo gak lupa sama janji lo kan?" tanya Fino
Aku hanya menggeleng pelan, tanpa ingin mengeluarkan sepatah katapun kala itu.
"To the point ra, siapa yang udah lakuin itu ke lo." tukas Nesha padaku
Robi hanya bisa menyimak pembicaraan dengan serius.
"Apa lo semua bakal janji sama gue?" tanyaku kemudian.
"Wtf, janji apa Naraaa?" tanya Nesha.
"Gue gak mau kalian memandang gue dengan tatapan kasihan" ucapku dengan menunduk lesu.
"No no no.. Bukan tatapan kasihan ra, tapi tatapan sayang." ucap Fino padaku.
"Ra, pliss jujur sekarang juga!" Kini Robi yang tadinya hanya menyimak, ia ikut terlibat dalam pembicaraan itu.
"So.. Siapa yang udah lukain sahabat gue ini, hemm?" Ucap Nesha begitu lembut padaku.
Aku terpaku dengan ucapan Nesha dan mengambil nafas panjang.
"Ma- "
"Maaf ini pesanannya dek." ucap pelayan pada mereka.
Kelihatannya, pelayan yang ber name tag Rika itu menatap kami tak enak.
"Silahkan keluar jika sudah selesai!" Ucap Fino tegas pada pelayan itu.
"B-baikk.."
Sesegera mungkin pelayan itu meninggalkan ruangan VIP yang kami tempati.
"Lanjut raa.."
"Huuffttt.... "
"Siapa Naraaa ???" geram Fino padaku.
Aku hanya bisa meneguk salivaku ketika melihat Fino dengan wajah seperti itu.
"Mama" ucapku singkat.
"WHATTT?" Ucap mereka serentak
"Lo gak lagi bohongin gue, kan raa?" tanya Nesha.
Aku hanya bisa menggeleng pelan. Berusaha menetralkan perasaanku agar air mata tak menetes. Namun, pertahanan ku roboh! Air mata itu jatuh, bahkan terus saja jatuh.
"Raa.. G-gue gak tau harus bilang apa."
ucap Nesha seraya menitikkan air matanya.
Entah ia benar-benar sedih, entah ia baper dengan suasana seperti ini.
"Apa yang nyokap lo lakuin selama ini ra?" tanya Fino
Aku berusaha mencegah air mataku agar tidak jatuh lagi. Dan berusaha menjawab pertanyaan dari mereka.
"Cambuk dan belati. Itu adalah senjata nyokap gue.. hiksss.. hiksss."
"Raa, heiii.. Don't be sad, okeyy?" ucap Fino menenangkan ku.
"Apa lo masih ingat, bercak darah di punggung gue saat Robi gak sengaja melempar bola basket ke gue?"
Serentak mereka mengangguk dengan cepat.
"Iyaa.. Pagi itu luka gue belum kering makannya keluar darah."
"G-guee gak habis pikir sama lo, Raaa.. hiksss hikss hiksss.."
"Dan luka sayatan ini."
Aku sengaja menunjukkan luka sayatan yang ada lenganku.
"Ini luka baru yang nyokap gue berikan tadi malam. Dan inii luka bekas cambukan."
Aku mencoba untuk kuat, namun aku tidak bisa. Bagaimanapun saat aku mengingat kejadian mengenaskan itu membuat hatiku sakit.
"L-lo kenapa gak pernah cerita ke guee, raa.. kenapaa.. hikss .. hiksss.."
"Iya raa, lo seharusnya lebih terbuka ke kita. Termasuk ke Nesha, sahabat lo." ucap Robi
"Bukan gue gak mau cerita, gue cuma gak mau bebanin kalian, termasuk lo nes." ucapku
"Tapi dengan cara lo kayak gini buat gue merasa gagal jadi seorang sahabat Raa.."
Ucap Nesha yang masih saja mengeluarkan air matanya.
"Selain itu.. gue takut lo bakal jauhin gue nes.. hiksss.." ucapku kemudian
"S-sampe k-kapan pun gue gak bakal tinggalin lo raaa.. hiks hikss.."
Terlihat kedua lelaki itu menitikkan air matanya.
Hingga bunyi telepon memecahkan tangis mereka.
Tringgg.. Tringgg..
"Siapa Ra?" tanya Fino kemudian
"Mama.." ucapku.
"Coba lo angkat dan loudspeak!" titah Robi padaku.
"Ok"
Aku pun segera mengangkat telepon dari mama.
"Hallo ma."
"Hallo anak kesayangan mama. Lagi dimana?" seru suara di seberang telepon sana.
"Nara lagi sama temen ma."
"Pulangnya jangan malam-malam ya cantik."
"Siap, maa."
Terlihat ketiga orang itu mengernyit heran.
"Ra.. lo bilang mama lo yang udah sakitin lo!" seru Nesha kemudian
"Tapii.. kenapa tadi mama lo bersikap manis?"
"gue gatau Nes.."
"Atau jangan-jangan.. Lo boongin kita ra?" seru Fino
"Gue gak.. "
"Kecewa gue sama lo ra!" tukas Nesha lalu menyambar tasnya dan berlalu keluar.
"Lo!" tunjuk Fino
"Cabut, rob!" ucapnya lagi
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Minaa Lee💅
psyco bet anj😑🤌
2022-12-14
2